6

280 20 5
                                    

Seorang pria bermata musang tajam dengan pakaian kasual terlihat sedang duduk di salah satu kursi dalam kafe yang berada dipinggiran jantung kota Seoul. Tangan nya memainkan cangkir berisi caramel macchiato yang telah dipesannya sejak dua jam yang lalu. Sangat terlihat bahasa tubuhnya bahwa dia sedang menunggu seseorang di tengah hari di akhir minggu bulan April ini.

Dia terlihat agak gelisah, mungkin sangat gelisah, tapi di sembunyikannya rapat-rapat. Tak ingin semua orang isi kafe ini ikut merasakan kegelisahannya.

Orang yang telah membuat janji dengannya hari ini belum juga menampakkan batang hidungnya. Kalau saja dia masih dia yang dulu, mungkin telat lima menit dia akan langsung pergi tanpa mau menunggu lama. Tapi situasi kali ini berbeda...

.

.

.

Triingg~

Suara bel yang tergantung di bagian atas pintu kafe itu berbunyi kecil, yang segera disambut oleh waiter kafe yang selalu mengembangkan senyumnya. Seorang pria tinggi masuk dengan gagahnya, berjalan menuju meja yang telah dipesan oleh orang yang membuat janji dengannya—yang ternyata adalah si pria mata musang tadi.

"Ada perlu apa kau ingin bertemu denganku, Jinki?"

Suara dingin Jonghyun langsung keluar sesaat setelah dia duduk dengan tegang di kursi tepat berseberangan dengan Jinki.

Jinki sendiri sebenarnya tersentak kecil mendnegar suara sahabatnya yang kini terdegar begitu dingin. Namun ia maklum..dan tak gentar sama sekali. Ini adalah awal dari kemungkinan berhasilnya ia mendapatkan Kibum kembali.

"Jonhyun ah, terima kasih kau telah meluangkan waktumu. Aku benar-benar ingin berbicara kepadamu.. Oh, apa kabar—"

"Cukup. Hentikan semua basa basimu itu,Lee. Cepat katakan apa yang mau kau katakan, karena aku sama sekali tak punya banyak waktu untuk dihabiskan bersamamu."

"Jjong ah, kau telah lama mengenalku, kau paling tau apa bagaimana sifatku.. kuharap kau mau mendengarkanku dulu."

Jonghyun mendengus kesal.

"Aku mengira bahwa aku mengenalmu, Lee Jinki. Mengira dengan lamanya aku mengenal dan dekat dengan mu hingga aku dengan senang hati mempercayakan adikku satu-satunya yang begitu berharga kepadamu. Tapi.. kenyataannya kau lah yang telah menghancurkannya luar dan dalam. Aku begitu menyesal mengenalkanmu padanya...Amat sangat menyesal.." ucap Jonghyun dengan nada pahit yang sangat kentara.

"Aku tahu.. Aku bersalah.. Aku sangat menyesal Jjong-ah. Aku amat sangat mencintai Kibum dan serius ingin menikahinya. Hanya saja waktu itu... waktu itu aku belum siap mendengar berita kehamilannya dan..." Jinki berhenti bicara, tak sanggup menahan airmata di pelupuk matanya.

"Aku bodoh,  Jjong-ah.. Aku bodoh karena menyia-nyiakan orang yang jelas-jelas kucintai. Maaf karena aku menyakiti adikmu. Menyakiti orang yang sangat aku cintai.. Kau boleh menghajarku sebanyak apapun kalau kau mau..."

"..."

Jonghyun terdiam lama. Batinnya berperang. Bukannya dia tak membenci perbuatan Jimki dulu. Meninggalkan adiknya dalam keadaan hamil. Akan tetapi, dia telah mengenal Jinki lama. Ia tahu bagaimana terkadang Jinki dengan bodoh mengambil keputusan dan tindakan tanpa berpikir dengan matang.

Selain itu...usia kehamilan Kibum sudah beranjak kebulan ketujuh. Adiknya itu akan segera melahirkan. Dan ia tak ingin kedua keponakan kembarnya tak memiliki ayah.

Setiap orang butuh kesempatan kedua dalam hidupnya. Dan niat Jinki menemuinya untuk menebus kesalahan merupakan bukti kalau Jinki benar-benar menyesal. Lagipula, manusia mana yang tak pernah salah?

My one and only one loveOn viuen les histories. Descobreix ara