4

269 23 1
                                    

Suara mesin mobil Audi hitam milik yunho terdengar di halaman rumah besar keluarga Lee. Ya, malam ini Lee Jinki memutuskan untuk pulang kerumah orangtuuanya dan mengatakan segala hal yang telah dilaluinya selama ini.

.

.

(Diruang baca)

Krieettt

Suara pintu terbuka telah mengalihkan perhatian kedua orang senior Lee yang ada di dalamnya. Melihat anak semata wayangnya yang ternyata masuk membuat Ny. Lee tersenyum.

Tuan dan Ny. Lee agak terkejut melihat anak mereka itu pulang dengan wajah pucat dan bimbang. Biasanya Jinki mereka akan pulang dengan senyum penuh semangat dan cerita-cerita yang menarik.

Jinki menghela nafas dan beranjak duduk di depan kedua orangtuanya.

Dan Jinki pun menceritakan kisah cintanya dengan Kibum dan soal kehamilan kekasihnya tersebut.

Beberapa menit setelah Jinki mengatakan semuanya, jelas merasa begitu kecewa terhadap anak tunggal kebanggaan mereka itu. Bisa-bisanya berbuat hal tanpa tanggung jawab seperti itu, terlebih lagi telah menghancurkan masa depan orang lain.

"Appa benar-benar kecewa padamu.. Kau kami didik dengan segala kasih sayang yang kami miliki, agar kamu tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang juga. Kamu kami sekolahkan ditempat yang terbaik, agar kamu bisa mengerti membedakan mana hal yang baik dan yang buruk dan mengambil keputusan terbaik.." ucap Tuan Lee dengan nada kecewa yang tak bisa disembunyikan.

"Tapi kenapa... Ahh.. nasi telah menjadi bubur.. Sekarang satu-satunya yang bisa kau lakukan adalah pergi ke kediaman Kim untuk memohon maaf dari mereka, terutama dari Kibum.."

"Aku tak bisa membayang kan, remaja seumur dia telah hamil, tanpa suami pula.. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana melewati kehamilan pertama dalam hidup tanpa adanya pelindung...bahkan saat aku hamil dulu aku selalu ketakutan akan hal-hal remeh, padahal sudah jelas ada Appamu yang mendampingiku" ujar Ny. Lee sambil mengingat masa lalunya.

"Aku tahu itu Umma, Appa.. makanya tadi siang begitu aku sampai ke Seoul aku langsung datang kerumah nya.. Tapi tentu saja mereka tak mudahnya memaafkan aku.. Dan hasilnya, aku menerima kemarahan Yunho ahjussi hingga seperti ini..." ucap Jinki sambil menyentuh lebam berwarna biru di wajah dan perutnya.

"Dan kau tak boleh menyerah begitu saja. Kalau perlu kau merangkak berlutut didepan rumah mereka hingga keluarga Kim mau memaafkanmu.."

"Dan kami kalau perlu akan membantumu sebisa kami.. Kau adalah anak kami satu-satunya. Dan bagaimanapun kami sebagai orangtua bangga melihatmu bisa berani mengakui kesalahan terbesarmu dan mencoba memperbaikinya" tambah Tuan Lee dengan bijak.

"Dan umma sangat ingin berkenalan dan melihat calon menantu dan cucu umma..." Ny. Lee tersenyum lembut kearah anak semata wayangnya.

Jinki menatap kedua orangtuanya dengan penuh emosi campur aduk.. Dia benar-benar bersyukur telah dilahhirkan di keluarga ini. Kedua orangtua yang begitu bijaksana dan mencintainya tanpa syarat...

"Maafkan Jinki, umma.. appa... maafkan aku..." Jinki menghambur kearah orangtuanya, memeluk sambil menangis mengingat dia telah mengecewakan orang tua yang begitu menyayanginya.

"Jangan menangis, kamu sudah dewasa.. sekarang berusaha yang terbaik untuk mendapatkan hati Kibum lagi ne..." pesan Ny. Lee kepada Jinki malam itu.

.

.

Setelah hari itu, selama beberapa hari Jinki terus berupaya datang ke kediaman Kim untuk bertemu dengan Kibum, yang sudah pasti ditolak mentah-mentah oleh Yunho dan Changmin. Jonghyun sendiri pulang kerumahnya tiap seminggu sekali demi melihat perkembangan kesehatan dan kehamilan adiknya. Kibumpun tahu bahwa Jinki telah kembali dan berkali-kali datang kerumahnya untuk bertemu dan meminta maaf kepadanya. Yang tentu saja ditolak juga oleh Kibum yang telah terlanjur membenci Jinki.

Setelah penolakan berkali-kali, Jinki  pun merubah strategi dengan cara mencoba menghubungi ponsel milik Kibum, yang memang sejak awal nomornya tak pernah dihapusnya, dan ternyata belum diganti oleh Kibum. Dan malam ini, adalah saat eksekusinya..

Jinki berlama-lama menatap smartphone miliknya. Di layarnya telah tercantum nomer ponsel Kibum. Dan saat ini Jinki bimbang, apakah bijak untuk menjalankan rencananya ini. Dia takut Kibum tak mau nenjawab panggilan darinya, dia khawatir bukan Kibum yang menjawab panggilan ini.. Dan yang paling penting, dia takut tak bisa meredam rasa rindunya apabila mendengar suara indah milik Kibum, mantan kekasih hatinya itu.

Dan ketika ia menggeser panel panggilan itu.. dan menempelkan smartphone itu ketelinganya..

Jantungnya pun mulai berdegup lebih cepat dari biasa, mengantisipasi hal apakah yang akan terjadi kemudian..

Tuut..tuuut...

Nada panggil itu semakin membuat nya merasa nervous..

Tuut...

"Yobseo?"

Di dering ketiga membawa suara lembut Kibum mengalun keluar dari ponselnya, masuk kedalam telinga Jinki, dan kemudian meresap dalam hatinya..

Dan dalam sekejap telah membuat airmatanya mengalir di antara kedua pipinya.

"Halo? Ini siapa ya?" Tanya Kibum sekali lagi, merasa penasaran siapa yang telah menghubunginya malam-malam seperti ini. Sama sekali tak tahu menahu dengan keadaan si penelepon yang saat ini sedang menahan isakannya dengan menutup mulutnya.

"Ki... Kibum..." "ini aku, Kibummie..."

Jeda agak lama dari kalimat pertama yang keluar dari mulut Jinki. Tak ada jawaban dari si penerima panggilan itu.

"Kibummie...b-baby"

"Ada apa? Kenapa kau menghubungiku? Maaf tapi urusan antara kita sudah tidak ada lagi Tuan Lee!"

"Baby, maafkan aku.."

"Tidakkah kau ingat? Antara kita telah berakhir berbulan yang lalu saat kau tak mau menerima anak yang ada dalam kandunganku. Kau sendiri yang telah memutuskan ikatan kita. "

"Min, kumohon.. dengarkan aku dulu.. Dengarkan penjelasanku.. Saat itu aku benar-benar shock dan.."

"Maaf...semuanya sudah terlambat untukmu, Tuan Lee Jinki. Aku sudah sama sekali tak mengharapkanmu kembali. Kau tenang saja, ada keluargaku dan anakku yang bisa mendukungku. mungkin memang lebih baik anak ini tak menbutuhkan sosok ayah. kau tak berhak lagi mengusikku, keluargaku,dan anakku...Selamat malam"

Dan isakan tangis Jinki pun semakin terdengar di dalam ruangan yang dipenuhi keheningan setelah panggilan tersebut diputuskan oleh yang ada di seberang sana.
.
.
.

TBC

Author Note : Ciaaaa, akhirnya update lagi. Maaf banget authornya sibuk fangirlingan, jd lupa ngeupdate ff ini. Mungkin kedepannya bakal jadi beberapa chapter, ga jadi 4 chapter. Hehehe

My one and only one loveWhere stories live. Discover now