"Kak Shane" ku raih wajahnya yang menunduk untuk menghadap ke arahku. Ku usap sudut matanya perlahan. Kak Shane tidak pernah seperti ini.

"Kamu bilang gak akan ada apa apa kan kak? Kenapa kamu nangis, ayo dong senyum"

Tiba- tiba saja dengan cepat kak Shane memelukku. Erat sekali, sangat erat. Hatiku bergetar, satu bulir air mataku jatuh begitu saja. Ku hapus dengan cepat, aku tidak mau sedih seperti ini.

"Aku takut kehilangan kamu" gumamnya pelan, kak Shane menambah erat pelukannya.

"Siapa bilang aku akan hilang, aku di sini, aku gak kemana- mana, udah kak Shane sana tidur cepetan, kamu pasti ngantuk kan?" Aku mencoba melepaskan pelukan kak Shane tapi sangat sulit sekali.

Akupun memilih diam, aku menepuk pelan punggung kak Shane mencoba menenangkannya. Hingga perlahan pelukan kami mulai meregang.

"Cengeng ih kayak dedek kuki" ejekku saat ku lihat matanya berair.

"Hehehe" kak Shane hanya tersenyum mendengar ejekanku.

Tok tok tok

"Non Ocha, ada yang cari non di bawah" teriak Bibi dari luar kamar.

Siapa pagi- pagi buta seperti ini datang ke rumah?

"Iya bi, sebentar" balasku.

Aku beranjak berdiri tapi kak Shane menahanku, "biar aku saja" katanya lalu pergi keluar kamar.

Tak lama kemudian kak Shane kembali kamar, tapi tidak sendiri melainkan bersama seorang anak kecil yang menggandeng tangannya.

"Loh Daffaa" aku sedikit terkejut.

"Mama" Daffa berhambur ke arahku.

"Kak Shane?" Aku mengerutkan dahiku.

"Pak Farhan keluar kota hari ini, Daffa gak mau di rumah sendiri, katanya mau ke rumah Mamanya, kata pak Farhan sih gitu" jelas kak Shane.

"Oh, loh Daffa gak sekolah?"

"Hari ini hari Sabtu, Daffa gak sekolah Mama"

"Ohiya libur ya, mama lupa hehehe"

Daffa menarik- narik bajuku beberapa kali, sepertinya dia menginginkan sesuatu.

"Kenapa Daffa?"

"Mama, Airin mana?" Lucu sekali Daffa.

"Airinnya masih tidur di kamarnya"

"Daffa udah bangun Airin kok masih tidur? Ayo Ma bangunin Ma"

"Hehe jangan nanti ya, kasihan Airinnya, Daffa sih kepagian kesininya"

"Daffa masih ngantuk Mama"

"Yaampun kasihan, iya sini tidur sini" kataku sambil menepuk nepuk kasur di sampingku duduk.

"Gak mau, mau tidur bareng Airin"

Daffa sepertinya sudah tidak sabar bertemu Airin. Aku tahu pasti bukan Karena aku dia ingin kesini, pasti karena Airin.

"Udah sayang, anterin aja ke kamar Airin, lagian juga masih kecil ini, bobok bareng gakpapa"

"Ih kak Shane"

"Ya gakpapa kan sayang? Kan masih kecil"

Karena Daffa terus memaksa, aku juga kasihan melihatnya. Aku pun membawa Daffa masuk ke dalam kamar Airin. Airin memang sudah punya kamar sendiri, dia tidak lagi tidur bersama Mama Gina.

"Ayo Ma cepetan" Daffa terus merengek.

"Iya iya Daffa"

Aku kaget setengah mati, Airin tidak ada di kamarnya. Biasanya jam segini Airin masih tertidur pulas. Kulihat selimut Airin juga masih berantakan.

"Airin, kamu dimana sayang" aku mencoba tenang.

"Mama, Airin mana"

"Sebentar ya Daffa"

Aku sudah cari ke seluruh sudut- sudut kamar bahkan ke kamar mandi tapi aku tidak menemukan Airin.

"Airin sayang kamu dimana"

"KAK SHANEEE hikss hikss" teriakku.

"Mama Airin mana, Mama jangan nangis"

"Airin hikss hikss"

Airin dimana, Ah iya Mama Gina? Semoga di sana.

***

Hai hai hai semuanya

Gimana nih part ini?

Makasih ya udah baca, jangan lupa vote dan comment nya ya❤️


























PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now