Dengan serentak, mereka berlima menoleh mengikuti arah jari telunjuk Madam Loly. Di sana mereka menemukan tulisan besar dengan pilok merah yang berisi ancaman.
"BERHENTI, ATAU KAU DALAM BAHAYA!". Madam Loly memang sengaja membiarkan tulisan itu begitu saja, tidak memperbolehkan petugas kebersihan asrama untuk menghapusnya dengan mengecat ulang. Karena Madam Loly ingin anak-anak itu melihat dulu apa yang telah mereka perbuat.

"Madam pikir kami gak bisa baca?" Di saat tidak ada satu pun yang berani bersuara, tiba-tiba Lukas menyeruak. Sontak seluruh pasang mata yang berada di dalam mengarah padanya. "Bodoh-bodoh begini, kalau baca doang mah kami bisa, Madam! Madam jangan ngeremehin gitu dong!"

"Ck," Ethan berdecak kesal. Bukan hanya Ethan, tetapi Madam Loly dan tiga temannya yang lain juga merasakan emosi yang sama dengan Ethan. Karena mereka pikir, Lukas mengerti dan ingin menyuarakan pikirannya atau apa. Tetapi ternyata mereka salah.

Setelah merusak suasana selama sekian detik, Yudan menarik tangan Lukas ke belakang untuk berdiri di sebelahnya seraya berbisik, "Udah, lo mending diem aja diem. Gak usah ngomong apa-apa."

"Gimana bisa diem? Dia coba ngetes kemampuan baca kita, man! Dipikir kita anak TK, kali, gak bisa baca."

"Gak, udah. Sssstt," desis Yudan persis seperti sedang mendiamkan anak kecil yang kisaran umurnya lima sampai sepuluh tahun.

Ketika Lukas sudah tidak lagi bersuara, suasana kembali mencekam dan penuh tanda tanya. Melihat mereka saling diam, berlaku seakan tidak tahu apa-apa. membuat Madam Loly mulai muak karenanya. Sekali-dua kali mungkin masih dimaafkan. Tapi sepertinya tidak untuk yang ketiga kali. "Ini benar-benar sudah keterlaluan. Sekarang kalian tidak perlu mengelak lagi di depan saya. Saya tahu itu perbuatan kalian."

"Atas dasar apa Madam nuduh kami?" Yudan bertanya tegas.

"Tunjukkan bukti yang Madam punya kalau kami pelakunya," cecar Daniel.

"Saya tidak perlu bukti. Karena semuanya sudah jelas. Kalian adalah pelaku di balik semua teror yang terjadi di Lawden Hall."

"Apanya yang jelas? Selama Madam gak punya bukti, itu semua cuma praduga Madam aja. Gak ada yang jelas." Ethan merespon ketus.

Madam Loly mengembuskan napasnya kasar. Lima anak di hadapannya ini memang sungguh 'luar biasa'. Dan dia tidak bisa menyepelekan mereka begitu saja. "Saya mau kalian mengaku saja. Karena saya akan segera melaporkan tindakan kalian ini pada Kepala Asrama,"

Adnan yang semula masih menghadap dinding, membalik badannya. Mengambil langkah pelan, mendekati Madam Loly yang berdiri tepat di samping meja. "Kami gak akan mengakui hal yang gak kami lakukan."

"Baik," ucap Madam Loly kemudian. "Kalau kalian tidak mau mengakui perbuatan kalian, saya beri kalian misi untuk mencari tahu siapa pelakunya. Dan jika kalian tidak bisa menangkap peneror itu, maka kalianlah yang akan ditetapkan sebagai pelakunya."

===

To be continue...

A/n: aku baca komen di part2 sebelumnya. sepertinya di antara kalian, sudah mulai ada yang curiga-curiga😂

Bonus foto Adnan kecil

Bonus foto Adnan kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matanya, mata anak tengil banget ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matanya, mata anak tengil banget ya. Senyumnya jugaa. Ternyata udah tengil dari kecil

Emerald Eyes 1&2Where stories live. Discover now