Dengan segera secepat mungkin aku naik ke atas, masuk ke dalam kamar dan beranjak mendekati box bayi. Seketika dia berhenti menangis saat aku sudah sampai.

"Dedek kangen sama mama ya, pinter gak nangis lagi hehehe" ujarku mengusap pipi lembutnya.

"Dedek haus? Tadi udah kan ya nak, yuk kita turun yuk lihat papa, dedek masih mau main ya belum mau tidur"

Baru saja aku keluar dari kamar sambil mengendong dedek kuki tapi langkahku terhenti karena kak Shane tiba tiba saja sudah ada di depanku.

"Loh kok naik?"

"Udah ayo masuk" katanya sambil mendorong badanku pelan untuk masuk ke dalam.

Grepp

"Eh eh" kagetku sedikit menunduk karena kak Shane tiba- tiba memelukku dari belakang, melingkarkan tangannya dan meletakkan dagunya di atas bahuku.

"Kak Shane?"

"Hm"

"Aku masih gendong dedek ini"

"Iya bentaran doang sayang, lagi pengen aja kayak gini"

"Nnggekkk Oekk Oekkkk"

"Aduh cup cup cup sayang dedek cup cup cup ya" aku menggerakkan tanganku menimang dedek bayi, lantas itu membuat kak Shane melepaskan pelukannya.

"Tuh kan" kak Shane merajuk dan duduk di pinggir ranjang.

"Oekkkk oekkkk oekkkk"

Aku hanya menatapnya lalu mencoba menenangkan dedek kuki lagi. Kini aku fokus dengan dedek bayi.

"Sayang, anak mama cup cup cup yaa"

Setalah lama aku menimang dedek kuki akhirnya dia tertidur juga. Ku lihat kak Shane masih dengan wajah bad mood nya.

"Kak Shane?"

"Apa?"

"Itu wajah kamu mau tak setrikain?"

"Enak aja, gak ganteng lagi dong nanti"

"Habis lecek gitu, cup cup cup papanya dedek marah ya?" godaku sambil menepuk- nepuk pundaknya.

"Itu loh dedek, modus banget sama kamu, dikit dikit nangis, gak bisa dia lihat papanya seneng dikit apa"

"Haha kamu kak, dia kan masih bayi mana ngerti, kamu sama anak sendiri masa cemburu".

"Gak gitu sayang, kata orang- orang kalo udah punya bayi pasti istri lebih sayang sama bayinya".

"He.em" aku mengangguk mantap.

Mendengar jawabanku kak Shane langsung membaringkan badannya membelakangiku yang sedang duduk di sampingnya.

"Kak Shane?"

"Iya, aku gak marah"

"Siapa juga yang mau nanya kamu marah apa enggak"

"Terus apa?"

"Aku cuma mau bilang. Bagiku kamu nomor satu, aku cinta kamu melebihi apapun, karena bagaimanapun dedek kuki membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang saling mencintai kak Shane, untuk saat ini mungkin perhatian aku lebih fokus ke dedek bayi, kamu tahu sendiri kan dia masih kecil belum bisa apa apa hehehe, lucu deh lihat kamu kayak gini kak, kelakuan kamu tuh ya gak beda jauh sama dedek bayi" ujarku sambil mengelus punggung kak Shane. Setelahnya aku mencium pelipisnya sekilas.

"Apa kamu bilang?" Kak Shane membalikkan badan menghadapku.

"Kamu kaya dedek kuki, utukkk utukkk lucunya" kataku mengulangi sambil mencubit pipinya gemas.

"Enggak bukan yang itu, yang cinta cinta apa tadi?"

"Ah gak ada siaran ulang, kamu ngeselin"

Aku beranjak pergi dan masuk ke dalam kamar mandi untuk sekedar sikat gigi, cuci tangan dan kaki.

"Loh kak Shane kemana?" Betapa terkejutnya aku saat aku kembali kak Shane sudah tidak ada di tempatnya.

Aku pun turun mencari kak Shane, tidak ku dapati kak Shane di ruang keluarga, aku pun berjalan ke depan. Dan ternyata benar kak Shane sudah berada di depan pintu rumah bersama dengan Bibi.

"Kak Shane? Bibi?"

Mereka tidak menjawab dan tampak fokus melihat kertas yang di pegang kak Shane.

"Kak Shane? Kenapa kak?"

Ku lihat kening kak Shane sedikit mengeluarkan keringat, dia juga menatapku dengan tatapan khawatir.

"Bibi kenapa?"

Bibi yang di tanya juga hanya diam saja menatapku. Aku menjadi semakin bingung. Langsung saja aku mendekati kak Shane dan melihat apa yang ada di tangannya.

APAAA?- batinku shock

***

Hai hai hai semuanya

Menurut kalian ceritanya makin kesini makin gimana? Comment ya, comment dong pengen tahu nih pendapat kalian

Aku mau bilang, kayaknya cerita ini beberapa part lagi bakalan END

Makasih ya yang udah mau baca sampai sini. See you..




















PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now