Amadeo bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekat ke arah Emily.

"Ja..jadi aku boleh memakai kembali pakaianku?" tanya Emily.

Amadeo memegangi kedua bahu Emily. Seketika badannya menjadi rigid.

"Tutup matamu," ucap Amadeo.

Emily mengedipkan matanya beberapa kali dengan cepat. "Ya?"

Amadeo mendekatkan bibirnya pada pangkal hidung Emily. Mengecupnya perlahan kemudian turun ke cuping lalu bibir dan dagunya.

"Kau steril? Atau memakai pil?" tanya Amadeo.

"Pil. Tapi bukankah kau tidak akan...

"Tidak. Hanya saja besok kau harus datang ke rumah sakit. Pengecekan kesehatan!" jawab Amadeo. Bibirnya masih tak jauh dari wajah Emily.

"Oke, aku akan pulang sekarang," jawab Emily.

Ia bergerak untuk lepas dari Amadeo. Lelaki itu memang terlalu kuat. Walau hanya bahunya yang di pegangi olehnya, Emily tidak bisa lepas begitu saja.

"Kau tidur disini malam ini," jawab Amadeo. "Seperti itu. Ke kamarku sekarang. No sex dan jangan banyak bicara."

"Uh.. Tunggu, sepertinya perkataanmu tidak dicerna dengan baik oleh otakku," jawab Emily, dia benar-benar bingung.

"Itu alasan. Dan aku tidak suka saat kau memberiku alasan." Amadeo memegangi lengan Emily lalu menurunkan tangannya ke bawah. Mengaitkan jemarinya dengan jemari Emily.

"Saatnya tidur. Okay!" Dan Emily tidak punya waktu untuk tidak menuruti Amadeo.

Mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Ada dua buah pintu disana. Mungkin keduanya kamar utama. Amadeo membuka pintu yang paling dekat dengan tangga. Emily mengikutinya.

Tidak ada yang istimewa di kamar itu hanya dinding yang bercat putih dan ruangan tidur yang lebar, lantai marmer, almari besar dan perabot lainnya - sofa dua buah dan meja kecil. Ada tanaman hias di pojok ruangan.

Amadeo melepas tangan Emily dan segera melepaskan kaos abu-abunya. Emily masih diam saja soal kaos tetapi saat pria itu membuka resleting jeans-nya, Emily memprotes.

"Pakai kembali," ucap Emily.

Amadeo hanya menunjukkan seringaian. Dan kembali membuka jeansnya. Mengangkat kakinya dan melepas celana ketat itu dari tubuhnya.

"Bukankah sudah aku katakan? Aku tidak butuh persetujuan dan tutup bibirmu itu atau kau akan menyesal dalam hitungan detik," sergah Amadeo.

"Apa? Kau ingin membungkamku dengan ciumanmu?" tanya Emily, nadanya meninggi.

"Lebih buruk dari itu dengan keadaan tubuhmu yang seperti ini didepanku. Jadi tutup mulutmu dan segera tidur. Aku tidak ingin bertengkar denganmu, Emi!"

Emily bergerak menjauhi pintu dan segera menuju ranjang tidur. Ia menyelimuti tubuhnya sendiri dengan membelakangi Amadeo.

"Dasar pria temperamental."

"Aku mendengarmu," jawab Amadeo. Lelaki itu segera mengambil kaosnya yang tergeletak di lantai.

"Ah, sebenarnya aku lebih ke dominant, sugar bee," lanjut Amadeo dan pria itu menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Sugar bee? Panggilan macam apa itu?"

###

Amadeo kembali ke kamar setelah ia mandi air hangat secara singkat. Ia sibuk mengeringkan rambutnya yang basah saat ia masuk kedalam kamar. Pria itu hanya memakai celana pendek ketat. Ia melemparkan handuknya kearah sofa. Ia sendiri langsung duduk di atas ranjang. Emily terlihat sudah lelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya yang sediki melorot. Kedua tangannya berada diatas kepalanya. Dan seketika itu juga Amadeo membayangkan delusi liarnya.

Trapped on His BedWhere stories live. Discover now