#6 (Memulai Rencana)

279 16 3
                                    

Mentari memancar di ufuk timur. Seperti biasa, di halaman rumah, Lintar berpamitan kepada kedua orangtuanya sebelum berangkat kuliah. Lintar memeluk ibunya sambil memandang ayahnya yang berada di sisi ibunya. Lintar tidak tahu apa yang disembunyikan ayahnya, tapi ia harus percaya mungkin itu adalah pilihan yang terbaik.

"Hati-hati!" Ibunya berteriak kepada Lintar yang sudah berjalan menjauh dari rumah.

Laki-laki misterius itu keluar dari pintu rumah.

"Inikah yang selalu dilakukan oleh setiap keluarga?" ujar laki-laki misterius itu berjalan di sela-sela ayah dan ibu Lintar.

Kedua orangtua Lintar saling menatap, angin berhembus sangat dingin melewati mereka.


Ketika Lintar turun dari bus. Seseorang langsung menarik kerah bajunya dari belakang.

"Cepat ikut denganku!" Orang itu berbicara dengan logat batak.

Lintar dilempar di tengah kerumunan tubuh-tubuh berotot besar. Di belakang orang-orang itu, Mike, sedang berdiri di atas sebuah tong. Dia meloncat-loncat kecil, begitu belagu, seperti melakukan sebuah pemanasan. Tak sengaja kakinya menginjak ujung bundaran tong tak berisi itu, sehingga tong itu jatuh, dan Mike yang berdiri di atasnya terlempar ke depan. Pemuda bermata sipit itu tengkurap di atas tanah. Ia meringis kesakitan. Beberapa anak buahnya membantunya berdiri.

"Sepertinya tangan Bos patah!" ujar salah satu anak buah Mike panik.

Lintar tahu jika tangan Mike hanya terkilir saja. Mike berteriak seperti burung gagak yang terbakar ekornya. Lintar tertawa kecil.

"Kamu senang?! Hari ini akan kubalas perbuatanmu tadi malam." ujar Mike sewot.

"Tadi malam?" gumam Lintar.

"Hajar dia!" Mike tertawa puas.

Semua anak buah Mike mengelilingi Lintar, mereka mulai menghajar Lintar silih berganti.

"Bos, apa tangannya sudah tidak apa-apa?" tanya salah satu anak buah Mike dengan logat Batak. Mike pun melihat pergelangan tangannya yang semakin membengkak, dia kembali berteriak. Semua anak buah Mike berhenti memukuli Lintar.

"Kenapa, Bos? Kenapa? Kenapa?" semua anak buah Mike menghampiri.

"Kenapa kalian pada kemari? Cepat hajar dia lagi!"

Mike kesal anak buahnya bertingkah tolol.

Lintar tergeletak tak berdaya di tanah. Mukanya sudah babak belur. Seorang laki-laki berpakaian hitam sedang tiduran di atas benteng. Anak buah Mike kembali menghajar Lintar secara bergiliran.

"Peluh!" Mike memanggil salah satu anak buahnya.

"Iya, ada apa, Bos, memanggil au?" Dia menjawab dengan logat batak.

"Cepat antar aku ke Rumah Sakit!"

"Baik, Bos."

"Arrrghhh!!!" Mike berteriak kembali.

"Dasar bodoh, dasar bodoh, dasar bodoh!" Kaki Mike menendang pantat Peluh, karena Peluh menarik tangan kiri Mike dengan kencang.

"Lebih baik aku pergi sendiri saja!"


Di parkiran, Mike menggelengkan kepala di depan pintu mobilnya. Ia menatap lorong kampus, tak sengaja dia melihat Lusi sedang berjalan.

"Lusi, Lusi!"

Lusi melengos, pura-pura tak mendengar.

"Aku punya uang, nih!" Teriak Mike.

PSIKOLOGIS:  Suara HatiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt