Fragmen 30

92 7 3
                                    

Waktu berlalu. Hari demi hari terlewati, kita semua bertarung melawan Sandekala di hutan hitam setiap hari. Berlatih demi meyakinkan diri sebagai bekal kita di pertarungan utama nanti.

Aku berdiri di puncak pinus. Mengedarkan pandanganku ke setiap celah pepohonan di senja kala. Abu hitam menyeruak mencemari setiap daun-daun, sungai, batu dan segala hal. Tubuhku tampak kotor, abu itu membuatku coreng moreng seperti habis masuk ke dalam lubang perapian.

"Shanty, di mana kau?!" sahutmu dengan lantang.

"Aku di atas pohon!" balasku.

Sekonyong-konyong segerombol Sandekala meloncat ke atas dan menyergapku dalam gelap.

Aku menyunggingkan senyum kemenangan. Hanya butuh waktu setengah detik bagiku untuk melenyapkan mereka dari muka bumi dengan Goldess Dor-ku dan abu hitam kematian mereka pun semakin mencemari udara.

Ada hal yang membuatku terpukau kali ini.

Senjataku ... berkilau ....

Senjataku memunculkan Kinzoku Light!

Cahaya itu berwarna keemasan menyeruak dari setiap sisi senjataku, dari salah satu tali pengait pistol di pinggang kiriku mengalir hingga ke ujung mata pedang yang menyatu dengan pistol kedua di tangan kanan.

Aku tak percaya bahwa ini nyata.

Aku tahu bahwa senjata kita ini sebagian logamnya adalah hasil dari leburan senjata keramat kita tempo lalu tapi setengah logamnya adalah logam titanium biasa—bukan hasil dari sejarah masa lalu.

Begitu pula dengan amunisi yang kugunakan dalam pistolnya, bukanlah hasil dari leburan senjata keramat. Dan satu hal lagi yang membuat senyumku berbunga-bunga adalah bahwa saat cahaya itu muncul, tak terasa adanya panas sedikit pun. Tapi aku masih belum memahami dengan pasti bagaimana cara cahaya ini keluar.

Mungkinkah?

Aku melompati setiap dahan hingga akhirnya turun ke dasar.

"Kawan-kawan! Nikmatilah pertempuran ini! Jangan ada beban, jangan merasa terpaksa, percayalah bahwa kalian bisa! Dan yang paling penting, percayalah bahwa senjata kalian bisa melakukan hal ini!" seruku seraya mengempaskan senjataku ke kegelapan hutan hitam di depan. Cahaya keemasan dalam senjataku melesat secepat kilat, seperti mata pedang hingga puluhan meter jauhnya. Melenyapkan setiap Sandekala yang terlewati olehnya.

"Wow! Luar biasa!" seru Shen ternganga.

Senyumku tersungging ke arahmu. Tapi kau balik menatapku tanpa berkedip. Tanpa tersenyum.

"Percayalah, kalian pun bisa melakukannya!" ujarku dengan pandangan yang tak lepas dari matamu.

Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Danny. Ada keraguan di benakmu. Ingatkah saat pertama kali kita bertarung dengan seluruh saudaramu di sini? Hanya kau sendiri yang tidak bisa memunculkan Kinzoku Light. Tapi kali ini percayalah bahwa kau pun bisa melakukannya.

"Ayolah! Kita juga tidak ingin kalah denganmu!" sergah Rikkie semangat. "Harus percaya dengan dengan senjata kita? Ya, aku percaya seratus persen," ujar Rikkie mengangkat Gunblade Crosshine-nya ke udara tinggi-tinggi. Senjatanya bersinar kehijauan.

Seakan tak mau kalah, senjata Shen mendadak bersinar perak. Dia begitu girang saat senjatanya mengeluarkan cahaya.

Flo dan Nora ikut memunculkan cahaya itu secara bersamaan dari senjata mereka—Bing Bag dan Machinearies Hand. Berwarna ungu dan merah.

Sedangkan Becky, sejak awal memang senjatanya sudah bisa mengeluarkan cahaya biru dari batu Kristal tersebut. Tapi kulihat ada cahaya yang mengalir sepanjang mata pedang senjata Kieryu-nya kali ini, berwarna putih samar.

Kami semua menatapmu.

Menatap ke dalam matamu yang dingin dan ragu.

Kemudian matamu tertuju pada Phyton Neutron-mu.

"Jangan ragu. Percayalah, Danny, kau bisa memunculkannya," ucapku sembari tersenyum.

Kau menatapku kembali dengan ekspresi sama.

Getir.

"Ayolah, Dane! Keluarkan ekspresimu! bebas!" sahut Shen menyemangati sambil menepuk bahumu.

Kau malah membalikan tubuhmu.

Memalingkan muka dari kami semua.

Senyumku yang sempat terkembang kini surut.

Aku melangkah mendekatimu.

Aku memelukmu dari belakang. Membisikkan sesuatu di balik punggungmu.

"Jangan merasa terbebani. Jangan merasa terpaksa. Semua ini adalah keinginan hatimu. Kau adalah pahlawan utama di sini. Buang keraguan dan percayalah bahwa kau bisa."

Tiba-tiba senjatamu bersinar, terang sekali, lebih terang dari cahaya milik senjata kami semua. Cahaya itu berwarna oren, mengalir di setiap titik senjatamu, kemudian berpusat di satu titik bagian tengah dan melebur menyinari setiap ruang waktu yang gelap.

Aku tidak tahu apa yang kau rasakan saat ini. Kau enggan menunjukkan ekspresi wajahmu pada kami semua.

"Shanty," ucapmu.

"Ya?"

Aku melepas pelukanku darimu.

Kau berbalik menatapku dalam-dalam. Matamu berkaca-kaca.

"Terima kasih," ucapmu seraya memberiku sebuah senyuman kebahagiaan.

Aku mengangguk pelan. Membalas senyumanmu. Tanpa terasa air mata mengalir di pipiku. Aku merasa bahagia. Sangat bahagia. Senyumanmu saat ini adalah hal terindah yang kau berikan untukku sejak tragedi masa lalu.

"Baiklah, kawan-kawan! Sudah saatnya kita berpesta yang sesungguhnya!" serumu bersemangat.

"Yeah!" timpal Shen.

"Aku suka itu!" seru Rikkie.

"Padamkan senjata kalian! Biarkan mereka mendekati kita semua!" ujarmu.

Kita semua memadamkan Kinzoku Light dan membiarkan makhluk-makhluk kegelapan itu merayap mendekati kita. Kemudian saat para Sandekala itu menyerang, kita serentak memunculkan Kinzoku Light dan bersama-sama melenyapkan mereka semua.

Cahaya milik kita meledak di udara, menyebar bersamaan dengan embusan angin kuat, menyapu habis seluruh Sandekala yang berada dalam radius satu kilo meter di sekeliling kita.

Kita bersuka cita merayakan keberhasilan ini.

Kita telah siap memasuki medan perang.

Kita telah siap menjalankn misi utama kita, mendapatkan tiga batu Kristal yang tersisa.

***



Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang