Fragmen 22

97 11 0
                                    

Nenek bilang, batu Kristal biru adalah batu keramat yang dia dapatkan di bangunan keramat. Kristal itu adalah Kristal pelindung yang dapat melindungi kita dari Sandekala dengan cahayanya. Tapi, Kristal itu tidak akan bercahaya dan melindungi jika tidak digabungkan dengan logam kemenangan disertai tekad dan semangat yang kuat.

Nenek memanggil kita dari rumah. Menyuruh kita semua berkumpul di ruang depan. Sepertinya dia hendak menjelaskan apa yang dia bicarakan sedari tadi dengan Becky hingga tak ingin diketahui olehku. Tapi, saat kita bertiga masuk, tidak ada Becky di sana. Nenek mengatakan Becky pulang dan aku yakin ada suatu hal yang telah direncanakan nenek dengannya.

Aku bertanya-tanya bagaimana cara Becky pulang dari desa ini sebab dia tidak membawa kendaraan apa pun sewaktu datang kemari, seolah dia bisa menghilang. Mungkin dia menggunakan salah satu sihirnya. Senjatanya pun dia bawa bersamanya.

Kita—termasuk Shen—duduk di hadapan nenek. Wajahnya yang keriput tampak tegang seakan ada hal yang harus kita lakukan dan ini benar-benar berbahaya.

"Tak akan ada gunanya lagi kalian melakukan pertarungan di tanah ini. Semuanya telah terlambat. Tak ada jalan untuk memusnahkan mereka semua di sini. Mereka tak akan pernah berakhir," ucap Sindia—nenekku.

"Apa maksudmu, Nek?" tanyamu.

"Kita harus langsung mengalahkan sang Raja segera. Celah masuk antara dunia kita dan dunia mereka telah terbuka lebar. Lubang itu telah menganga dan sulit bagi kita untuk menutupnya kembali. Aku datang menemui Parmoun dan dia mengatakan sesuatu yang membuat aku terkejut," ujar Sindia.

"Apa yang dikatakannya, Nek?" tanyaku penasaran.

"Dia mengatakan kebenaran. Kebenaran mengenai apa yang terjadi di hutan hitam. Bukankah kita selama bertahun-tahun mencoba membasmi para Sandekala itu dari dunia ini? Kenapa mereka tidak pernah ada habisnya. Dulu aku pikir mereka berjumlah semakin banyak gara-gara lolos ke dunia ini melalui portal itu. Portal yang menghubungkan dunia ini dengan dunia sana—dunia arwah yang mereka sebut sebagai Keikai."

"Bagaimana mengalahkan sang Raja? Bukankah dia hanya bisa kita temui saat kita bertemu Sandekala terakhir yang tersisa? Untuk itulah aku bertarung di sini," ucapmu.

"Nek, apa yang sebenarnya terjadi? Sejak kapan para Sandekala itu datang kemari? Nenek belum pernah menceritakan hal itu secara detail sejak aku bertarung pertama kali di hutan hitam," timpalku.

"Untuk bertemu sang Raja, kau tidak harus mengalahkan semua Sandekala dan lewat perantara sang Sandekala yang tersisa. Tetapi harus ada pengorbanan besar untuk melakukan cara ini," ucap Sindia menatap mata kita satu per satu.

"Apa itu?" tanya Shen mencoba memahami meski kutahu bahwa dia kebingungan.

"Masa depan kalian. Apa kalian berani mengorbankan hal itu selamanya?" tanyanya.

Kita semua membisu. Aku tak paham maksudnya tapi wajahmu menunjukkan sebaliknya.

"Akan aku ceritakan pada kalian, bagaimana semua ini terjadi? Awal pertama kali bagaimana para Sandekala datang ke dunia ini," ucap nenek.

Dan sebuah kisah panjang kita dengarkan malam ini. Kisah yang akan membuat kita semua memiliki cara pandang yang berbeda dan aku khawatir dengan apa yang terpikir dari kita yang tidak berada di ruangan ini.

***

Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang