Fragmen 29

96 8 0
                                    

Sore menjelang. Teman-teman kita telah datang setelah aku menghubungi mereka semua.

Nenek menjelaskan tentang rencana kita kemarin pada teman-teman kita yang lain. Semuanya mendengarkan dengan saksama kecuali Becky yang sepertinya sudah tahu lebih dulu. Dia duduk di beranda kayu sembari mengelus batu Kristal biru di senjata Kieryu-nya. Lelaki genit itu—Shen—sedari tadi berusaha duduk merapat, berdekat-dekat denganku sedangkan aku berusaha duduk lebih dekat denganmu.

"Baiklah semuanya! Dengarkan aku!" sergah nenek.

Kami menyimak perkataan nenek termasuk Ian yang ikut mendengarkan apa yang hendak diucapkannya meski kau—tetap—tak akan pernah mau mengajak Ian kembali dalam pertempuran ini.

"Ada tiga buah batu Kristal yang dijaga oleh makhluk-makhluk berbahaya itu. Batu yang pertama berwarna jingga. Batu itu terletak di bagian barat hutan hitam. Terletak di anak sungai kedua."

"Anak sungai kedua?" tanyaku meyakinkan.

Nenek mengangguk.

Anak sungai kedua dari sungai Kalem bukanlah 'anak sungai' melainkan rawa. Dan aku tahu pasti mengenai apa yang ada di rawa tersebut.

"Batu itu tersimpan di rawa-rawa. Aku tidak tahu letak pasti di mana batu itu berada. Hanya ada satu cara yang bisa kita gunakan. Batu itu bersinar di kala malam. Dan kalian bisa mencarinya pada malam hari tapi ada bahaya yang mungkin lebih besar," ujar nenek.

"Ada apa Nek di sana?" tanya Rikkie.

"Berbagai makhluk buas, buaya dan Anaconda hanya salah satunya. Ada makhluk yang disebut sebagai Leled Samak di sana. Dan makhluk itu sangat berbahaya."

"Lalu kapan kita harus mencarinya, Nek?" tanya Flo.

"Tergantung kapan kalian siap?"

"Kita lakukan hari ini saja! Tak sabar rasanya aku ingin segera beraksi!" sergah Rikkie semangat.

"Tidak!" ucapmu tiba-tiba. "Ini terlalu cepat. Aku tidak ingin melakukan ini sebelum pertarungan kita benar-benar matang."

"Lalu, apa rencanamu?" tanya Shen.

"Musim panas berlangsung selama 3 bulan. Setidaknya, aku ingin kita semua berlatih selama satu bulan sebelum mencari batu Kristal itu. Aku ingin melatih kemampuan kita agar lebih hebat lagi."

Kulihat Rikkie cemberut, tapi tetap mematuhi keputusanmu. Dan kita semua kembali mendengarkan penjelasan nenek mengenai lokasi ketiga batu Kristal itu.

***

Senja ini, kita bertarung kembali di hutan hitam. Kali ini kita bertarung di antara pepohonan sempit, di sungai, di antara bongkahan-bongkahan batu. Mencoba setiap medan agar tak ada kesalahan di kemudian hari yang tak terperhitungkan.

Ian hanya menonton kita di tepi desa. Memandang setiap abu-abu hitam yang berterbangan mencemari langit senja akibat dari Sandekala yang mati tertebas senjata kita.

***



Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang