***

"Ibu, mau ada tamu ya?" tanya Bapak saat sampai rumah, dan langsung menuju meja makan.

"Gak ada, Pak" jawab ibu enteng, karena ia sedang menyiapkan piring-piring dan sendok serta garpu. Sedangkan Mba Vanya sedang mengambil nasi dari rice cooker.

"Terus ini kenapa banyak banget?" tanya bapak bingung. Wajah bapak jadi terlihat sedikit tua. Kurasa, bapak harus menampakkan wajah bingungnya terus menerus kalau tidak akan banyak ibu-ibu yang anaknya masih remaja naksir sama Bapak, karena dikira umur bapak masih kisaran 45 tahun-an.

Ya, aku tau itu karena ibu menceritakan itu padaku di telpon. Aku dan Ibu memang setiap hari telpon-telponan.

Ibu tersenyum padaku yang hanya duduk manis di meja makan, tanpa berniat untuk membantu sama sekali. Aku benar-benar pegal. "Ini Luna yang minta"

***

Author POV

Tristan melotot mendengar perkataan Ibu mertuanya barusan. Luna yang minta? Tristan sendiri tak yakin kalau Luna mampu menghabiskan semua yang terhidang di meja makan ini.

Tristan memijit pelipisnya, karena melihat Luna hanya cengengesan tak berdosa.

"Lun, kamu......" Tristan tak dapat melanjutkan kata-katanya dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

"Kenapa?" tanya Luna, tiba-tiba mukanya menjadi galak seperti medusa. "Kamu gak suka aku makan banyak? Pasti kamu gak suka ya kalo aku gendut?" suara Luna meninggi.

"Gak kok, aku suka" jawabnya dengan kaget. Apa-apaan Luna tiba-tiba menuduhnya seperti itu?

"Bohong! Kamu pasti gak suka! Kan kamu sukanya cewek kaya Merlyn yang badannya ba--"

"Merlyn siapa?" Vanya berbisik di kuping Ibunya, dan Ibunya hanya mengangkat bahu, tak tau.

Tristan melotot kaget mendengar nama merlyn disebut-sebut lagi. Apa-apaan Luna tiba-tiba membawa Merlyn ke dalam masalah ini?

Seakan baru tersadar setelah mendengar gumaman Vanya, Luna menutup mulutnya dan memandang Tristan dengan takut-takut. Namun, sorot mata itu tak lagi tajam seperti sebelum Luna menatapnya. Tatapan itu menjadi teduh, sarat akan kasih sayang.

Awan, Tias dan Vanya memilih bungkam.

"Ma--" belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya untuk meminta maaf pada Tristan, rambutnya sudah dielus oleh Tristan dan ditarik kepalanya Luna untuk mendekat ke bibirnya.

Kalian tidak lupa kan, kalau tinggi Luna hanya sedagu Tristan?

Cup.

Tristan menyelipkan rambut Luna berada di samping pipi ke belakang telinganya. "Aku sayang kamu, apa adanya" Tristan menatap Luna tepat dimatanya. "Bukan Merlyn" Tristan mengelus pipi Luna lembut.

"ada ibu sama bapak, ihhh" kata Luna dengan suara manjanya. suara yang hanya akan keluar kalau di depan orangtuanya, Vanya, dan juga Tristan. Tristan terkekeh geli, melihat istrinya yang malu-malu begitu padanya..

"eh?" ibu mengernyit, lalu sedetik kemudian mereka semua tertawa, termasuk Tristan dan juga Luna yang mengumpat di balik punggung tegap Tristan. "yaudah yuk kita makan"

***

setelah makan siang keesokan harinya, Tristan dan Luna membereskan semua perlengkapan yang mereka bawa sedikit, karena Luna merengek-rengek minta cepat ke malang saat itu. dengan pakaian seadanya, dan yang lainnya membeli di malang, merekapun berangkat.

Bitter-Sweet Wedding ✅Where stories live. Discover now