"Terserah kamu" balasnya datar.

Betapa senangnya diriku saat dia membalas perkataanku. Senyum merekah menghiasi wajahku, lalu dengan semangatnya aku mengambil makanan untuk kak Shane.

"Ini kak, di makan ya" aku tersenyum menatapnya. Kak Shane meraih sendok lalu mulai memakannya.

"Hehe Ocha kamu ngapain? Bukannya makan kok malah bengong ngelihatin Shane sambil senyum- senyum gitu" sahut Mama yang baru saja turun.

"Hehe enggak kok Ma"

Aku malu, aku memalingkan wajahku sejenak lalu menatapnya lagi. Tapi, saat aku menoleh mata kami bertemu. Membuatku gelagapan lalu aku berpaling ke arah yang lain.

***

Siang ini aku berniat untuk membawakan makan siang kak Shane ke kantornya. Aku juga ingin meminta kak Shane untuk menemaniku periksa ke dokter. Karena sepertinya kak Shane sudah tidak marah lagi.

Aku berjalan menuju ruangannya, tapi dari kejauhan ku lihat kak Shane membawa berkas di tangannya dan juga di sampingnya ada Raka. Mereka sepertinya tergesa- gesa sekali. Mereka berbicara sambil berjalan cepat.

"Kak Shane" panggilku.

Mereka melewatiku begitu saja, tapi aku merasa kak Shane sudah melihat keberadaanku. Kenapa dia tidak menyapaku?

Aku berbalik melihat mereka yang pergi melewatiku. Tiba- tiba Raka berhenti dan berbalik melihatku.

"Eh hai bos cantik" sapanya dari kejauhan.

"Bos, itu ada istri bos" Raka berusaha memanggil kak Shane, namun dia sudah berlalu pergi.

"Bos cantik? Saya panggil bos Shane dulu ya, tunggu di situ"

"Eh eh Raka, gakusah kayaknya lagi sibuk banget"

"Beneran bos?"

"Iya, titip salam aja ya"

"Oke bos cantik, saya duluan ya"

"Iya"

Aku menghembukan nafasku, aku kira kak Shane sudah tidak marah. Ternyata salah, sikapnya masih saja dingin kepadaku.

Jadilah aku harus pergi ke rumah sakit sendirian. Waktu kak Shane pergi aku di temani Mama Gina. Aku berharap kak Shane pulang dia akan  menemaniku ternyata kenyataannya lain. Sekarang kak Shane malah menjauh dariku.

***

Masih seperti malam kemarin, kak Shane sibuk dengan laptopnya di malam hari. Aku hanya duduk diam di sampingnya sambil mengelus perutku.

"Kak Shane"

Tidak ada jawaban.

"Kak Shane aku mau cerita deh"

Masih sama, hening.

"Kak Shane aku cerita ya"

"Tadi waktu aku ke rumah sakit periksa kehamilan, masa iya deh aku ketemu sama Roy dan Hani. Mereka so sweet banget tau kak. Jadi si Roy sakit terus Hani yang nemenin ke dokter."

Aku terus saja bercerita, aku sedang ingin sekali menceritakannya.

"Ohiya aku belum cerita ya, Roy sama Hani sekarang udah jadi pasangan kekasih dan itu semua berkat bayi kita, iya waktu itu aku yang meminta mereka untuk jadian. Eh Ocha kira sih mereka bakalan putus tapi ternyata mereka malah jadi mesra begitu kak. Aku seneng deh ngelihatnya"

Kak Shane masih saja fokus dan tidak merespon apapun.

"Hm kak Shane, kayaknya kita harus beli beli perlengkapan bayi deh, mungkin besok sabtu atau minggu, soalnya usia kehamilanku udah hampir memasuki trimester ketiga. Aku takut kalo besok- besok aku udah gak bisa pergi- pergi lagi hehehe"

Sebenarnya dari tadi hatiku sakit, kak Shane masih saja diam tak menjawab apapun.

"Kak Shane gimana? Kak Shane bisa kan besok sabtu atau minggu gitu? Gak ada acara kan?"

Mungkin aku juga yang salah menanyakan di saat dia sedang menyelesaikan pekerjaan kantornya. Tapi hanya di waktu malamlah aku bisa mengobrol dengannya.

"Kamu tuh bisa diem gak sih?" Ketusnya.

"Maaf.."

Aku menciut, hatiku bertambah sakit. Aku berhenti bicara lalu membaringkan badanku menyamping membelakangi kak Shane. Aku menekuk lututku. Ku lipat tanganku sebagai bantalan tidur.

Tak terasa air mataku mengalir, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis tapi aku tidak bisa.

Aku berusaha tidak mengeluarkan suara. Aku tidak ingin kak Shane tahu. Terus saja air mataku mengalir, berkali kali aku mengahapusnya dengan tanganku. Bantal di bawaku pun menjadi basah.

"Hikss" tak sengaja isakanku keluar. Semoga kak Shane tidak mendengarnya.

"Gakusah pura- pura nangis" celetuknya membuatku semakin menangis.

Ya Tuhan

"Hikss hikss" kali ini biarlah isakanku terdengar. Masa bodoh dengan kak Shane, dia hanya menganggapku berpura- pura.

Dadaku terasa sesak dan panas. Aku sudah tidak tahan, aku sudah lelah dengan semua ini. Aku capek.

"Hikss kak Shane, aku tau kamu masih marah tapi aku sudah minta maaf berkali- kali hikss" aku bangun dari tidurku. Aku sudah tidak peduli.

"Hikss kita ini udah suami istri kak, kenapa kamu masih kayak gini, kalo aku banyak salah aku minta maaf, jangan diemin aku kayak gini, kita bisa bicarain semuanya"

Sungguh aku tidak tahu lagi dengan Kak Shane, dia sama sekali tidak menatapku.

"Semua terserah kak Shane sekarang, aku udah capek, aku sakit hikss hikss, aku gak nyangka kak Shane bakalan giniin aku"

"Kak Shane pikir aku gak cemburu kak Shane deket sama dokter Mila, aku cemburu kak sangat cemburu. Kak Shane harusnya tahu itu. Sekali lagi Ocha minta maaf karena belum bisa menjadi istri yang baik buat Kak Shane, maafin karena Ocha udah buat Kak Shane kecewa. Tapi asal kak Shane tahu, Ocha gak pernah sedikitpun menyesal menikah sama Kak shane. Aku sangat mencintai kak Shane. Sakit rasanya di diemin sama kamu kak hikss hikss"

Sontak aku bangun dan turun dari ranjang meninggalkan kak Shane. Tapi belum sempat aku keluar, ku rasakan tangan kak Shane menahanku.

"Sayang"

***

Hai semuanya
Akhirnya bisa update lagi nih.

Makasih ya udah baca. Jangan lupa vote dan comment nya. Aku tunguin loh.






PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now