Undangan Kagetan

532 13 3
                                    



Bzzz..bzzz.. Ponselnya bergetar. Pria yang sedang mencuci piring itu buru-buru menyeka tangannya dengan kain lap bermotif kotak-kotak dan diraihnya telepon genggam dari dalam sakunya. Ia melihat layar panggilan.

Andi W –Istana

Oh..Mas Andi. Paling-paling dia mau menanyakan apa ada keluhan baru di Fan Page ISP. Lucu sebenarnya. Awalnya, cuma karena bingung, mau cari info terbaru atau foto-foto kegiatan Pak Presiden kok tidak ada di Facebook? Mesti cari-cari di berbagai situs yang download-nya lama sekali. Halah...ngabis-ngabisin pulsa! Padahal namanya di Indonesia, semua orang di desa saja punya Facebook.

Iseng, dibuatnyalah Fan Page Info Seputar Presiden. Dia kumpulkan foto, jadwal, berita-berita dari berbagai sumber ke dalam fan page itu. Tanpa dirasa akun itu lama-lama menjadi besar dan orang sering salah sangka, dikira situs resmi ke-Presiden-an. Akibatnya jadi banyak yang mengeluhkan macam-macam. Semua ia sampaikan ke Mas Andi Wibowo, Staff Istana yang sudah cukup lama dikenalnya. Kenal dari mana? Ya dari mana lagi? Lagi-lagi lewat Facebook!

Mungkin Mas Andi mau menanyakan kabar seputar fan page, tentang aspirasi dan keluhan rakyat yang sering ia sampaikan. Tapi yang mengherankan ialah Mas Andi menelepon langsung, padahal biasanya komunikasi di antara mereka berdua selalu melalui Facebook saja.

"Halo?"

"Selamat sore, lagi sibuk nggak Mas Iis?"

"Ah, biasa lah, Mas Andi. Sibuk nyuci piring dan delivery order," Iis terkekeh.

Mas Andi berdehem, "Mas Iis ingat waktu itu saya pernah bilang, kalau Pak Presiden berencana mengundang para pegiat sosial media untuk makan siang bersama?"

"Oh, iya Mas, saya masih ingat kok."

"Mas Iis waktu itu bilang bersedia kalau dipanggil?"

"Yahh..bersedia sih pasti. Tapi sebelum ada undangan ya... saya sih pasrah aja. Wong pegiat media sosial itu banyak dan pintar-pintar, Mas. Mana mungkin wong cilik seperti saya terpilih?" Iis tertawa terkekeh.

Wara-wiri di dunia maya politik ini sering membuatnya minder. Penulis-penulis artikel dan pegiat media sosial di Indonesia itu luar biasa, dan pastinya pintar-pintar. Mana mungkin Iis Turyanto yang berasal dari desa di pegunungan dan bekerja sebagai pelayan Rumah Makan Bakmi Cahaya Timur di kota Purwokerto diundang? Sekolah saja cuma lulusan SMP, kok!

"Wah, justru itu, Mas. Bapak sukanya ketemu wong cilik. Bisa ya, Mas? Bener? Saya mau memastikan Mas bisa datang supaya saya bisa urus logistik-nya."

"Lo...logis?? Ehh.." Kepala Iis kosong seketika. Beneran nih?

"Bisa nggak Mas?" Mas Andi mulai terdengar tidak sabar.

"Bi..bisa...bisa, Mas," bibirnya terbata-bata menyetujui.

Mas Andi masih saja terus berbicara, menjelaskan ini adalah program silaturahmi dengan para pegiat sosial media, sebagai kesempatan Bapak Presiden berterima kasih untuk para pendukungnya. Iis diminta berpakaian rapi dengan setelan batik dan sepatu tertutup.

Batik? Sepatu? Kening Iis berkerut-kerut, "Maaf Mas, haduh...gimana ya... Saya nggak punya baju batik, saya juga nggak punya sepatu, saya kerja tiap hari pakai sandal jepit aja."

Dipandangnya ujung jari-jemari kakinya yang dialasi sandal jepit usang berwarna hijau. Kalau dilihat dari foto-foto, lantai Istana mengkilap seperti kaca. Tentunya sandal ini hanya akan membuat lantai itu kotor saja. Bisa-bisa dia diusir sama cleaning service-nya!

Di Pojok Warung Bakmi ~Kisah Founder Fan Page Info Seputar Presiden~Where stories live. Discover now