Part 5 - Tidak Ada Rasa

Mulai dari awal
                                    

"Aisha mau, Pak. Mungkin kenalan dulu.." ucapnya lambat-lambat.

"Baiklah, besok Bapak sama Mama ketemu Ibunya Imran. Apa serius dengan ucapannya kemarin." Pak Galih tersenyum. Imran sosok pria yang bertanggung jawab. Ia rela jika menyerahkan putrinya. Pria itu tidak mungkin macam-macam.

"Semoga jodoh ya, sayang. Mama sebenernya nggak mau kamu menikah sama orang jauh. Kalau kangen susah ketemu kamunya." Ibu Wenny mengusap rambut Aisha.

Dijodohkan bukan hal yang tabu. Zaman dulu banyak yang menikah karena dikenalkan orangtuanya. Aisha berpikir tidak mungkin orangtuanya salah memilih untuk menjadi suaminya. Mereka pasti sudah memiliki pemikiran dan nilai untuk pria tersebut.

Imran Khalid, pria berusia 36 tahun. Ia adalah teman sewaktu kecil sekaligus teman sekolah Raja, kakaknya Aisha. Ia belum menikah sampai sekarang. Mungkin karena Imran pendiam dan jarang bergaul itulah yang membuatnya sulit menemukan seorang gadis. Dari segi ekonomi sangat mapan untuk sekarang, ia mempunyai kebun dan juga tambak ikan. Sehari-hari bekerja di kebun miliknya. Peninggalan sang ayahnya yang harus ia rawat. Ayahnya meninggal sewaktu dirinya masih SMA. Imran mempunyai 3 orang adik dan mereka sudah menikah. Ia anak pertama.

Dulu Imran sering main ke rumah Raja. Tapi setelah Raja menikah, Imran tidak pernah berkunjung. Aisha pun sudah lupa bagaimana sekarang rupa pria itu. Menikah dengan Imran mungkin bukan hal yang terlalu ditakuti. Karena orangtua masing-masing sudah saling mengenal. Pria itu tidak akan macam-macam.

"Dijodohkan bukanlah hal buruk." seru hatinya. Kini persepsinya tentang pernikahan berbeda, bukan lagi tentang pasangan yang saling mencintai. Tapi tuntutan dan tanggung jawab. Aisha mungkin tidak bisa mencintai Imran sebagai suaminya nanti. Ia hanya akan menjalankan peran sebagai istri yaitu menuruti apa kata suami dan mengerjakan pekerjaan rumah. Semua rasa dihatinya telah sirna bak ditelan bumi.

***

Minggu pagi Aisha mengantar Ibu Wenny ke pasar. Mereka berbelanja untuk kebutuhan warung. Tanpa di duga mereka berpapasan dengan ibunya Imran, Ibu Hanna. Ibu Wenny dan Ibu Hanna saling menyapa. Dan Aisha mencium tangan Ibu Hanna. Matanya berbinar melihat putri temannya.

"Ini Aisha ya?" tanya Ibu Hanna sambil tersenyum.

"Iya, Bu.." ucap Aisha sopan.

"Calon mantu Ibu dong?" ucap Ibu Hanna riang. Ibunya Imran orangnya sangat ceria.

"Ya?" mata Aisha melotot saking kagetnya. Ia belum menerima lamaran, bertemu saja belum.

"Nanti malem aku sama Imran mau ke rumah. Mau nganterin calon imamnya Aisha. Jadi tunggu kami ya, Bu Wenny." Ibu Hanna mengucapkannya tanpa beban. Aisha terperangah dibuatnya. Sedangkan Ibu Wenny tertawa karena sudah tahu sifat Ibu Hanna. Mereka bertetangga cukup lama.

"Kami tunggu, aku akan buat makanan spesial buat calon besan juga." Ibu Wenny mengerlingkan matanya. Aisha menepuk jidatnya. Bagaimana jadinya ia mempunyai mertua seperti Ibu Hanna.

"Aku pulang dulu ya," Ibu Hanna mencium pipi Aisha. Perlakuan yang tidak terduga.

"Ma, itu ibunya Kak Imran?" Aisha masih terpaku.

"Iya, Ibu Hanna emang terkenal rame orangnya. Tapi dia baik hati. Kalau kamu jadi mantunya. Mama nggak khawatir, kamu tau kan kalau menikah itu. Yang ditakutin adalah ibu mertua. Mama percaya sama Ibu Hanna. Dia akan menjaga kamu dengan baik begitupun Imran." Ada rasa tenang menyelimuti dirinya. Pilihan orangtuanya adalah yang terbaik.

Sepulang dari pasar, Ibu Wenny memberitahu suaminya jika Ibu Hanna akan datang beserta Imran. Ia sudah membeli sayur dan daging untuk menjamu calon besannya. Aisha tersenyum saat melihat betapa bahagia orangtuanya. Air matanya merebak.

"Jadi inilah .. Melihat orang yang kita sayang bahagia?" bisiknya terharu.

Perjodohan ini akan diterimanya.

Mereka sibuk merapihkan rumah dan juga memasak. Aisha membantu Ibu Wenny di dapur. Candaan dan tawaan menghiasi mereka. Seperti ini jarang mereka lalukan. Pukul 19.00 WIB Aisha dan orangtuanya shalat Isya. Ibu Hanna dan Imran datang setengah jam lagi. Rumah sudah rapih dan masakan tertata di atas meja makan.

Suara ketukan pintu membuat Ibu Wenny dan Pak Galih tersenyun lebar. Mereka sudah datang. Aisha masih dikamarnya. Orangtua Aisha mengajak calon besannya masuk ke dalam rumah.

"Aisha!!" panggil Ibu Wenny. Aisha mendengar namanya dipanggil buru-buru keluar kamar. Di ruang tamu ia melihat sosok pria itu. Imran mengenakan kemeja panjang berwarna toska. Aisha berjalan selangkah demi selangkah sambil memperhatikan Imran yang sedang duduk, kepalanya menunduk.

"Nah, calon mantu Mama," ucap Ibu Hanna saat Aisha ada di depannya. Imran mengangkat kepalanya. Pandangan mereka bertemu. Aisha segera mengalihkan tatapannya. Ia tersenyum canggung pada Ibu Hanna.

"Sebaiknya kita perkenalkan dulu mereka, Bu Hanna," ucap Pak Galih. "Ya walaupun udah kenal tapi itu kan dulu. Mereka masih ingat atau nggak."

"Iya, benar itu Pak. Nah, Imran ini Aisha. Dan Aisha ini Imran." Ibu Hanna saling memperkenalkan. Aisha dan Imran bersalaman sebentar. "Imran dulu mainnya disini terus kan pas Raja kecil dan belum menikah. Iya kan Imran?"

"Iya, Ma," jawabnya singkat.

"Ya ampun, Mamanya rame kenapa anaknya pendiam kayak gini sih?" pikir Aisha seraya melirik Imran. Dulu sewaktu Imran main ke rumah, ia hanya menyapa seadanya saja tidak lebih. Ia masih kecil untuk mengobrol dengan Imran.

Tangan Aisha secara refleks memegang dadanya lebih tepat dijantungnya. Ia mengerutkan kening dalam. Kenapa jantungnya tidak berdebar-debar saat melihat pria itu. Apa ini yang di inginkannya? Menikah dengan pria yang belum mengenal tentang jati dirinya.

Apakah pernikahannya akan bahagia?

Apakah pernikahannya akan bahagia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry typo & absurd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sorry typo & absurd

Thankyuuuu 😘😘

Feeling  (GOOGLE PLAY BOOK & KBM APP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang