Part 4 - Teman Curhat

1.4K 222 10
                                    

Makin lama Aisha tidak nyaman dengan keadaan sekitar. Ia ingin segera pulang. Sedari tadi hanya bisa mendengar mereka bercerita. Aisha meletakkan gelas minumannya yang sudah kosong. Meskipun mereka tertawa saling mengenang masa lalu. Aisha hanya menanggapi dengan senyuman tanpa mau melibatkan diri dalam obrolan mereka.

"Kamu kerja, Aisha?" tanya Tama yang duduk disebelahnya.

"Ya?" Aisha sedikit terkejut saat Tama bicara padanya. "Oh, iya.."

"Dimana?"

"Di Garment bagian adminitrasi," terangnya. Tama mengangguk mengerti. "Kamu?"

"Di IT," jawab Tama. "Kenapa belum nikah?" sambungnya.

Aisha tersenyum canggung, "belum jodoh mungkin. Kamu udah punya anak berapa?"

"Satu, perempuan." Mereka berdua mengobrol sedangkan yang lainnya sibuk. Aisha tidak munafik, sesekali melirik ke arah Rizky. Pria itu tidak ada berubahnya dari segi bicara yang suka sembarangan, ceplas ceplos dan pecicilan. 1 tahun ternyata tidak ada mendewasakannya. Hati Aisha sedikit tenang. Untung saja ia tidak terjerumus lebih dalam lagi.

Rizky pernah berkata akan menikahinya tapi harus menunggu 2 atau 3 tahun lagi. Katanya ia masih trauma dengan pernikahan. Tentu saja Aisha menolak keras, mau sampai kapan ia menunggu. Jika jodoh, jika tidak? Itu sama saja menyia-nyiakan waktu. Ia tidak sanggup jika harus menanti selama itu. Usia yang menjadi pertimbangannya juga. Kilasan masa lalu membuatnya semakin gelisah.

Tama menyadari itu, "kamu ada acara lagi?"

"Eum?" Aisha tidak mengerti dan menatapnya ragu.

"Teman-teman, maaf ya, kayaknya aku nggak bisa lama. Soalnya besok harus ke Yogya, aku pulang duluan ya." Tama bangkit dari kursinya. "Aisha, tadi bukannya kamu bilang ada acara keluarga. Mau bareng nggak?"

Aisha buru-buru berdiri mengikuti Tama. "Ya, aku mau ke rumah saudara ada acara." Teman-teman yang kecewa karena Tama dan Aisha pulang terlebih dulu.

"Kita pulang dulu ya," Tama memeluk satu persatu teman-temannya. Aisha bersalaman dengan mereka.

Tama dan Aisha jalan beriringan. "Bareng aja yuk,"

"Nggak usah, makasih."

"Aku bawa mobil." Tama mengeluarkan kunci mobilnya dari saku.

"Tapi kamu kan lagi sibuk," sanggah Aisha.

"Nggak kok, tadi cuma alasan aja. Memang aku mau ke Yogya tapi besok malam." Pria itu nyengir seraya membuka pintu mobil untuk Aisha. Lalu berjalan memutar ke kursi pengemudi. Pria itu langsung melajukan mobilnya.

"Kamu bohong ya," Aisha tertawa kecil.

"Kamu juga." Senyuman Aisha memudar. "Nggak ada acara saudaramu, kan?" gadis itu bergeming. "Aku tau kamu udah nggak nyaman disana."

Aisha bertanya-tanya kenapa Tama tahu? Ia mengalihkan pandangannya pada Tama sejenak lalu menunduk.

"Tebakanku benar, kan?" Tama tertawa renyah. "Aku bisa melihatnya dengan sangat jelas. Kenapa kamu nggak nyaman?"

"Nggak apa-apa," jawab Aisha datar.

Tama terkekeh, "cewek kalau bilang nggak ada apa-apa pasti ada apa-apa. Apa ada masalah pribadi diantara mereka?" tanyanya ingin tahu. Aisha tidak menyahutinya. "Kita jalan-jalan sebentar ya. Aku pengen ngobrol sama kamu."

"Tapi.."

"Tenang aja, aku nggak akan macem-macem kok." Aisha menghela napas. Ia merasa aman dengan Tama.

Feeling  (GOOGLE PLAY BOOK & KBM APP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang