CHAPTER 9. MANTAN ISTRI

Start from the beginning
                                    

Violetta awalnya cukup kaget. Tapi melihat sikap Xander yang terasa aneh seperti itu, Violetta memilih mengalah. Sembari menunggui Xander tidur, Violetta memutuskan untuk menonton TV.

*

"Nona? Tuan?" Suara Annete membangunkan mereka berdua. Tanpa sadar Violetta tertidur dengan bersandar di sofa.

"Ah, ya," Violetta mengucek matanya perlahan. Begitupun dengan Xander, ia beranjak dari posisinya. Menguap sejenak lalu berdiri. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya saat ia memutuskan masuk ke kamarnya meninggalkan Violetta yang heran.

"Nona, pagi ini ingin sarapan apa?"

Violetta mengalihkan pandangannya dari Xander ke Annete. "Terserah kau saja, Ann."

Di tengah pagi itu, tiba tiba, Sam masuk dengan ekspresi bak melihat hantu.

"Dimana Bos?!" Tanyanya cepat.

"Di kamar, Sam. Ada apa?" Tanya Violetta penasaran.

"Anu-"

Belum sempat menjawab, kali ini lagi lagi sesosok wanita masuk ke dalam dengan langkah ragu. Mata Violetta membulat tatkala sadar wajah wanita itu lebam di beberapa bagiannya.

"Sam?! Ada apa ini?!" Kaget Violetta. Ia menghampiri wanita itu. "Kau baik baik saja?!" Tanya Violetta.

Wanita itu justru menunduk, menangis lirih menahan sakit. Suara keributan membuat Xander keluar dari kamarnya.

"Tidak bisakah kalian diam?!"marahnya."Rebecca?!" Ia tidak kalah kaget dari Violetta begitu tau siapa yang datang.

Rebecca sontak memeluk Xander dan menangis. Sementara Violetta dan Sam, hanya menatap diam ketika Xander menenangkan Rebecca. Saat itu, entah mengapa Xander terlihat berbeda. Jika selama ini Xander bersikap kasar, egois dan tanpa ampun, di hadapan Rebecca, ia seperti seorang penyayang yang lemah lembut.

"Are you okay?" Tanya Xander khawatir. "Kenapa kau seperti ini?"

"Xander, please let me stay here!" Pintanya.

Xander tidak langsung mengiyakan."Beritahu aku ada apa? Suamimu yang melakukannya?"

Ah, bersuami, begitu gumam Violetta.
Rebecca mengangguk. Ia menangis sesegukan dalam dekapan Xander.

"I'm sorry Xander, please forgive me!"

Kemudian, mata Xander dan Violetta bertatapan. Mereka berdua bisu untuk sesaat. "Aku sudah memaafkanmu," katanya kemudian pada Rebecca. "Tapi aku tidak bisa membiarkanmu tinggal disini. Pulang ke rumahmu," jawan Xander.

"Dan bertemu suamiku?! Kau gila?!"

"He's your choice, baby," Xander tersenyum miring. Violetta tersentak. Senyum licik yang biasa ia lihat kini muncul kembali. Sifat asli Xander yang kejam kembali muncul. "Kau meninggalkanku untuk dia."

"Tapi, Xander-"

"Pulang, Rebecca."

"Xander!" Potong Violetta. Violetta maju dan merengkuh bahu Rebecca.

"Kau tidak bisa mengirim seorang wanita yang dikasari suaminya untuk kembali padanya! Itu sama saja kau membiarkan Rebecca bunuh diri!"

Xander melirik Violetta. "Lalu?"

"Biar dia tinggal disini untuk sementara Xander, sampai dia pulih.." pinta Violetta.

Xander menarik nafas dalam. "Hanya sampai aku merasa dia sudah sembuh, Violetta. Jika dia masih bertahan disini, aku akan memerintahkan suaminya untuk menjemputnya," Xander pun meninggalkan mereka. Tidak ada negosiasi.

Violetta menatap Rebecca yang merintih sakit. Ia lalu membawanya ke kamar tamu lain yang berada tidak jauh dari ruangannya.

"Apa perlu kita ke rumah sakit?" Tanya Violetta saat mereka berdua sudah berada di kamar. Dengan dibantui Gloria dan Margareth, mereka membersihkan luka Rebecca. Ternyata tidak hanya wajah, tangan dan lehernya juga mengalami luka bakar seperti terkena air panas.

"Terima kasih, Violetta.."

Violetta mengangguk. "Maafkan Xander yang bersikap seperti itu,"

Rebecca menggeleng lemah. "Itu salahku, Violetta. Aku membuatnya seperti itu,"

Violetta mengerutkan dahinya. Ia kemudian melirik Gloria dan Margareth yang seolah sudah tahu siapa wanita di hadapan mereka ini.

"Aku mantan istrinya,"

Violetta terbelalak tidak menyangka dengan apa yang ia dengar. "Aku istri yang meninggalkan Xander beberapa tahun lalu." Rebecca terlihat sedih. "Aku menyakitinya begitu dalam Violetta,"

Violetta tertunduk. Pantas saja Xander bersikap berbeda untuk sesaat tadi. Ia sedang dihadapkan dengan mantan istri yang pernah ia cintai.

"Lalu, kau siapa? Kenapa ada di rumah ini?" Tanya Rebecca.

Violetta tersentak. Bagaimana cara ia menjawab? Kekasih? Tentu saja bukan. Tawanan? Tentu saja tidak mungkin ia mengatakan itu.

"Bagaimana cara mengatakannya ya.." Violetta terkekeh bingung.

"Kurasa, kau bukan sembarang wanita yang dibawa Xander ke rumah ini. Jangan tersinggung, sebelum bersamaku pun, aku tahu tabiat Xander yang senang membawa wanita ke rumah. Hanya saja, kau berbeda dengan yang lain. Rasanya, kau tidak sama dengan koleksi wanita wanitanya."

Violetta hanya membalas dengan senyum.

"Kau beristirahatlah sejenak. Nanti aku akan menemuimu lagi," ucap Violetta.

Rebecca setuju. Violetta lalu berdiri, beranjak keluar dari kamar. Di balik pintu, Violetta termenung. Tentu saja ia harusnya tahu, kedatangan Devany waktu itu salah satu bukti bahwa hobi buruk Xander adalah menyimpan wanita. Violetta semakin berpikir ia adalah koleksi terbarunya. Mungkin jika Xander bosan, Ia akan melepasnya. Yang bisa ia lakukan kini hanyalah menunggu sampa Xander bosan.

ALEXANDERWhere stories live. Discover now