30

4.4K 454 95
                                    


Syair juga Hawa menoleh bersamaan mendengar ucapan nenek, mencoba mencerna maksud dari artinya, lalu keduanya saling tatap penasaran.

Dara dan Sena melakukan yang sama saling tatap belum mengerti, nenek masih duduk dengan tenangnya seolah tak peduli raut-raut penuh penasaran didekatnya.

"Maksud nenek apa?" tanya Syair akhirnya memecah suasana hening.

"Begitu saja tidak faham" balas nenek.

Tanpa menatap pada Syair yang sedang sangat ingin tau itu.

"Syair gak faham nek" balas Syair.

Lalu menatap pada mamanya juga Sena, berharap mereka tau dan menjelaskan pada dirinya, padahal merekapun tak tau maksud nenek itu apa.

"Karna itu kamu dirumah saja, jangan kemana-mana, nenek mau bicara berdua denganmu, biar gadismu diantar sopir saja" balas sang nenek.

Cukup membuat semua orang disitu terkejut, ucapan nenek yang menyebut jika Hawa adalah gadisnya Syair dan juga tentang restu yang diucapkannya tadi, apakah itu suatu pertanda yang baik, begitulah kurang lebih benak mereka menerka-nerka.

"Tapikan nek....." belum selesai Syair bicara.

Sang nenek sudah berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan tanya dihati mereka, seolah tak mau mengulang-ulang perintahnya.

"Syair coba kamu turutin ucapan nenek kali ini" pinta Dara pada anaknya.

Berharap menjadi jelas jika Syair mau menurut, meski hatinya tak yakin benar seperti dugaannya atau tidak.

Syair mengangguk sebagai jawaban dari ucapan mamanya, lalu menatap Hawa kemudian meraih tangannya, digenggamnya membawanya keluar dari rumah itu.

Sesampainya didepan rumah, seorang sopir tampak sudah siap disamping mobilnya.

"Kamu pulang sama sopir ya, nanti aku langsung nyusulin kamu selesai ngomong sama nenek, gak akan lama kok" ucap Syair pada Hawa.

Menatap lembut nan penuh kasih pada pujaannya itu, rasanya sesaat saja tak ingin berpisah begitu saja, berharap lajunya waktu selalu dilalui berdua begitulah yang dirasakan Syair.

Mau tak mau meski berat karna harus merelakan Hawa pulang dengan sopir, tapi Syair kali ini coba menuruti perintah neneknya.

"Iya gak apa-apa, lagian aku pulang sendiri juga bisa" balas Hawa tersenyum.

Agar gadis didepannya tak sebegitu khawatir padanya, karna dirinya sama sekali tak keberatan walau bukan Syair yang mengantarnya, dirinya sangat mengerti jika sang nenek harus dihormati.

"Gak boleh pulang sendiri, harus sama sopir" balas Syair.

Begitu jelas terlihat perhatian yang besar pada gadis didepannya, Hawa hanya tersenyum mendengar ucapan Syair semakin merasa jika dirinya begitu dikasihi.

"Pak, nanti jangan langsung pulang ya, jagain Hawa dulu sampai aku datang" perintah Syair pada sopirnya.

Yang langsung disanggupi tentunya karna tak mungkin menolak perintah Syair.

Hawa menggelengkan kepalanya pelan menatap Syair, tak menyangka sebegitu banyak rasa khawatirnya, Hawa tentu faham yang paling Syair khawatirkan.

Setelahnya Syair membukakan pintu mobil untuk Hawa, tangannya sedari tadi masih betah menggenggam tangan hangat itu, sebelum Hawa masuk kemobil Syair menyempatkan untuk mencuri kecup dipipi Hawa.

Membuat reaksi Hawa cukup kaget dengan rona diwajahnya karna ada sopirnya disitu, tapi Syair seolah tak masalahkan itu, tapi tetap saja Hawa merasa malu karna ulah Syair.

Syair Cinta HawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang