10

5.1K 519 111
                                    


Dibiarkannya ponselnya yang terus berbunyi sampai berhenti, karna Hawa justru sibuk memandanggi punggung Syair yang melangkah keluar dari dapur.

Masih tak mengerti dengan Syair dengan sikapnya yang dilakukannya, terkadang Hawa ingin bertanya tapi nyatanya tak pernah ditanyakannya, karna malunya rasa tak beraninya yang selalu membuatnya memilih menunggu yang tak tentu.

Syair langsung duduk bersama Abel juga Ayris yang terlihat sedang menonton TV. Jelas ada yang mendadak terasa tak enak didalam relung hatinya.

"Kenapa kok mukanya gitu banget?" tanya Abel pada Syair.

Karna memang raut wajah Syair yang nampak antara murung juga tak senang.

Tapi Syair tak menjawab pertanyaan Abel, karna Syair kini justru merubah posisi duduknya menjadi tiduran, ditaruhnya satu tangannya sedikit menutupi wajahnya, lalu dipejamkannya matanya seolah dirinya sangat menggantuk dan butuh tidur.

Abel juga Ayris memperhatikan Syair dengan sesekali saling tatap tak mengerti, karna tak ada sekatapun yang keluar dari mulut manis Syair.

Abel lagi-lagi dibuat kesal karna diabaikan Syair, meski Abel faham jika Syair memang sering kali begitu, tapi tetap saja dirinya merasa sebal jika Syair sudah cuek begitu.

Melihat Syair yang terus menutup matanya, Abel akhirnya beranjak kedapur berniat membantu Hawa untuk memasak, disusul Ayris juga yang nampak santai dengan sikap Syair karna tak seingin tau Abel.

Hampir sejam Syair dalam posisinya, ntah memang benar tidur atau tidak tapi nyatanya tetap tak beranjak.

Masakan yang dibuat mereka bahkan sudah jadi semua, Hawa mulai menaruh makanan itu dimeja makan kecilnya itu, sementara Abel juga Ayris nampak sedang membereskan dapur.

Hawa tentu sedari tadi sedikit merasa tak tenang, bahkan ada juga perasaan tak enak jika teringat sikap Syair yang tadi, ditambah sedari itu Syair tak kembali kedapur, tapi malah nampak sedang tertidur.

Hawa kini terlihat melangkah mendekat pada Syair, yang masih sama diposisinya sedari tadi, ditatapnya Syair lekat-lekat oleh kedua mata lembut nan sederhana Hawa, dengan menunduk bahkan menekuk kedua kakinya agar lebih sejajar dengan posisi Syair.

Seolah sedang mengamati dengan begitu teliti, karna mungkin Hawa merasa kapan lagi bisa sebegitu menatapi dekat wajah gadis didepannya jika tak saat ini, karna jika sedang tak begitu Hawa tak akan berani melakukan hal itu.

Sedikit berani tangan Hawa kini terulur pelan menyentuh tangan Syair, yang sedari tadi menutupi sedikit wajahnya, diangkatnya sangat pelan dan hati-hati tangan itu dengan jantung yang tiba-tiba tak tenang, bermaksud memindahkannya keatas perut Syair agar tak menutupi sedikit wajahnya, sesekali Hawa menahan nafasnya yang tak tentu meski hanya melakukan hal seperti itu.

Hawa sendiri tak mengerti dengan hati dan yang dilakukannya, karna bisa saja membiarkan Syair pada posisinya, sedikit lega Hawa merasa kala tangan Syair kini sudah Hawa pindahkan.

Membuat seluruh wajah Syair kini terlihat dengan jelas, yang menurut Hawa begitu cantik nan menawan, wajah bak malaikat bumi yang kini nampak begitu polos kala sedang tertidur, meski ntah benar tidur atau tidak, tapi setidaknya begitulah yang ada difikiran Hawa tentang makluk indah menawan didepannya.

Hingga jantung Hawa langsung dibuat deg-degan dengan cepat, saat merasa tangannya yang masih berada diatas tangan Syair kini digenggam lembut.

Pandangan Hawa yang sedari tadi begitu mengamati wajah Syair, kini perlahan dialihkan pada tangannya yang memang kini sudah digenggam tangan Syair, ntah apa yang harus dirinya lalukan yang jelas kini Hawa merasa bagai pencuri atau pengganggu yang ketauan.

Pelan Hawa mengalihkan pandangannya dari tangannya, kambali diarahkannya pandangannya pada wajah Syair yang jelas kini matanya sudah terbuka.

Demi apapun Hawa ingin sekali rasanya berlari dan masuk kekamarnya untuk menyembunyikan wajah malu juga tak enaknya, tapi belum juga dicoba Hawa merasa sudah tak ada kesempatan untuk itu, karna jelas kini kedua mata Syair terus menatap padanya.

"Ma..maaf, tadi...itu" ucap Hawa jelas gugup.

Menjadi segugup itu, padahal sebelumya dengan siapapun tak pernah dirinya merasa sekesulitan itu untuk berbicara.

"Udah masaknya?" tanya Syair.

Yang jelas tau kegugupan Hawa, hingga sengaja mengalihkan maksud dari ucapan Hawa, karna meski tak jelas tapi Syair sangat tau maksudnya, Syair tak tega rasanya melihat gadis didepannya merasa antara gugup atau bahkan takut.

"Iya" jawab Hawa menunduk.

Jelas tak kuat membalas tatap Syair, meski begitu lembut tapi bagi Hawa sangat menggugupkan degupnya.

"Aku lapar, boleh kita makan sekarang?" lagi tanya Syair.

"Ehmm" suara Abel terdengar.

Membuat Hawa langsung menarik tangannya yang sedari tadi tak dilepas Syair, lalu dengan cepat berdiri dari posisinya itu, membuat Syair merasa sedikit tak terima meski diam saja.

"Abel kita makan ya" ucap Hawa.

Tersenyum kikuk pada Abel, lalu melangkah meninggalkan keduanya, Syair juga bangun lalu melangkah dengan senyum tipisnya melewati Abel yang nampak menatap dengan penasaran.

Abel mengikuti langkah Hawa juga Syair kemeja makan, yang disana terlihat sudah ada Ayris tampak menunggu.

Syair langsung duduk didepan Ayris disusul Abel yang duduk disampingnya. Padahal Syair berharap Hawa yang akan duduk disampingnya, sementara Hawa duduk disamping Ayris yang justru tepat berhadapan dengan Syair.

Membuat Syair tampak tersenyum tipis karnanya, karna posisi seperti itu juga menurut Syair sangat bagus karna wajah Hawa terlihat jelas.

"Dimakan semua ya jangan malu-malu" ucap Hawa yang ditunjukan pada Syair juga Abel.

"Siap kakak" jawab Abel semangat.

Sementara Syair justru tak berkedip menatap Hawa yang kini mulai mengambil makanan, disusul Ayris juga abel, ntah apa yang sedang Syair fikirkan atau mungkin khayalkan, disaat piring yang lain sudah terisi makanan piringnya malah masih kosong.

Tapi Syair tampak santai setelahnya mengambil makananan didepannya, dengan matanya yang tak bisa jika tak mencuri pandang pada Hawa.

Membuat Hawa yang melihat itu,malah kini tampak juga mengambilkan makanan untuk Syair, seolah dirinya sudah lupa akan kegugupannya yang tadi.

"Yang banyak tadi katanya laper" perintah Hawa pada Syair.

Syair sedikit tersenyum mengangguk mendengar ucapan Hawa, ntah apa yang dirasa hatinya, karna hanya sekedar diambilkan makanan saja oleh Hawa ada yang dirasa berbinar.

Sementara Abel juga Ayris sempat melirik keduanya yang jika diamati sedikit berbeda, meski perbedaan yang bisa diartikan antara wajar atau sebaliknya, tergantung siapa yang mengartikan.

Setelah semuanya selesai makan dan membereskan piring-piringnya, Ayris berjalan kekamarnya yang katanya ngantuk karna kekenyanggan, Abel yang juga merasa ingin tiduranpun mengikuti Ayris kekamarnya.

Sementara Syair terdengar sedang menerima telfon, Hawa yang melihatpun tak mau menganggu dan masuk juga kekamarnya.

Beberapa menit berlalu Syair tampak selesai menerima telfon, langkahnya menuju kamar Ayris tapi tak jadi masuk, karna baru membuka pintu tapi terlihat keduanya tampak tertidur, Abel yang niatnya hanya tiduran ternyata tidur beneran.

Ditutupnya lagi pintu kamar Ayris, lalu kakinya melangkah kekamar milik Hawa, diketuknya pelan pintu kamar itu, hingga pemiliknya membukanya dengan salah tingkah kala tau siapa didepan pintu kamarnya.

"Boleh masuk?" tanya Syair begitu polos.

"Mau ngapain?" jawab Hawa dengan tatapan juga hati yang tak tenang.

"Boleh tidak?" ulang Syair menatap.

Lembut, tapi terdengar menekan bagi Hawa, yang kini jelas membuat Hawa semakin tak kuasa mengatur kerja
dijantungnya...........

TBC





Syair Cinta HawaWhere stories live. Discover now