2

8.2K 646 112
                                    


Menjelang sore, Syair yang dalam perjalanan dari kampus menuju rumahnya, sengaja menepikan mobilnya didepan mini market ntah apa yang ingin dibelinya.

Memasuki mini market dengan langkah santainya, langkah juga pandangannya menuju sederetan minuman kaleng, lalu mengambil beberapa dan membawanya kekasir.

Matanya kembali bertemu dengan mata gadis itu, gadis yang tadi pagi tak sengaja menabraknya, yang tak lain dialah Hawa yang duduk dibalik kursi kasir mini market itu.

Syair yang saat masuk memang tak melihat adanya Hawa dikasir, tentu saja karna sedari tadi nampak ada beberapa pembeli berjajar, yang sedang mengantri untuk membayar.

Mata Hawa sedikit dikagetkan kala melihat Syair didepannya, meski setelahnya terlihat tatapan canggung dari Hawa pada gadis yang lebih muda nan menawan itu.

"Cuma ini saja?" tanya Hawa.

Hal yang sama dirinya akan tanyakan pada setiap pembeli.

Syair hanya mengangguk tersenyum menjawab pertanyaan basa basi Hawa, tapi matanya seolah lebih berbicara, bahkan dikala Hawa sedang sibuk menghitung jumlah yang yang harus Syair bayar, mata Syair seolah tak berpaling dari gadis didepannya, yang membuatnya semakin meyakini satu hal.

Hingga suara lembut Hawa kembali didengarnya, memberi taunya berapa yang harus dibayarnya, Syair langsung memberikan uangnya untuk membayar minuman yang diambilnya.

Hawa menerimanya dengan canggung tak seperti pada pembeli lain, mungkin masih malu dengan kejadian tak sengaja tadi pagi, atau karna Syair teman adiknya, ntahlah dengan itu.

Lalu Hawa mengambil kembalian untuk Syair yang memang membayar dengan uang lebih banyak, sungguh Hawa tak mengerti karna disetiap pembeli tak pernah merasa canggung begini, meski tak jarang banyak pembeli laki-laki yang terkadang sengaja menggodanya, tapi Hawa tetap menanggapi santai saja.

Hawa menyerahkan kembalian uang Syair, tentu saja dengan disengaja atau tidak membuat mata keduanya kembali bertatap, tipis senyum Hawa terukir meski dibarengi rasa canggung karna tatapan Syair.

"Terima kasih" ucap Hawa.

Itupun yang selalu diucapkan pada pembeli lain, sesuai pesan sipemilik mini market tentunya.

"Kakak pulangnya jam berapa?" tanya Syair.

Membuat Hawa mengerutkan alis heran, karna menurutnya aneh gadis didepannya menanyakan kapan dirinya pulang.

"Aku lembur jadi sampai malam, karna satu teman ada yang tidak masuk hari ini" jawab Hawa jujur.

Meski penasaran dengan pertanyaan Syair, tapi Hawa tak berani menayakan tentang mengapa Syair bertanya kapan dirinya pulang, karna bisa saja cuma basa basi atau kurang kerjaan, setidaknya itulah yang Hawa fikirkan.

Lagi Syair mengangguk dengan jawaban Hawa, mata Syair sejenak meyapu sekeliling ntah mencari apa, atau hanya sekedar agar tak begitu ketauan terus menatapi mahluk indah didepannya.

Hingga tiba-tiba pembeli dibelakangnya meminta Syair untuk bergeser, karna jelas Syair menghalangi pembeli lain yang sudah mengantri untuk membayar, membuat Syair mau tak mau bergeser karna kasir dimini market itu memang cuma satu.

Tersenyum Syair pada pembeli dibelakangnya tanpa rasa bersalah apalagi berdosa.

Hawa tersenyum tipis melihat Syair yang seolah begitu tak peduli pada pembeli yang sedang antri membayar, jika diingat memang Syair cukup lama berdiri didepan meja kasirnya jika melihat hanya minuman yang dibelinya, antara sengaja atau tak sadar mungkin Syair melakukan itu.

Lalu begitu saja Syair melangkah keluar dari mini market, tanpa bicara apapun lagi pada Hawa yang sedang sibuk dengan kerjaannya, meski sekilas Hawa melirik langkah Syair.

Syair membuka pintu mobilnya dan masuk, tapi baru sesaat dibukanya kembali pintu mobilnya, lalu Syair keluar lagi melangkah masuk kedalam mini market untuk kedua kalinya.

Hawa yang melihat itu semakin heran, tapi setelahnya Hawa kembali pada kerjaannya, Syair semakin mendekat kemeja kasir berdiri didepan Hawa, menunggu dengan santai satu pembeli yang sedang membayar.

"Ada yang dibeli lagi?" tanya Hawa setelah pembeli didepannya pergi.

"Ini ketinggalan" jawab Syair tersenyum tanpa malu.

Menunjuk kantong plastik yang masih tergeletak diatas bagian pinggir meja kasir, Hawa sedari tadi juga tak menyadari itu, atau belum menyadari jika ada kantong plastik disitu.

Hawa hanya mengangguk untuk jawaban Syair, lalu kembali menghitung belanjaan pembeli yang sudah ada didepannya.

Setelah mengambil minumannya, Syair bukannya langsung pergi tapi ntah untuk apa masih tetap berdiri ditempatnya.

Hawa yang tau Syair masih didepannya menjadi lebih canggung rasanya, karna seolah merasa diperhatikan sedari tadi.

"Aku bisa gak ketemu sama yang punya mini market ini?" tanya Syair tiba-tiba.

Membuat Hawa yang sedang pura-pura tak melihat pada Syair, seketika langsung menoleh mendengar pertanyaan Syair.

"Mungkin tidak hari ini, karna pemiliknya tadi baru saja pulang" jawab Hawa.

Menjadi ada sedikit rasa penasaran dihati Hawa karna pertanyaan Syair.

"Jadi kira-kira kapan aku bisa ketemu orangnya?" lagi tanya Syair.

Terlihat serius, ntah apa maksudnya Syair menayakan hal itu, padahal Syair tak mengenal siapa orang yang ditanyakannya itu.

"Besok mungkin bisa, sekitar jam seperti sekarang, karna pemiliknya seringnya datang diwaktu itu sampai sore kalau sedang tak ada urusan lain" jawab Hawa.

"Kalau begitu besok siang aku datang lagi, tolong sampaikan pada pemilik tempat ini, kalau aku ingin bertemu karna ada hal penting yang ingin kubicarakan" ucap Syair.

Yang tentu saja itu semakin membuat Hawa heran tapi juga penasaran, Hawa menjadi menduga-duga karnanya.

"Iya, nanti aku sampaikan" jawab Hawa sedikit ragu.

"Kalau begitu makasih, sampai besok kak Hawa" ucap Syair tersenyum.

Lalu melangkah mundur dengan masih tersenyum terus menatap pada Hawa, hingga mau tak mau tubuh belakang Syair menabrak pintu kaca mini market itu, yang mendadak membuat Syair kaget.
Meski Syair tetap bersikap biasa saja, seolah itu disengaja olehnya karna malah Syair kini terlihat sedikit bersandar dipintu itu, dan masih menatap tersenyum pada Hawa, senyum begitu manis menawan yang akan disetujui semua yang melihat, setelahnya Syair berbalik langsung membuka pintu itu dan melangkah menuju mobilnya.

Hawa yang sedari tadi dibuat terus menahan senyumnya, kini menggelengkan pelan kepalanya merasa lucu dengan tingkah teman adeknya itu, meski sedari tadi membuatnya merasa canggung.

Tak dikira tentunya jika dirinya bertemu lagi dengan teman adiknya, setelah kejadian tadi pagi yang cukup membuatnya merasa tak enak, meski Syair tak masalahkan hal itu.

Syair yang sudah berada didalam mobilnya, masih terduduk menatap pasti mini market didepannya, ntah apa yang sedang ada difikirannya.

Hingga suara dari ponselnya mengalihkan pandangannya, menatap dengan ntahlah pada nama pemannggil dilayar ponselnya.

Tak berniat menerima panggilan itu, Syair langsung melajukan mobilnya untuk pulang.

Hingga lagi ponselnya berbunyi tanda pesan masuk, Syair mengambil ponselnya untuk membaca pesan itu, yang dengan seketika membuat kakiknya menginjak rem mobilnya dan berhenti, untung saja keadaan jalan yang cukup sepi, sehingga apa yang Syair lakukan tak membahayakan penguna jalan lain.

Mata Syair kembali membaca dan melihat dengan pasti pesan itu yang disertai sebuah foto, darahnya mendadak mendidih dibuatnya kala meyakini isi foto yang dilihatnya, hingga kata-kata umpatan keluar dari mulut manisnya ntah untuk siapa...........

TBC

Syair Cinta HawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang