19

4.7K 485 158
                                    


Syair langsung menoleh juga kala mendengar suara yang tak asing baginya memanggil Hawa, meski dirinya merasa kaget tapi tak sebegitu Syair tunjukan, berbeda dengan Hawa yang jelas ketara  diwajahnya.

"Ay...ris" sedikit gugup Hawa menyebut adiknya.

Ayris yang merasa aneh menatap kakaknya juga Syair, tapi tetap saja langsung berhambur kepelukan kakaknya, yang beberapa hari ini ntah kemana tanpa pesan apapun.

Beruntung ada Abel yang sering menemaninya, juga memintanya untuk tak terlalu khawatir pada kakakknya, karna pasti akan balik lagi kerumah.

"Kakak kemana aja? Aku khawatir takut kakak kenapa-napa, aku bingung gak ada kakak" adu Ayris pada kakaknya.

Bagaimana khawatirnya dirinya, tak beda dengan yang dirasakan Hawa, karna sejak dulu keduanya memanglah tak pernah saling jauh.

"Maafin kakak ya, kemarin ada urusan mendadak, sekarang yang terpenting kakak udah dirumah" balas Hawa.

"Tapi kakak dari mana?" tanya Ayris.

Yang tak langsung dijawab Hawa tapi malah melirik Syair, merasa bingung karna jujur tak mungkin saat ini, tapi bohongpun bagaimana.

"Syair, kamu kok sama kak Hawa? kalian kok bisa bareng?" lagi tanya Ayris.

Menatap Syair juga kakaknya penasaran, ntah Ayris tadi melihat semuanya atau tidak.

"Jadi gini deh, kemarin itu kakak kamu dikasih kerjaan diluar kota sama bossnya, nah karna boss kakakmu itukan tanteku, jadi kemarin itu aku diminta nganterin kakakmu gitu" jawab Syair.

Yang ntah bagaimana kepikiran jawaban begitu, atau mungkin memang jawaban yang sudah disiapkannya.

"Kok gak bilang aku dulu, bahkan ponsel kak Hawa gak bisa dihubungi" ucap Ayris tak mengerti.

"Kemarin itu dadakan banget, dan ponsel kita sama-sama mati, kita gak ada yang bawa caz" jawab Syair.

Sesekali melirik Hawa, yang raut wajahnya bagai bingung karna pertanyaan Ayris.

"Tapikan....." ucap Ayris terhenti.

"Udah ya Ayris, kasihan kakakmu pasti cape tu, biarin dia istirahat dulu ya" disela ucapan Syair yang tentu sengaja.

Tak mau Syair jika Ayris terus bertanya, juga melihat raut Hawa yang memang nampak lelah ditambah bingung.

Ayris sedikit cemberut dengan ucapan Syair, merasa apa yang ingin dirinya tau belum terjawab, membuat rasa penasarannya seolah masih betah singgah.

"Kamu istirahat ya, aku langsung pulang" ucap Syair pada Hawa.

Menatap lembut nan dalam meski hanya sebentar, karna Ayris nampak memperhatikan keduanya, Hawa hanya mengangguk tersenyum  menjawab ucapan Syair, seolah ingin berkata sesuatu tapi tak jadi karna ada Ayris, hanya bisa diwakili oleh tatap Hawa yang begitu penuh makna untuk Syair.

Setelahnya Syair langsung pamit untuk pulang, meninggalkan kakak beradik itu dengan perasaan yang Syair sendiri kadang tak habis fikir.

Membuka pintu mobilnya Syair hampir saja masuk kedalamnya, tapi sorot lampu mobil begitu saja terarah tepat pada dirinya, dirasa sangat menyilaukan bagi matanya.

Kemudian lampu mobil itu mati seketika, lalu keluarlah pemiliknya dari dalam mobil itu, seseorang yang sering datang dan pergi karna cemasnya pada Hawa, melangkah orang itu menghampiri Syair yang masih berdiri disamping mobilnya.

"Kau lebih berani dari yang kuduga" ucap seseorang itu pada Syair.

Meski ucapannya begitu tapi tatapnya tampak meremehkan pada Syair.

Syair Cinta HawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang