6

5.4K 525 124
                                    


Setelah dari Cafe Syair langsung mengantar Hawa pulang kerumahnya, sengaja tak mau turun Syair karna tak mau terlihat Ayris pastinya.

"Kak, saat seperti ini masih bolehkan terus terulang?" tanya Syair menatap pasti.

"Apanya?" tanya Hawa menatap bingung.

"Saat seperti tadi dan kini" jawab Syair seolah mengharap.

"Bukankah ini sudah kedua kali kamu anter aku pulang" jawab Hawa yang mulai mengerti.

"Aku mau lagi kak" ucap Syair sedikit tersenyum.

"Kenapa?" tanya Hawa terus dibuat bingung.

"Karenamu" jawab Syair terlihat serius.

"Me..mang aku kenapa?" terus tanya Hawa, yang menjadi gugup tapi penasaran.

"Karena kamu kakaknya Ayris" jawab Syair tertawa seolah sedang bercanda.

Lain dimulut lain dihati begitulah yang pantas dituduhkan pada Syair, karena jawaban pastinya sangat berbeda, meski Hawa tak tau akan hal itu, meski Hawa percaya saja dengan apapun jawaban Syair, yang ntah mengapa seolah tak diharapkan hatinya.

"Sudah aku duga" ucap Hawa.

Karena memang begitulah dugaannya, meski ada pengharapan lain sesungguhnya.

"Tapi ada hal lain yang gak bisa kakak duga" ucap Syair ntah apa maksudnya.

"Kalau begitu aku tidak akan menduganya" jawab Hawa.

"Karena cukup kakak rasakan saja" ucap Syair seolah ada makna.

Semakin membuat Hawa penasaran, karena dirasa dalam beberapa ucapannya tersirat makna yang tak mudah diartikan.

"Kakak masuk kerumah ya, mungkin Ayris udah nungguin kakak pulang" pinta Syair kini.

Yang tau Hawa seolah sedikit bingung akan ucapannya, Syair sengaja mengalihkan pemikiran Hawa dengan menyuruhnya masuk kedalam rumahnya.

Hawa menurut saja, setelahnya pamit pada Syair lalu keluar dari mobil Syair dengan hati yang masih dilanda beberapa pertanyaan.

Syair langsung melajukan mobilnya setelah Hawa turun dari mobilnya dan masuk kerumahnya.

Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya, Syair sedikit mengingat yang dirinya lakukan pada Hawa.

Syair bukan tak berfikir sebelumya, jika bisa saja Hawa akan menganggap aneh dirinya, tapi bagi Syair tak mengapa selama dirinya tak membuat Hawa menderita, dengan itu Syair tak perlu merasa bersalah apalagi berdosa.

Ada sedikit kelegaan didalam hati Syair, meski rasa kesal dan tak terima jauh lebih membara, otaknya dibuat panas kala teringat hal itu, yang memaksanya mau tak mau diharuskan mau.

Bahkan tak pernah terfikir oleh Syair, jika harus melibatkan orang yang tak tau menau, yang mungkin jika tau bisa saja akan sangat marah atau ntahlah, Syair tak pernah mengharap begitu, tapi kini adanya memanglah terlanjur begitu.

Syair langsung memasuki kamarnya setelah sampai dirumah, merebahkan dirinya sejenak sebelum membersihkan tubuhnya, ingatan Syair kini melayang ketempat yang sudah beberapa bulan ini tak dikunjunginya.

Tempat dimana mama tercintanya tinggal bersama seseorang yang sangat Syair percaya, sebuah desa yang cukup indah dengan pemandangan sekitar pantai juga ladangnya.

Rasa rindu yang dibarenggi rasa tak enak hati menyeruak bersamaan, kala Syair teringat kedua orang yang amat disayanginya itu.

Ditutupnya sejenak kedua mata yang sedari tadi seolah menatap kosong tak jelas, dengan fikiran yang masih sama tak tenangnya, namun anehnya bayangan Hawa ikut muncul disana.

Syair Cinta HawaWhere stories live. Discover now