"Pulang jangan malem- malem kasihan Airin" pesan Diandra yang terdengar seperti ancaman.

"Siap Diandra, makasih ye hehehe" ku tunjukkan senyumku yang paling tulus pada Diandra.

"Dasar Ocha, kalo lo gak lagi hamil udah gue usir ya lo, udah kayak pelakor aja sih lo ahh, esmosi gue"

"Emosi Diandra, ih masa saudara sendiri di katain pelakor. Jahatnya kamu" aku membenarkan.

"Udah sana berangkat"

Aku melambaikan tangan pada Diandra dan lekas masuk kedalam mobil kak Ciko. Kak Ciko sebelumnya sudah membukakan pintu.

"Cepetan pulang" teriak Diandra.

"Iya elah Diandra, ini juga baru mau berangkat."

Dari kejauhan wajah Diandra tampak begitu khawatir. Dia terlihat tidak rela jika suaminya aku pinjam.

Awalnya di dalam mobil aku dan kak Ciko hanya saling diam. Padahal mulutku sudah tidak tahan untuk bergerak. Sedangkan Airin yang sedari tadi mengajak aku mengobrol sudah tidur di pangkuanku.

"Kak Ciko?"

"Apaan?"

"Nikah sama Diandra enak gak?" tanyaku untuk memulai topik pembicaraan.

"Enak" balasnya singkat.

Dih pendek bener sih jawabnya kan aku jadi bingung mau nanya apalagi

"Enak gimana kak?"

"Enak aja kalo malem".

"Emang kalo malem ngapain? Kok enak?"

"Ya gitu- gitu".

"Gitu gimana?"

"Duh Cha, Kamu hamil kenapa jadi lemot gini dah?"

Huh gimana sih kak Ciko, bukannya jawab malah gitu gitu aja.

Ternyata bukan kak Shane aja yang bikin kesel, kak Ciko pun sama.

"Lah kamu gimana sama Shane?"

"Hmm lumayan"

"Kok lumayan sih?"

"Lah terus apa?"

"Ya seneng banget kek atau bahagia banget gitu".

"Iya seru kok"

"Wah seru ya pas itu".

"Itu apa?" Aku bingung dengan yang di maksud kak Ciko.

"Waktu itu"

"Waktu itu kapan?" Aku semakin bingung.

"Udah gak jadi, biar jadi rahasia Tuhan aja Cha".

"Oke" balasku sambil mengedikkan bahu.

Suasana mobil kembali hening, topik sudah habis. Aku masih mencari topik baru untuk di perbincangkan.

"Diandra ngidamnya gimana kak?"

"Hmm biasa sih, gitu gitu aja".

"Gitu gimana?

"Ya gitu"

"Ahh capek dari tadi gitu- gitu mulu kak Ciko, jawabnya agak panjangan napa" aku menghela napas pasrah.

"Hehe iya iya maaf, biasa pengen ini pengen itu, ya untungnya sih gak aneh- aneh dia, terus kalo mau apa dia suka cari sendiri, hamil dia malah jadi lebih mandiri sih".

"Oh..."

Penjelasan kak Ciko membuatku sedikit merasa bersalah. Diandra saja yang istrinya tidak meminta hal aneh, ini aku cuma adik ipar tapi mintanya yang enggak- enggak. Tapi mau bagaimana lagi, kalo tidak di turutin tidak bisa lega rasanya.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt