WHAT HAPPENED?!?!

Începe de la început
                                    

"Oke ma. Mama istirahat aja ya" kataku dan langsung mengambil dompet.

"Pake tas ini aja Lun," mama menyodorkan sebuah tas putih dengan tali hijau, yang bertuliskan 'Go Green'.

"Oke deh ma, Luna pergi dulu ya"

***

Author POV

Karin menunggu kehadiran menantu bungsunya. Hampir sejam ia pergi, tapi belum juga kembali, ia jadi menghawatirkan keadaan menantunya itu. Ia takut terjadi apa-apa pada gadis itu.

Drrt... Drrt...

"Halo, mama?" tanya suara diseberang, yang sangat dikenali Karin.

"Iya, kenapa sayang?" tanya Karin.

"Mah, Vera 10 menit lagi sampe rumah mama ya" ternyata yang menelpon adalah Vera.

"10 menit lagi? Kamu dimana emang?"

" Vera lagi mampir beli coklat di supermarket depan. Kafka lagi rewel soalnya" kata Vera lagi.

"Iya" Karin tanpa sadar menganggukan kepalanya. "Disana ada Luna, ngga? Tadi mama nyuruh Luna beli keju disitu soalnya tapi belom balik sampe sekarang" tanya Karin.

"Gak ada mah, masih dijalan kali, kan supermarket sama rumah kita lumayan jauh kalo jalan kaki"

"Oh gitu? yaudah deh"

Tut. Sambungan diputus.

Tanpa Karin sadar, ada seseorang yang sudah berdiri manis dibelakangnya. Memperhatikan wujud Karin dari belakang, membuatnya tersenyum sinis.

Saat ia bergerak, Karin tersadar ada bayangan yang bergerak dibelakangnya. Ia membalikkan badannya, dan betapa kagetnya ia melihat sosok gadis dibelakangnya.

"Loh, kamu? Kapan sampe?" tanya Karin pada sosok yang sekarang berdiri didepannya. "Kok gak kedengeran bunyi pintu kebuka?"

"Baru aja" katanya tersenyum miring. Sedetik setelah ia mengucapkan itu, ia mengacungkan pisau runcing yang ada di tangan kanannya.

"Kamu mau apa?" tanya Karin takut.

"Simple, cuma mau hartanya mama" saat itu juga, dari jarak mereka yang cukup deket, sosok itu menancapkan pisau runcing itu tepat di lambung Karin.

"Akh!" teriak Karin kesakitan.

"Hahahaha," sosok itu tertawa puas, saat melihat darah segar mengalir didaerah perut Karin.

"Kamu.......... Akh, Luna..." pekik Karin merasakan perih saat pisau itu ditarik dari perutnya.

***

Vera memarkirkan mobilnya digarasi mamanya yang sudah terbuka. Ia bingung, tumben sekali pagar dan garasi rumah ini terbuka.

Ia langsung masuk saat melihat pintu rumah juga menganga lebar, tidak biasanya seperti itu.

"Mah?" panggil Vera sambil menggandeng Kafka. Ia baru saja menjemput Kafka dari playgroupnya, yang arah pulangnya melewati rumah mamanya ini.

"Ma, ma, itu Oma" Kafka memukul paha sang mama, dan satu tangannya lagi menunjuk kearah ruang TV.

Vera memandang kearah yang ditunjuk oleh anak laki-laki satu-satunya. Dan, betapa kagetnya ia melihat tubuh mamanya terbujur di lantai, dan perut yang dipenuhi oleh cairan merah. Ia yakin itu darah mamanya.

"Mamaaaaaa!" teriak Vera histeris, melepas gandengan tangannya dari Kafka.

"Veh....rah," panggil Karin dengan napas terputus-putus, menahan sakit diperutnya yang teramat sangat.

"Mama kenapa? Siapa yang ngelakuin ini ke mama?" tanya Vera dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Sedangkan Kafka berdiri dibelakangnya, ikutan menangis, walau gak ngerti apa yang ditangisi sang mama. Yang ia tahu, ada darah di perut Omanya, dan itulah yang membuat Kafka menangis. Kafka takut darah....

"Lun----nah" tunjuk Karin ke arah pintu rumahnya. Dan, saat itulah, Karin menutupkan mata. Tak kuat menahan sakit yang begitu mendera.

***

Tristan POV

Aku berlari di koridor rumah sakit. Tadi, sekitar sejam yang lalu, Kak Vera menelponku dengan tangisan yang pecah. Ia mengatakan kalau mama masuk rumah sakit, dan koma.

Daritadi juga aku sudah berusaha menghubungi Luna karena setauku Luna tadi bersama dengan mama- tapi SMS, BBM, Line, Whatsapp ku tidak ada satupun yang dibales. Jangankan dibales, delivered aja nggak. Ditelpon juga tngga diangkat.

Aku paling telat sampai di rumah sakit, karena tadi jalanan macet banget. Maklum, jam makan siang jalanan di Jakarta pasti macet.

"Kak" panggilku.

"Tan," Kak Vera beranjak dari pelukan Kak Tora kepadaku. "Mama, tan, Mama" katanya, masih dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Iya, kak, mama kenapa?" tanyaku bingung. Kulihat semua disini sudah pada basah pipinya karena air mata. Bahkan, Kak Rega dan Kak Dimas yang terkenal paling gentle aja nangis. Padahal, terakhir kali aku ngeliat mereka nangis itu kira-kira 10 tahun yang lalu. Waktu papa meninggal.

"Mama koma, tan" kata Kak Vera. "Dan itu semua gara-gara hiks hiks Luna, tan" kata kakakku dengan napas terputus-putus.

Apa? Luna?

"Luna mana kak?" tanyaku.

Tiba-tiba Aku teringat percakapanku dengan Luna tadi pagi. Jadi benar, kalau Luna ingin mengambil harta mamaku? Apa itu mungkin?

"Gak tau!" bentak kakakku. "Tadi mama cuma nyebut-nyebut nama Luna, terus nunjuk ke pintu. Aku yakin dia udah kabur" aku tau kali ini kakakku udah sangat emosi.

Luna.... Aku gak nyangka kamu bakal serius sama kata-kata kamu itu. Aku kecewa sama kamu, Lun....

=====

Bitter-Sweet Wedding ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum