15. Three Sinting Piggy

18.2K 1.7K 18
                                    

"Hai, Nate!" Luna berusaha agar suaranya terdengar biasa. Matanya yang hari ini terlalu banyak terpejam, sedikit kesulitan beradaptasi dengan cahaya. Untunglah matahari sore tidak menyorot langsung ke arah kamarnya.

"Luna? Kamu sakit, ya?" Nate langsung bertanya dengan nada khawatir.

"Hmm." Luna tersenyum membayangkan wajah Nate yang tengah khawatir.

"Maaf aku baru tahu. Kamu kenapa nggak kasih tahu aku?" Ada sedikit nada kecewa dalam suara Nate.

"Maaf." Luna sama sekali tidak terpikir untuk memberitahu siapa-siapa. Hanya Miss Anne saja sang kepala sekolah yang diberitahunya, karena kalau tidak dia bisa dianggap membolos kerja.

"Kamu gimana sekarang?"

"Udah mendingan." Luna tidak berbohong. Setelah memakan bubur tadi pagi, meminum obat kemudian tidur. Dilanjut dengan nasi dan sop hangat saat siang, tidak lupa obat dan kembali tidur. Maka sekarang, dirinya sudah merasa jauh lebih segar. Terima kasih untuk pemaksaan yang Juro lakukan padanya tadi.

"Udah makan?"

"Hmm."

"Udah minum obat?"

"Hmm."

"Ya, udah. Nanti selesai kelas aku langsung ke tempat kamu, ya?"

"Hmm."

"Kamu mau dibawain apa nanti?"

"Nggak usah, Nate." Luna teringat banyaknya makanan yang Juro bawakan tadi.

"Yakin nggak mau apa-apa?"

"Hmm."

"Kok jawabnya 'hmm' terus?"

"Kepalaku masih pusing, Nate."

"Oke, oke. Maaf ya ganggu. Kamu istirahat lagi, ya. Bye, Luna!"

Setelah percakapannya dengan Nate berakhir, Luna menajamkan telinganya untuk mendengarkan suara di luar kamarnya. Namun sepertinya tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ke mana si Kunyuk? Udah bosen dia nungguin gue?

Padahal Luna sedikit berharap bahwa Makhluk Abal-Abal itu masih setia menungguinya seperti tadi. Menyuruhnya makan, mengingatkannya minum obat, dan yang pasti mengajaknya terus berdebat. Tanpa sadar, Luna menikmati perhatian berbalut keusilan yang diberikan oleh Juro.

Luna menghabiskan waktu dengan melihat-lihat ponselnya, hingga suara pintu apartemennya yang terbuka membuatnya menajamkan telinga.

"Jangan berisik ya, Cia. Kasian Miss Luna nanti keganggu tidurnya." Juro berbisik pada Bricia.

"Tapi Cia mau liat Miss Luna, boleh?" Sejak pagi dirinya sudah sangat ingin melihat Luna.

"Boleh. Tapi Cia ganti baju dulu, ya. Abis itu boleh liat Miss Luna di kamarnya."

Luna menunggu dalam diam hingga gadis kecil kesayangannya itu memasuki kamarnya dengan mengendap-endap. Begitu melihat wajah mungil Bricia dengan pipi bersemu kemerahan, Luna tidak dapat menahan senyumnya. Luna langsung merentangkan tangannya ke arah Bricia dan memberi kode agar gadis kecil itu mendekat.

CRAZY Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang