2. Naren: Sabar!

28.3K 4.1K 80
                                    


BAB 2. Sabar!

Narendra sengaja diam ketika petugas di depannya bertanya dari sabang sampai merauke. Sedang si sampingnya, si biang kerok sekaligus rival seumur hidup Naren cuma bisa bersedekap dengan mulut terkatub rapat.

Ketika itu Naren sedang menjalankan hobinya bagi-bagi cokelat pada gadis-gadis yang ia anggap membutuhkan. Siapa sangka cewek yang sedang bersandar di pohon dengan tampang menyedihkan itu adalah Sashi? Jika Naren tahu, sudah pasti dia langsung pergi detik itu juga.

Dan sekarang, Naren harus terlibat drama gara-gara cewek aneh ini. Sialan. Naren juga sebenarnya heran. Kenapa dari dulu Sashi senang sekali membuat masalah dengannya? Naren bahkan tidak paham kesalahannya apa.

"KALIAN BERDUA BISU YA? DITANYAIN DARI TADI NGGAK JAWAB-JAWAB. MAU SAYA PANGGILIN PENGHULU?" Pak Darsam--Sang Algojo siang ini memukul meja keras-keras, membuat Naren nyaris terlonjak.

Menghela napas panjang, Naren menegakkan punggung. "Pak, kan tadi saya udah bilang, saya nggak kenal sama Mbak-Mbak setengah gila ini. Boleh saya pergi sekarang?"

"Siapa yang lo katain setengah gila, Bejo?" Sashi tiba-tiba berujar, raut wajahnya menunjukkan kemurkaan.

Naren hanya menaikkan alis dan bersedekap. "Eh. Painem jadi-jadian. Siapa yang duluan bikin drama di sini? Tanggung jawab. Bilang yang sejujurnya sama Pak Darsam. Jangan bikin sensasi sok-sok'an tersakiti gitu. Kalo gagal nikah mah, gagal aja. Ngapain bawa-bawa gue?"

Wajah Sashi berubah merah padam. Naren bahkan bisa melihat kepalanya mengeluarkan tanduk merah dan asap mengepul dari telinga. Sedang rambut yang tergelung acak-acakan itu sudah berkibar-kibar tersapu angin. Mungkin sedetik lagi akan ada semburan lava dari mulutnya.

Ha-ha. Efek main game bisa separah ini ya? Naren juga terkadang heran dengan imajinasinya yang terlalu meledak-ledak.

Tapi jika dilihat-lihat, ekspresi marah Sashi bakal cocok buat visualisasi dalam video game yang sedang Naren buat. Mungkin Sashi bisa jadi pemeran antagonisnya? Atau jadi monster pembawa gayung saja ya?

"Gue nggak gagal nikah, Bejo! Salah siapa lo tiba-tiba datang dan dagang cokelat ke gue?"

Naren berkedip, tersadar. "Gue nggak lagi daga--"

"KALIAN BERDUA. DIAM!"

Bibir Naren terkatub. Ia kembali menyandarkan punggung dan membiarkan Sang Algojo mengambil alih. Dalam kepalanya, Pak Darsam terlihat seperti penjahat yang sedang menyiapkan amunisi terakhir. Hanya tinggal menunggu beberapa detik saja sampai bomnya meledak.

Kemudian hening.

Sampai akhirnya suara lemah Sashi terdengar mengalun. "Saya minta maaf, Pak. Ini cuma salah paham. Saya nggak punya hubungan apa-apa sama Bejo."

Naren mendengus. "Siapa yang lo panggil Bejo, Inem?"

Sashi memandangnya sengit. "Ya elo lah. Emangnya siapa lag--"

"Terus kenapa kamu ngaku-ngaku hamil dan minta pertanggung jawaban?" potong Pak Darsam lagi,  kali ini sambil memajukan wajah dengan mata menyelidik.

Sashi tampak menghela napas. "Bapak emang suka motong-motong omongan orang ya? Kalo dapat karma anunya dipotong gimana? Bapak rela?"

Naren nyaris menyemburkan tawa. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat.

"Jangan aneh-aneh ya kalo ngomong. Saya masukin penjara mau kamu!" Pak Darsam memukul meja lagi. Kali ini sambil menggertakkan gigi dan memilin kumis panjangnya.

"Yang saya maksud anu itu kan, gaji Pak. Bapak tuh yang mikirnya aneh-aneh."

Pak Darsam melotot. Dua buah roket sudah siap meluncur dari balik punggungnya. "Kamu nantangin saya?"

Raden Mas & Raden Ajeng (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now