Prologue

836 74 6
                                    


Taekwoon menyesal.

Seharusnya hari ini dia menjadi anak baik dan diam di ruangannya sampai upacara kedewasaan dimulai. Dia terlanjur menganggap bahwa pemberkatan semacam itu merupakan hal yang paling membosankan sejak ia menyaksikan kakaknya sendiri--Jung Wongeun--dirias sedemikian rupa dan berdiri selama satu setengah jam hanya untuk mendengarkan lantunan doa-doa dari pendeta kerajaan setahun yang lalu. Belum lagi tradisi meminum air bunga Lilac sebagai lambang kerajaan yang dipercaya mampu melindungi serta memperpanjang usia penerus kerajaan. Setelahnya yang terjadi adalah kunjungan dari kerajaan-kerajaan tetangga yang berusaha menjodohkan putri Alpha mereka demi melangsungkan keturunan dan kepentingan diplomasi.

Taekwoon hanya tidak suka sesuatu yang bertentangan dengan prinsipnya. Dia se-keras kepala itu.
Maka ia nekat menarik gorden berwarna keemasan di jendela kamarnya, merobek dan menyambungkannya satu sama lain agar dapat membantunya lolos. Tak lupa ia mengenakan jubah lusuh yang menutupi hampir seluruh tubuhnya untuk membantu penyamarannya. Wongeun masih bisa menunda perjodohan kala itu karena ia bukanlah pewaris utama. Namun jika itu Taekwoon, maka matenya akan dipilih langsung oleh ayahnya tepat saat upacara berakhir.

Sudah cukup.

17 tahun hidupnya dikendalikan oleh sang ayah sekaligus raja di negeri tempat ia dilahirkan ini. Taekwoon tidak mempermasalahkan hidupnya yang sudah diatur sedemikian rupa. Ia hanya ingin memilih matenya sendiri tanpa campur tangan ayahnya dan siapapun. Hanya itu.

Sayang sekali ayahnya pun sama keras kepalanya dengan Taekwoon.

Seandainya saja salah satu diantara mereka mau mengalah, hal ini pastilah tidak akan terjadi.

"Ugh..."

Disinilah dia sekarang--sebuah ruangan temaram dengan debu yang menggelitik indera penciumannya. Taekwoon mengernyit saat tubuhnya dilempar dengan kasar dan punggung serta belakang kepalanya menghantam dinding bata. Netranya berkunang-kunang saat ia mencoba membukanya.

Semuanya dimulai dari 2 jam yang lalu saat Taekwoon berhasil kabur dari istana diam-diam. Tentulah hal ini membuat seisi istana panik dan melakukan pencarian. Jika sudah begini, Taekwoon akan berubah menjadi mode belut; licin dan gesit, sulit untuk ditangkap. Ia tidak pernah tertangkap bahkan oleh Kepala Pengawal Kerajaan--Paman Han--yang disebut-sebut sebagai pelari tercepat di istana.

Hanya saja kali ini Taekwoon tidak se-beruntung biasanya. Terakhir kali yang dia ingat, dia berlari kearah kerumunan pasar malam yang ramai karena festival perayaan kedewasaan pewaris tahta. Kemudian bersembunyi di sebuah gang kecil dan gelap untuk menghindari kejaran para pengawal kerajaan. Saat itu juga tiba-tiba kepalanya dihantam oleh sesuatu yang keras dan pandangannya mengabur.

Ia tidak tahu sudah berapa lama ia tak sadarkan diri.

"Oh," seseorang berjongkok dan menarik paksa surai hitam Taekwoon hingga kepalanya sedikit terangkat. Ia tak bisa bergerak sedikitpun akibat sekujur tubuhnya yang nyeri luar biasa. Ia bahkan diam saja saat dua pemuda Beta melepas jubah yang Taekwoon kenakan dan menyentuh area wajah dengan lancang.

"Whoa, jackpot! Kita mendapatkan putra mahkota! Aku benar-benar tidak bisa mengenalinya karena jubah lusuh yang ia kenakan." ujar seseorang di belakangnya sembari meraih lencana emas simbol kerajaan yang tersemat di pakaian Taekwoon.

"Apa aku tidak salah dengar? Kau menangkap putra mahkota? Kupikir aku sudah menyuruhmu untuk menangkap para Omega miskin di perumahan kumuh." ujar pemuda beta yang lain--sepertinya pemimpinnya.

'Rumah...kumuh...?' batin Taekwoon.

"Eyy, hyung! Dia justru jauh lebih berharga dibandingkan Omega-Omega kotor itu! Jika kita menjual Pangeran ke para kolektor bangsawan, kita akan dibayar lebih tinggi! Harganya bisa berpuluh bahkan beratus kali lipat dibandingkan Omega-Omega itu!"

Conquered HeartWhere stories live. Discover now