Aku menatap punggung kak Shane sebentar, dia masuk ke dalam kamar mandi. Aku memilih tiduran dan menaikkan selimutku. Walaupun sebenarnya aku tidak benar- benar mengantuk.

Ceklek

Kak Shane sudah keluar dari kamar mandi. Aku mengintipnya dari bawah selimut. Dia sedang merapikan pakaiannya.

Duh kak Shane kenapa makin ganteng aja sih, jangan ganteng- ganteng napa ntar banyak cewek yang nemplok kan akunya sedih.

Aku tertangkap basah, mata kami bertemu. Membuatku gelagapan lalu menutup selimut ke seluruh kepalaku. Entah mengapa rasanya seperti orang yang baru saja ketahuan mencuri mangga.

Jangan kesini.. jangan kesini..

"Kamu ngapain?" Tanyanya sambil membuka selimutku.

Aku meringkuk dan menutup rapat rapat mataku.

"Gakusah pura pura tidur. Haha kamu lucu banget."

Aku masih tidak mau membuka mataku.

"Yaudah aku berangkat." Mendengarnya aku membelalakan mataku, dan memandang kak Shane yang duduk di sampingku. Aku bangun dan bersandar di tempat tidur.

"Jangan pergi." Ujarku dengan manjanya.

"Hahaha, gemesin banget kamu. Kamu ngapain tadi?"

"Maaf, aku jatuh cinta lagi." Kataku berbisik.

"Hah? Sama siapa? Kamu udah punya suami, ingat ya." Kak Shane ikut berbisik.

"Aku suka sama kamu kak. I love you."

"Sayang, kamu kenapa sih? Haha." Kak Shane malah menertawaiku.

"Kan aku sudah bilang, aku jatuh cinta lagi, padamu suamiku. Aku sayang kamu." Aku tersenyum malu.

"Aku juga." Kak Shane memelukku erat.

"Sayang kita gakusah periksa ke dokter dulu ya, aku takut." Bisikku pada kak Shane.

"Iya aku ngerti kok."

***

Semenjak aku sakit karena makanan pedas, beberapa minggu ini kak Shane selalu memerhatikan apa saja yang aku makan. Melarangku makan ini dan itu apalagi yang pedas.

Tapi sudah berminggu- minggu aku tidak makan pedas. Sore- sore begini enaknya makan yang anget- anget. Berhubung kak Shane belum pulang, akhirnya aku meminta bibi membuatkan ku mie instan dengan irisan cabai. Entah kenapa aku ingin makan makanan yang sedikit pedas.

"Ini Non, tapi bener makan pedes gakpapa Non? Nanti den Shane marahin saya."

"Gakpapa Bi, nanti biar Ocha yang bilang sendiri."

Bibi menaruh mie kuah dengan irisan cabai di depanku. Aroma cabainya sudah menggoda.

Sebenarnya aku juga takut, tapi aku ingin sekali memakannya. Aku mulai memakan mie perlahan dan meminum kuahnya. Baru sedikit aku makan, langkah kaki kak Shane membuatku panik.

"Bibi, ini Bi umpetin dulu." Perintahku pada Bibi.

"Siap Non."

Untung saja Bibi sudah lebih dulu menyembunyikan mie sebelum kak Shane menghampiriku. Aku menyambutnya, mencium tangannya lalu kak Shane mencium keningku.

"Kamu habis makan apa?" Tanyanya membuatku bingung harus menjawab apa.

"Em.. em tadi.." Tiba- tiba saja perutku terasa aneh, rasa mual mulai menyerang, aku ingin muntah.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now