Chapter 15

7.1K 728 41
                                    

"Mas, saya mau izin ibadah dulu mas." Izin Vallerie yang siap-siap akan melenggang pergi ke ruangan yang disediakan untuk sholat pengunjung maupun karyawan.

"Tunggu. Saya dan Feeka ikut sekalian." Arsen segera meraih Feeka ke dalam gendongannya. Di perjalanan menuju tempat untuk melaksanakan sholat, Feeka banyak berceloteh mengenai dirinya saat di sekolah yang dimanapun selalu ditemani oleh kawan kesayangannya Rify. Entah siapa si Rify itu, yang pasti dari cerita Feeka dapat ditangkap kalau si Rify ini sangat sayang pada kawannya.

Sesampainya di tempat yang dituju, mereka memisahkan diri. Feeka bersama dengan Vallerie menuju tempat sholat perempuan yang letaknya pada ruangan di sebelah kiri. Sedangkan Arsen seorang diri menuju ke ruangan yang letaknya di sebelah kanan.

"Ma." Panggil Feeka saat Vallerie memakaikan Feeka mukenah berwarna pink dengan corak bunga-bunga yang berada pada peminjaman mukena.

"Iya sayang?" balas Vallerie sembari merapikan anak rambut Feeka yang berantakan dan nampak keluar dari mukena.

"Mama enggak bakalan pergi kayak mamanya Feeka kan, Ma?" Mendengar pertanyaan yang itu membuat hati kecilnya merasa tercubit. Anak imut ini yang sering menunjukan ekspresi bahagia saat bersamanya ternyata memiliki kekhawatiran seperti ini.

"Enggak, Mama enggak bakalan pergi ninggalin Feeka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enggak, Mama enggak bakalan pergi ninggalin Feeka. Meski papanya Feeka ngusir Mama sekali pun, Mama bakalan tetep ada buat Feeka. Feeka senang?" Jawab Vally dengan mengeluskan tangan kanannya pada kepala Feeka yang sudah tertutup rapi dengan mukena.

"Seneng banget Ma. Feeka sayang Mama. Mama juga sayang Feeka kan?" borbadir Feeka dengan pelukan pada Vallerie. Ia bahkan terdorong ke belakang karena posisinya yang berjongkok menyejajarkan tingginya dengan tinggi Feeka, jika saja tadi tangan kirinya tidak menahan tubuhnya sudah dipastikan pasti tadi tubuhnya sudah terjatuh ke belakang.

"Iya Feeka. Mama juga sayang banget sama Feeka. Ayo sekarang bawahannya dipakai dulu, nanti kalau kelamaan Feeka nggak jadi main Aikatsu-nya loh. Nanti bakalan bawa oleh-oleh apa buat nenek." Vallerie yang menepuk-nepuk punggung mungil Feeka langsung terhenti lantaran Feeka langsung melepaskan pelukannya dan menunjukkan ekspresi terkejutnya yang justru membuat tawa Vallerie terbit.

"Ayo Ma buruan. Mama juga buruan pake mukenanya biar Feeka bisa langsung main Aikatsu-nya." Segera Vallerie mengeluarkan mukena berwarna kuning langsat yang ada di tasnya. Sebenarnya tadi ia penasaran dengan nasib semua barang belanjaan yang dibeli oleh Arsen dan Feeka. Terakhir yang membawanya adalah Arsen, Vallerie sempat menawarkan untuk membawakannya tapi Arsen bilang kalau nanti ada bodyguardnya yang bakalan membawakannya ke mobil mereka.

Vallerie memberitahu Feeka kalau ia nanti mengikuti gerakannya dengan posisinya agak dibelakangnya. Dan dengan tanpa basa-basi Feeka langsung mengikuti perintah mama kesayangannya.

Seusai sholat, Vallerie memanjatkan doa yang kurang lebih isinya ia meminta pada Tuhan agar ibunya selalu diberikan kesehatan yang selalu menyertainya dan yang terpenting ia ingin anak mungil yang sedang duduk bersandar disebelahnya selalu diberikan kebahagiaan.

"Ya Allah, Feeka mau curhat sama Allah. Feeka seneng dapet mama kayak Mama Vall. Feeka juga sayang banget ya Allah. Jangan dibawa pergi ya Allah, soalnya Feeka udah sayang sama Mama. Papa juga sayang sama Mama. Oh iya, ya Allah, mudahkan Feeka waktu nanti main Aikatsu-nya biar nenek seneng dapet oleh-oleh dari Feeka ya Allah. Aamiin." Feeka menutup doanya dengan menangkupkan kedua telapak tangannya kearah wajahnya.

Vallerie mendengar dengan jelas setiap curhatan Feeka, karena ia mengatakannya dengan jelas di sampingnya. Hatinya terenyuh mendengar kalau ia sangat mencintainya, ia pun sama dengan Feeka, mencintainya layaknya mencintai anak sendiri.

Tunggu, tadi aku juga mengatakan kalau papanya juga mencintaiku? Apakah benar, dan bolehkah aku merasa bahagia mendengarnya? Batin Vallerie termenung.

"Ayo ma," panggil Feeka membuyarkan lamunannya sambil menyodorkan segulung mukena. Dengan sabar Vallerie melipatnya dan mengembalikannya ke tempat peminjaman.

Saat ia dan Feeka berjalan keluar dari ruangan, ia disuguhkan dengan pemandangan Arsen yang sedang bersandar menghadapnya walau ia asyik dengan tabletnya. Di belakangnya ada salah satu bodyguardnnya yang ia ketahui karena ia mengenakan pakaian serba hitam.

"Papa, ayo buruan main Aikatsu-nya." Feeka berlari menuju Arsen namun belum sampai ia sudah tertabrak oleh anak kecil yang juga sama berlarinya dengan menggenggam sebuah es krim. Kedua anak itu sama-sama menangis dengan kencang, Arsen segera menggendong dan menenangkan anaknya sedangkan Vallerie menggendong anak laki-laki yang menabrak Feeka.

"Cup cup.. udah ya nangisnya nanti enggak ganteng loh kalau nangis lagi." Hibur Vallerie pada anak laki-laki yang ada digendongannya. Namun bocah itu masih menangis keras bagai melakukan perlombaan menangis dengan Feeka yang sama-sama masih menangis keras.

"Ayo tante beliin es krim lagi. Ya?" Sebelum bocah itu mengangguk Feeka sudah menyerobot jawaban yang akan dilontarkan oleh bocah laki-laki itu.

"Feeka juga mau ma," Feeka menggeliat minta diturunkan dari gendongan Arsen dan berlari menuju Vallerie. Ia segera memisahkan gendongannya pada bocah yang menabraknya.

"Kamu minggir, Mama ini Mamanya Feeka. Kamu ga boleh ngerebut mamanya Feeka." Sungut Feeka sambil menghadangi si bocah agar tidak mendekati Valllerie namun bocah tersebut enggan untuk menjauh.

"Tapi aku juga mau es krimnya." Balas bocah tersebut tidak mau mengalah. Sebelum terjadi peperangan di antara kedua bocah tersebut Vallerie segera menengahinya.

"Sudahnya berantemnya. Tante bakalan beliin kalian berdua es krim kok. Dan buat Feeka, mama tetep jadi mamanya Feeka kok." Dan dengan sekali perkataan dari Vallerie mampu melerai kedua bocah tersebut. Bahkan kedua bocah tersebut sudah berjalan duluan menuju kedai es krim yang letaknya tak jauh dari posisi mereka. Arsen dan Vallerie berjalan dibelakang, rasanya canggung sekali hanya berduaan dengan Arsen.

"Ekhem." Arsen mencoba memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua. Namun sayangnya berbarengan dengan Vallerie yang memanggilnya.

"Mas." Panggil Vallerie yang canggung karena ia pikir Arsen akan memberitahunya suatu hal, namun Arsen mengijinkannya untuk mengutarakan apa yang ingin dikatakan olehnya.

"Eh, kamu duluan aja Vall." Tawar Arsen mengijinkan Vallerie. Namun belum mulai itu mengutarakannya percakapan mereka langsung bubar karena interupsi dari dua bocah yang ternyata sudah mengantri es krim.

Vallerie segera menyusul sepasang anak berbeda jenis kelamin tersebut. Di masing-masing tangan Feeka maupun bocah tersebut sudah menggenggam sebuah cone es krim yang berbeda rasa.

"Jadi berapa mbak?" tanya Vallerie sambil mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang untuk membayar dua es krim tersebut. Tetapi, saat tangannya mengulurkan beberapa lembar rupiah Arsen sudah membayar es krim.

"Kembaliannya ambil saja." Vallerie sempat membuka mulutnya lantaran uang yang diserahkan Arsen bukan hanya uang kecil, namun uang dengan nominal besar. Bahkan kembaliannya dapat untuk membeli sepuluh es krim lagi.

" Uang kamu sebaiknya kamu simpan saja. Hari ini kamu bakalan saya traktir."

-----WhiteAzalea-----

Hai temen-temen, Aza udah lama nggak nongol. Maafkan Aza ya temen-temen. Berkat support kalian, Aza tetep lanjut buat nulis ini cerita. Dan kabar gembira buat Aza, kemarin Aza lolos di SNMPTN. Itu juga karena kalian yang masih tetep support Aza.

Jangan bosen buat nunggu kelanjutannya ya temen-temen.

16.07.2018

Be My Daughter's MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang