Chapter 10

21.5K 1.7K 148
                                    

"Terserah kamu saja kalau mau manggil saya dengan sebutan apa saja. Kamu boleh kok manggil saya dengan sebutan Abang, Akang, atau Sweetheart juga boleh." Candaan yang dilontarkann oleh Arsen sukses membuat pipi Vallerie merona. Namun dengan segera Vallerie menyembunyikannya dengan menundukkan kepalanya.

"Kalau merona kamu lucu juga, nggak nyangka." Sambung Arsen sambil mengelus puncak kepala Vallerie yang masih menundukkan kepalanya.

"Yaudah saya akan nunggu hasil masakan kalian saja di ruang keluarga. Kalau saya di sini yang ada masakan kamu enggak kelar-kelar juga." Arsen melangkahkan kakinya menjauh dari dapur. Senyumannya masih menghias diwajah tampannya.

"Ma. Jangan ngalamun ma." Panggilan Feeka menggoyangkan ujung pakaian yang dikenakannya membuyarkan lamunan Vallerie tentang hal yang baru saja terjadi padanya. Vallerie tersenyum pada Feeka dan segera menyelesaikan masakan yang sempat tertunda karena aksi tersipunya.

"Feeka agak minggir ya, jangan deket-deket kompor. Nanti kecipratan minyak, kan sakit." Feeka menatap Vallerie dengan penuh harapan agar ia tetap berada didekatnya selama memasak. Ia benar-benar lengket pada mama barunya ini, sampai disuruh menjauh sedikit saja air matanya sudah siap untuk meluncur.

Vallerie mematikan kompor dan segera mendekat kearah Feeka, dielusnya rambut Feeka yang sudah rapi dengan menggunakan kaos lengan panjang hitam putih. Vallerie menyejajarkan posisinya agar setinggi dengan Feeka.

 Vallerie menyejajarkan posisinya agar setinggi dengan Feeka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Feeka dengerin Mama sini." Vallerie meraih dagu Feeka mangarahkannya agar menatap tepat dimatanya. Nafas Feeka sudah mulai tersengal tanda ia akan mengeluarkan jurus andalannya, menangis.

"Mama nggak mau kalau Feeka sakit, kena minyak panas itu sakit sayang. Nanti kalau Feeka sakit mama juga ikut sakit. Feeka paham?"Feeka menganggukan kepalanya paham segera ia mengusap kedua matanya agar air mata yang menghalangi pandangannya segera menghilang.

"Kalau gitu, Feeka mau nyusul papa aja ke ruang keluarga. Pasti papa udah kangen sama Feeka." Tanpa menunggu balasan dari Vallerie, Feeka sudah berlari menyusul sang papa.

"Sayang jangan lari-lari." Vallerie menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Feeka yang terkesan amat percaya diri. Darimana asal rasa percaya diri sang anak kecil itu? pikir Vallerie sambil kembali menyalakan kompor dan menggoreng Friedchicken kesukaan anaknya.

Bolehkah kini ia memanggil Feeka dengan sebutan 'anaknya'? batin Vallerie dengan menghela nafas panjang.

Sembari menunggu ayam itu matang dengan sempurna, Vallerie juga mulai memasak nasi karena ia yakin pasti mereka berdua telah lapar karena telah melewatkan jam makan siang mereka.

Setelah usai dengan makanan berat ditambah dengan ia membuat sayur sop yang menurutnya akan disukai Feeka. Ia mulai menatanya di meja makan dan menutupnya dengan tudung saji yang berenda putih.

 Ia mulai menatanya di meja makan dan menutupnya dengan tudung saji yang berenda putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be My Daughter's MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang