Chapter 18

4.1K 330 8
                                    

"Siapa Popeye Pa?" tanya Feeka menghadap Arsen sedang mengambil piring yang diserahkan Vallerie setelah selesai mengisinya dengan makanan. Arsen yang mendengar pertanyaan dari buah hatinya pun menoleh. Dengan tangan yang sibuk mengaduk sayur dan nasi untuk Feeka agar panasnya reda, ia menjawab dengan sabar.

"Popeye itu orang kuat yang bisa bantu banyak orang karena makan sayur ini," jelas Arsen dengan mengangkat sesendok sayur bayam. Feeka yang melihat sayur hijau itu bergidik ngeri, ia membayangkan betapa pahitnya sayur itu. Kenangan buruk saat ia makanan sayur berwarna hijau teringat di kepala mungilnya, sayur brokoli yang pahit.

"Tidak pahit kok, lihat ini Mama sama Nenek saja doyan," Vallerie menunjukkan sesendok penuh sayur bayam dan menyuapkan ke dalam mulutnya sembari menunjukkan wajah puas dengan rasa enak dari sayur tersebut. Renata pun tak lupa juga menyendokkan sesendok bayam ke dalam mulutnya.

"Feeka mau kuahnya aja Pa, yang warnanya hijau tidak enak. Rify juga bilang gitu kok," Arsen menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia heran dengan sang anak yang selalu percaya dengan segala ucapan sahabat sekaligus tetangga dekatnya. Memang usia Rifi dan Feeka hanya terpaut setahun lebih tua Rify.

"Gini aja, Feeka nanti coba kuahnya dulu lalu coba sayurnya ya," rayu Arsen dengan mengarahkan sesendok kuah sayur bayam. Dengan ogah-ogahan Feeka tetap membuka lebar mulutnya agar sendok berisi kuah tersebut dapat masuk. Mencecap dan menghayati rasa manis dari kuah sayur bayam, tak lama Feeka menjadi berseri. Ternyata rasanya tidak pahit sama sekali.

"Feeka mau hijau-hijaunya Pa," pinta Feeka pada Arsen. Vallerie dan Renata masih asyik melihat interaksi sepasang ayah dan anak tersebut. Renata menyikut lengan bawah Vallerie yang ada di atas meja dengan tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya. Mendapat kode itu, pipi Vallerie memerah karena malu kepergok sang ibu bahwa dirinya yang tersenyum sendiri melihat ketampanan Arsen saat berinteraksi dengan buah hatinya.

Di dapur sekaligus ruang makan tersebut, mereka berempat melanjutkan kegiatan makan siang yang sempat tertunda karena tingkah lucu Feeka. Vallerie yang makan dengan tenang, begitu pula Renata. Arsen yang makan dibarengi dengan menyuapi Feeka dengan napsu makan melonjak tinggi. 

"Wah, ternyata hijau-hijau ga pahit ya Papa. Berarti selama ini Rify bohong dong Pa, dia bilang kalau sayur warna hijau sudah pasti tidak enak dan pahit," ungkap Feeka setelah kegiatan makan siang mereka usai. Mereka masih duduk di sana dengan Vallerie yang mencuci peralatan makan yang kotor.

"Feeka suka makanannya Nenek tadi?" tanya Renata memulai topik dengan Feeka yang duduk di pangkuan Arsen dengan tangannya yang asyik mengelus surai bonekanya. Feeka yang tadinya memfokuskan pandangan kepada bonekanya pun mengangkat kepalanya menghadap Renata sedang duduk di bangku seberang meja makan.

"Suka Nek, apalagiada pretciken. Feeka suka sama ayam Nek. Rify punya ayam kecil Feeka juga sukatapi waktu Feeka minta satu enggak dibolehin sama Rify. Katanya takut ayamnyabakal dimakan sama Feeka. Padahal kan enggak bakal Feeka makan," adu Feekadiakhiri dengan kerucutan di bibir mungilnya.

"Feeka tahu nggak kalau kebanyakan makan fried chicken enggakbaik loh," Renata memberikan pengertian kepada Feeka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Feeka tahu nggak kalau kebanyakan makan fried chicken enggakbaik loh," Renata memberikan pengertian kepada Feeka. Vallerie ikut dalampercakapan seusai melakukan aktivitasnya, di tangannya terdapat empat buahpudding dengan warna merah muda. Feeka yang melihat makanan favoritnya punlangsung turun dari pangkuan sang ayah. 

"Mama, Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama, Mama. Feeka mau itu. Feeka suka itu," Vallerie segera meletakkan semua pudding itu ke atas meja makan dan menggendong Feeka. Feeka seolah mendapatkan izin untuk memakan pudding itu pun segera memilih salah satu pudding. Dengan tangan mungilnya, ia menyuapkan sendok demi sendok pudding tersebut. Ia segera duduk di atas pangkuan Renata dengan senang hati Renata memangkunya.

"Kalau boleh tahu, Nak Arsen kesibukannya apa selain bersama dengan Feeka?" tanya Renata dengan tangan yang sibuk mengelus surai hitam Feeka.

"Saya mengurus perusahaan saya dan mungkin sebentar lagi akan disibukkan dengan urusan sekolah Feeka," jelas Arsen menatap wajah Renata.

"Feeka sudah mau masuk TK ya Mas?" tanya Vallerie meyakinkan Arsen karena dilihat dari tubuh Feeka masih belum mencapai usia empat tahun. Bukankah terlalu dini untuk memasukkannya ke dalam TK.

"Belum, akan Saya masukkan ke PG terlebih dahulu. Mengingat Feeka yang hanya berteman dengan Rify, saya khawatir kemampuan bersosial Feeka dengan anak seusianya akan terhambat," pandangan sendu tampak di mata saphire Arsen. Vallerie terkesan dengan hal detail itu, ia tak menyangka seorang pria yang menjabat sebagai single parent tersebut menyadari hal detail dan mungkin tidak disadari.

"Ah ternyata sudah jam 15.30, Saya izin pamit untuk pulang. Terima kasih untuk hidangan makan siang ini, Saya dan Feeka merasa sangat berterima kasih karena diizinkan untuk makan siang di sini serta mohon maaf apabila kehadiran kami di sini kurang berkenan," pamit Arsen di akhiri dengan mengelus tengkuknya merasa sungkan karena merepotkan di rumah Renata.

"Tidak perlu sungkan Nak Arsen, Saya di sini tidak merasa keberatan dengan keberadaan kalian kok," balas Renata dengan menyerahkan Feeka ke arah juluran tangan Arsen. Feeka masih asyik dengan boneka my little pony-nya belum menyadari bahwa mereka akan pulang.

"Ya Mas, justru kami senang dengan kehadiran kalian. Apalagi melihat Feeka bahagia, Saya merasa bahagia juga," ujar Vallerie mendekati Feeka yang ada di gendongan Arsen mengikis jarak antaranya dan Arsen.

"Feeka harus selalu rajin makan sayur ya, kurangi juga makan fried chicken ya saat di rumah," Vallerie mengelus surai Feeka. Feeka yang merasakan usapan pun merasa senang. Mereka berjalan beriringan menuju pintu depan. 

"Papa, oleh-olehnya Nenek mana? Feeka mau kasih ke Nenek," ujar Feeka mengintrupsi mereka sehingga tidak melanjutkan langkah menuju pintu depan rumah. Arsen menunjukkan jarinya ke arah paper bag yang tergeletak di sofa ruang tamu. Melihat keberadaan barang yang dicarinya, ia pun menggeliat meminta turun dari gendongan Arsen menuju barang tersebut.

"Nenek, Feeka ada oleh-oleh buat Nenek. Nenek harus makan ya, soalnya ini enak banget. Feeka aja suka, apalagi Nenek," ujar Feeka dengan tangan dan pandangan sibuk pada paper bag ungu tersebut. Tangannya berusaha mengeluarkan tiga buah coklat dari paper bag tersebut dan menyerahkan kepada Renata.

Renata menerima dengan senang hati pemberian dari Feeka. Melihat tingkah lucu Feeka, suasana di ruang tamu pada siang menuju sore hari tersebut menjadi semakin hangat. Arsen menggandeng tangan kiri Feeka karena tangan kanannya masih asyik memeluk boneka kesayangannya.

"Ayo Feeka pamit dulu ke Nenek," ajak Arsen mengajarkan sopan santun kepada sang buah hati. Feeka yang mendengar perintah papanya pun mendongak menghadap wajah Arsen dari bawah.

"Loh pamit ke mana Pa? Kan kita enggak mau ke mana-mana," jawab polos Feeka.

-----WHITEAZALEA-----

Kelar deh chapter 18, di sini Aza masih berusaha buat rutin buat update cerita ini. Temen-temen jangan bosan nungguin Aza update cerita ini yaa. Emang cerita ini sempet berhenti karena Aza yang sempet keteteran sama urusan kuliah. Temen-temen jangan lupa vomment yaa. Komentar-komentar dari kalian pasti Aza baca kok, tapi maaf enggak bisa Aza jawab satu per satu.

July.24.2021

Be My Daughter's MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang