Kini Luna dan Tristan sedang bersama di dalam mobil Audi hitam Tristan. Baru saja mereka selesai mengantar Lea, dan kedua orangtuanya ke Bandara untuk pulang. Mamanya sudah merindukan Ronald dan Rarisa, dan sudah kangen rumah.

Lea juga sudah tidak memikirkan 'siapa wanita itu' lagi, yang ia pikirkan sekarang hanyalah menjaga sang mama dan papa, serta kedua adiknya. Darma juga sudah mendapat kerja lagi, Tristan yang menerimanya kerja di cabang Ardinata Group yang di malang -tempat Papanya Tristan memimpin dulu- dan Darma langsung mendapat jabatan tinggi karena pengalamannya yang sudah cukup banyak.

***

Tristan POV

Kini aku dan Luna sedang duduk di mobilku. Kami baru saja mengantar Lea dan orangtuanya ke Bandara. Lalu, aku dan Luna langsung menuju suatu tempat yang sudah kurencanakan tanpa sepengetahuan Luna.

Mata Luna juga kututup daritadi -setelah arah balik dari Bandara- dan tangan Luna sudah penuh dengan beberapa coklat yang plastiknya ada di dashboard mobil.

Hari ini pakaian yang Luna kenakan cukup santai. Baju yang sangat membentuk tubuhnya berwarna putih dan bergaris-garis hitam seperti baju pidana yang di TV itu, lengannya juga sangat ketat dilengannya yang cukup kecil. Kerahnya berbentuk U neck dan cukup rendah, membuat pemandangan indah terpampang dsana.

Celananya yang ia pakai juga hanya sebatas setengah pahanya, membuat pemandangan indahku bertambah.

Asal kalian tau, daritadi aku hanya menyetir hanya dengan tangan kananku saja, sedangkan tangan kiriku sudah bermain-main dipahanya. Hahahaha... Aku sudah biasa bermain-main seperti ini, bahkan bukan hanya paha, tapi 'daerah' lainnya juga. Oh, pikiranku jadi melantur gini....

"Shhh..." Desah Luna tertahan karena ia menggigit bibir bawahnya.

"ahhkh..." desahnya lagi.

Bukannya bermaksud bokep atau apa. Tapi aku tau, dia tidak terangsang sama sekali. Dia hanya berusaha menahan geli yang dihasilkan oleh tanganku dipahanya, tapi ia tak berdaya apa-apa.

Punggung tangan kiriku sudah merah karena ia pukuli daritadi, jadi tadi kuikat saja tangannya pakai dasiku yang tergantung di mobilku ini.

Dak duk dak duk

Daritadi kakinya tak bisa diam, ia menendang-nendang ruang terbatas dibawah kakinya karena masih menahan geli.

Hahahahah, aku hanya suka melihat ekspresinya saja. Lucu, sekali...

Aku memasuki pelataran parkir gedung ini, aku mengelilinginya dengan tetap menggunakan satu tangan, karena 1 tangan yang lain sudah digigit oleh Luna. Merah, huh...

Entah bagaimana ia bisa melepas ikatan dasi itu dan meraih tanganku dan dimasukan ke mulutnya begitu saja.

Jorok sekali istriku ini....

Setelah mendapatkan tempat parkir, aku turun dan membukakan pintu untuk istriku. Melayani istri bagai seorang putri, dan aku yang menjadi pangerannya. Aku narsis? Biarkan....

Aku membuka kain hitam yang menutupi matanya, dan kulihat matanya merah. Hah, kenapa dia?

"Kenapa mata kamu? Kok merah?" tanyaku.

Ia melirikku dengan tatapan membunuhnya -lebih seram dari biasanya karena matanya merah- aku masih memandanginya dengan membungkuk, dan tiba-tiba dia mendorongku begitu saja. Untung badanku besar, coba kalau tidak, pasti aku sudah jungkir balik.

Dia jalan saja meninggalkanku.

Huh, salah lagi, salah lagi...

Aku mengejarnya yang berjalan cepat, dengan langkah besarku, aku hanya perlu jalan biasa saja. "Luna, Lu...NA, LUNA!" panggilku yang tak dihiraukannya.

Bitter-Sweet Wedding ✅Where stories live. Discover now