"Udah lah gue males, lagian gak usah sebut nama Ito lagi, kuping gue panas dengernya," ucap Nada sedikit sinis. Kemudian ia meraih bulpennya lagi, meneruskan menyalin teks anekdot dari ponselnya.

Echa dan Aurel saling memandang bertanya. Sampai sekarang pun mereka masih tidak tahu ada apa sebenarnya dengan Nada dan Ito.

Bukan Aurel namanya jika ia bisa menahan rasa penasarannya. Ia menutup paksa buku Nada, hingga gadis itu menatapnya tajam.

"Mau lo apa sih Rel?" tanya Nada dengan suara meninggi, karena ia sedang tidak ingin diganggu sekarang.

"Mau gue lo jujur Nad, sebenernya lo sama kak Ito kenapa? Kenapa kalian bersikap seolah-olah gak pernah saling kenal bahkan lebih parah dari itu?" tanyanya dengan sorot mata tajam.

Nada menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menceritakan semua kejadian itu pada mereka. Karena baginya itu semua sudah tidak penting lagi sekarang.

"Nad, gue sama Aurel cuma minta lo cerita kalau lo ada masalah, ya kita sebagai temen yang baik pengen bantu lo juga Nad," tambah Echa dengan nada suara merendah berbeda dengan Aurel yang menyentak.

Nada mendongakkan kepalanya menghadap sahabatnya itu. "Gue gak apa-apa, dan gue harap kalian hargain keputusan gue buat gak nanya-nanya Ito lagi, karena mulai sekarang gue udah gak peduli lagi semua tentang dia."

Aurel mengeras, ia masih tidak terima. "Lo tuh suka gak sih sama Kak Ito?" tanyanya pedas langsung ke intinya.

Nada melengos. "Harusnya lo tahu Rel, karna jawaban gue tadi udah memuat keseluruhan."

Aurel berdecak sebal. Nada memang terlalu keras kepala, dan ia benci orang seperti itu. Namun, mau dikata bagaimana dia juga tetap temannya. Akhirnya dengan menguras banyak tenaga, ia berlapang dada menerima keputusan Nada.

***

Bel istirahat berbunyi. Lantas Ito langsung menahan bahu Cemeng sebelum ia pergi meninggalkan kelas.

"Mau kemana Meng?" tanya Ito.

Cemeng melepas paksa tangan Ito di bahunya. "Gue hari ini ada jadwal nongkrong di base camp, kenapa emangnya?"

"Gue mau gabung dong, bosen gue gitu-gitu mulu," celetuk Ito membuat mata Cemeng melotot.

"Udah gila lo, lo itu anak baik-baik To, gak cocok bergaul sama begundal," titahnya keras.

"Nah lu kan begundal, sama aja bego," sarkas Ito.

Cemeng menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bukan gitu To, kalau lo gabung, bisa-bisa anak baik-baik kaya lo dirusak sama mereka nanti," balasnya lirih.

Ito berpikir sejenak. Cemeng kan memang dekatnya dengan anak kelas 12 yang terkenal urakan, nakal dan lain sebagainya. Namun, tak apalah, berhubung Ito hanya sekadar ingin menambah pengalaman.

"Udah yok cabut," Ito beranjak dari bangkunya, lalu mendorong punggung Cemeng agar ia berjalan duluan.

***

Ito dan Cemeng telah sampai di tempat yang mereka tuju. Yaitu kantin belakang gudang dekat dengan lapangan belakang.

Ito baru sekali memijakkan kakinya di tempat ini. Walaupun sudah hampir dua tahun ia bersekolah, namun, tidak pernah ada niatan sama sekali untuk mendatangi kantin ini. Mungkin karena berhubung juga jika tempat ini dikuasai oleh para anak kelas 12, maka dari itu banyak murid lainnya yang juga tidak pernah ke sini.

Kedatangan Cemeng langsung disambut oleh mereka. Ya, siapa lagi jika bukan Dika dan kawan-kawan. Ito menempatkan diri duduk di kursi panjang. Sedangkan Cemeng menuju tempat rahasia, untuk membahas soal tawuran.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Where stories live. Discover now