E M P A T

8.9K 572 23
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Minggu, 21 Agustus 2005.

Pagi sekali Kirana terbangun dari tidurnya. Padahal ini hari Minggu, hari libur, dan itu tandanya hari bangun siang. Tapi, suara berisik dari luar membuat tidurnya terganggu.

Kirana mengucek matanya, menguap, merentangkan tangan , lalu menendang selimutnya hingga benda bergambar motif bunga-bunga itu teronggok di lantai marmer berwarna kuning gading. Kirana menurunkan kaki dari ranjang, berdiri, kemudian berjalan mendekati jendela kamarnya. Kirana ingin melihat darimana sumber keributan yang menganggu tidurnya.

Dari jendela kamarnya Kirana bisa melihat jalan di depan rumahnya. Ternyata ada truk yang sedang menurunkan barang-barang. Lalu Kirana teringat dengan ucapan Mama kemarin sore ketika pulang sekolah.

"Kamu masih ingat keluarga Om Reno?" Begitu pertanyaan yang dilontarkan Mama ketika Kirana sedang duduk di depan pintu rumah sambil membuka sepatu. Kirana pulang agak sore karena ada ekskul yang harus diikutinya.

Tanpa berniat untuk berpikir Kirana langsung menggeleng. Lagipula ia memang tidak tahu dengan pria yang disebut Mama dengan nama Om Reno itu.

"Masa sih kamu nggak tahu? Itu, lho. Anak bungsunya Kakek Sani. Yang lulusan dan kerja di luar negeri."

Kakek Sani Kirana tahu. Kakek baik hati yang tinggal di depan rumah Kirana. Kirana sangat suka dengan Kakek Sani karena sering memberinya buah mangga dari kebun belakang rumahnya ketika panen.

"Emangnya Kakek Sani punya anak namanya Om Reno?"

"Astaga, Kirana. Dia udah dua puluh tahun tinggal di New York, lho. Masa kamu nggak tahu."

Kirana berdecak. "Ma, umurku baru lima belas. Kalo Om Reno sudah tinggal di luar negeri selama dua puluh tahun, ya mana aku kenal." Kirana meletakkan sepatu di rak sepatu lalu berjalan menuju dapur. Mama mengekori dari belakang. Kirana membuka kulkas, lalu mengambil satu botol air dingin. Ia langsung meneguknya dari botol tersebut.

"Anak cewek kok minumnya kayak preman gitu!" tegur Mama.

Kirana mengelap bibirnya yang basah lalu cengegesan. "Haus banget soalnya, Ma."

Mama menggeleng-geleng. Lalu ia teringat lagi dengan topik pembicaraan tadi.

"Nah, kata Kakek Sani, Om Reno dan keluarganya akan tinggal di sini. Kamu kan tahu, sejak Nenek Ami tiada, Kakek Sani tinggal sendiri. Mungkin Om Reno pindah untuk merawat Kakek Sani."

"Oh," hanya itu respons Kirana ketika mendengar penjelasan Mama. Ya mau gimana lagi, Kirana pun nggak tahu harus merespos seperti apa. Setelah itu Kirana pun minta izin ke kamar untuk mandi dan ganti baju.

One Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang