D U A

11.1K 651 20
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Selasa, 06 Maret 2018, 22.42 WIB.

"Kamu yakin nggak mau ikut?" tanya Mika kepada Kirana. Saat itu mereka sedang berada di dapur Flu Caffe, usaha keluarga yang dikelola Kirana. Saat itu kafe sudah tutup. Mika sengaja mampir karena berencana menginap di apartemen Kirana.

Kirana membuka kulkas, mengambil dua kaleng minuman dingin, lalu menutup kembali lemari pendingin tersebut. Ia melempar satu kaleng kepada Mika, yang disambut dengan tepat.

"Males," jawab Kirana sambil menarik kursi di depan Mika dan menjatuhkan bokongnya di sana dengan perasaan lega luar biasa.

Seharian ini pengunjung kafe lumayan banyak, jadi Kirana merasa tubuhnya sangat lelah. Tulang-tulangnya seakan mau rontok. Memang Kirana memiliki tiga karyawan yang membantunya, tapi tetap saja ia turun tangan melayani pengujung yang datang. Mengenal langsung pengunjung yang datang adalah cara Kirana menjalin keakraban. Dengan begitu ia berharap pengunjung itu mau kembali mampir ke Flu Caffe.

"Ayolah. Kapan lagi ada acara reuni akbar seperti ini, coba. Biasanya, kan, cuma angkatan kita aja. Kali ini pasti acaranya seru!"

Kirana menyisiri rambut panjang ikalnya dengan tangan, kemudian menggulungnya menjadi sanggul. "Yang namanya acara reunian palingan cuma pamer kesuksesan aja. Siapa yang udah nikah, punya anak, kerjaan keren, hidup mapan," ucapnya skeptis.

Mika yang selesai meneguk minuman meletakkan kaleng di atas meja, lalu menatap Kirana intens.

"Apa?" tanya Kirana kemudian.

"Kenapa sih kamu selalu negatif thinking?"

Kirana terkekeh pelan, kemudian meneguk minuman kaleng miliknya. Setelah dahaganya hilang, ia memundurkan tubuh hingga menyentuh sandaran kursi, dan melipat tangan di depan dada. "Kenyataannya gitu, kan?"

"Tapi nggak semuanya gitu. Acara ini kan bisa juga kita manfaatkan untuk bertemu teman lama. Emang kamu nggak kangen dengan teman-teman sekelas kita dulu?"

Kirana diam sejenak. Lalu mengedikkan bahu. "Kemasannya aja yang bilang ketemu teman lama dan kangen-kangenan. Tapi isinya tetap aja jadi ajang pamer kesuksesan. Lagipula Aku masih bisa kangen-kangenan dengan yang lain lewat sosmed. Itu guna teknologi, kan? Menjauhkan yang dekat. Mempermudah komunikasi," jelas Kirana.

Mika memberengut. Kirana selalu bisa mencari-cari alasan.

"Tetap aja, ketemu dan ngobrol secara langsung itu rasanya beda. Ayolah, Ra ... sekali ini aja kamu ikut."

Kirana meneguk minuman sekali lagi, lalu mengusap sudut bibirnya yang basah. Pelan, ia menggeleng. Reuni bukan sesuatu yang membuatnya tertarik untuk ikut.

"Katanya dia juga datang, lho, Ra?" Mika sengaja menekan intonasi suaranya saat menyebut kata dia.

Kirana tidak perlu bertanya siapa dia yang Mika maksud. Mereka sudah sama-sama tahu.

Kali ini Kirana tertawa, tapi tawa hambar. Ada kesedihan yang tersirat jelas dalam tawanya itu.

"Dia nggak suka acara begituan, Ka. Nggak mungkin dia mau datang."

"Tapi dia benaran datang, Ra. Rian sendiri yang bilang. Kamu, kan, tahu dia dan Rian itu sahabatan. Kata Rian dia akan balik dari Aussie minggu depan."

Kirana diam. Saat ini ada badai yang tiba-tiba mengamuk dalam hatinya.

"Ini kesempatan kamu untuk ketemu dia. Memperbaiki kesalahpaham dulu."

"Kamu pasti hanya mencari alasan agar aku ikut, kan?" ternyata Kirana tidak percaya begitu saja.

Mika menatap Kirana. Sama sekali tidak tersenyum. Lalu ia bekata dengan tegas. "Aku nggak bohong. Dia beneran akan datang."

Kirana menunduk. Menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. "Kamu yakin, Ka?" tanyanya kemudian.

Mika mengangguk dengan mantap.

Kirana menatap tangannya yang kini saling meremas. Mendadak hatinya meragu. Haruskah ia datang ke acara reuni tersebut? Apakah memang ini kesempatan yang ia tunggu untuk bertemu dia?

Kirana memejamkan mata. Hatinya masih belum yakin dengan apa yang harus ia pilih.

Tapi kalau memang dia datang, mungkin ini kesempatan yang selama ini sudah Kirana tunggu.

One Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang