"It's all or nothing."

882 123 72
                                    

Sosok di hadapan Harry dan Lily terus mendekat. Belasan penjaga itu membuka barisan saat ia masuk, lalu kembali dengan posisi masing-masing. Kini, tampak jelas seorang pria berambut cokelat dengan mata berwarna birunya, tengah melonggarkan dasi yang ia kenakan saat itu. Penampilannya cukup berantakan; dengan kemeja putih yang lengannya digulung asal, dan celana hitam yang kentara sekali bercak rokok pada kainnya. Orang itu menarik senyuman miring, berusaha terlihat ramah.

"Hi, panggil saja aku Louis. Langsung ke intinya. Aku tidak suka jika ada penyusup di sini, apalagi mereka menipuku dengan identitas palsu. Jadi, sebutkan kode kalian."

"Kau tidak mengenali kami?"

Louis mendengus atas pertanyaan Harry, merasa sedikit tersinggung. "Hanya memastikan. Lagipula aku tidak mudah percaya dengan orang lain."

Lily melirik Harry. Keduanya memberi keyakinkan satu sama lain lewat tatapan mereka, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Harry kemudian berdehem, menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

"Cepatlah, waktu sangat berharga," ucap Louis mulai tidak sabaran. Kedua lengannya ia silangkan di depan dada.

"G-V-T-R-E. HS01." Harry menyebutkan kode seperti yang diminta secara perlahan seraya menunjukkan kalung berbandul pesawat kertas miliknya. Kalung tersebut sudah lama bersembunyi di balik kaus yang dipakai Harry. Hal itu lantas membuat Louis tersenyum penuh arti.

Giliran Lily yang menyibakkan rambut pendeknya ke belakang telinga. Terlihat sebuah anting berbandul sama seperti milik Harry. Dengan begitu, ia pun melanjutkan, "Y-V-B-A. LC18." Louis sontak menaikkan kedua alisnya. Senyuman pria itu juga semakin lebar.

"Alright. Periksa mereka, Victor." Ia mengedikkan dagunya pada dua orang itu. Salah satu penjaga langsung berdiri tegap dengan sikap hormat seraya menurunkan senjata yang ia pegang. Ia menghampiri mereka dengan alat pendeteksi atau semacam scanner di tangannya. Satu per satu ia mengecek, apakah benar kalung dan anting tersebut memang berisikan kode rahasia. Kode yang lebih rumit daripada yang telah diucapkan secara langsung oleh Harry maupun Lily barusan. Kalau ternyata bukan, tamatlah riwayat mereka berdua. Tidak akan ada lagi kepungan dari kaki-tangan Louis, melainkan pulang tanpa nyawa.

"Hasilnya benar, pak!" sahut–orang yang dipanggl victor tersebut–saat menyelesaikan apa yang diperintahkan padanya.

Louis mengangguk mengerti. "Bagus. Kembali ke tempat." Yang disuruh pun menurut.

"Aku tidak menyangka kalian masih memakai kalung dan anting itu. Belum bisa sepenuhnya keluar dari dunia ini, ya?"

"Setidaknya kami mencoba," timpal Lily tajam.

Louis terkekeh. "Tapi sekarang belum saatnya bagi kalian untuk berhenti. Selamat datang kembali di Hugo's, Tuan dan Nyonya Styles. Atau dua dari agen terbaik dunia yang pernah kami miliki, Harry Styles dan Lily Collins." Ekspresi pria itu berubah semangat saat ia merangkul pundak Harry dan Lily bersamaan, seperti baru saja bertemu dengan kawan lama setelah bertahun-tahun berpisah. Dan memang benar. Louis adalah sahabat baik Harry.

"Aku merindukan kalian!"

Hening.

Momen itu terasa sangat canggung ketika Harry dan Lily tetap bergeming di tempat, tidak mau balas menyambutnya. Apalagi para penjaga masih menyaksikan sembari menodongkan pistol. Louis yang tersadar pun akhirnya meringis kesal sambil berkacak pinggang. "Sudah, sana pergi! Kalian menggangguku saja!" usirnya pada segerombolan lelaki tersebut.

Dasar aneh, pikir mereka tanpa melanggar perintah.

Louis lantas kembali pada Harry, memukul dadanya pelan. "Kau tidak pernah menghubungiku lagi!"

Getaway 》Styles a.uWhere stories live. Discover now