"If you trust me,"

405 58 32
                                    

Suara teriakan dan langkah kaki tak beraturan bercampur menjadi satu kegaduhan. Panik, itu hal yang lumrah jika mengalami sesuatu di luar batas. Namun gadis itu malah berdiri kaku, menyaksikan apa yang telah terjadi persis di depan matanya lantas membuat napasnya memburu. Badannya yang menegang kini bergetar hebat dengan air mata yang siap mengalir di ujung matanya.

"Putri, apa kau baik-baik saja?"

"E-Elen," bisiknya terlalu pelan hingga tidak terdengar apa yang ia katakan selanjutnya. Ia menoleh pada salah satu pelayan setianya itu yang balik menatapnya. Semburat ketakutan juga tergambar pada wajah pelayannya yang tidak lagi muda.

"Trina, adikku..." Elen-si pelayan-yang tak kuasa menahan tangis pun menjatuhkan tubuhnya, berlutut dan berusaha menggapai sosok tak bersalah yang bisa dipastikan kehilangan nyawa detik itu juga.

Gadis itu seketika tersadar dan merasa amat sangat bersalah.

Ya Tuhan, ini semua salahku... ini semua karenaku, batinnya. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, namun yang ia temukan hanyalah kekacauan.

"Nora!"

Gadis itu spontan berbalik.

"A-ayah..." Dengan lunglai Putri Nora segera berjalan cepat menuju ayahnya berada.

Alangkah terkejutnya Nora ketika ia tiba-tiba dihalangi oleh seorang pengawal kerajaan.

"Jangan. Halangi. Aku." Gadis itu merasa kesal dengan sikap pengawal tersebut. Tak lama ia mendengar suaranya dipanggil kembali oleh ayahnya.

Kedua matanya kontan bertemu dengan sang ayah. Beliau sedang digiring untuk pergi secepatnya dari lokasi oleh para pengawal, tapi ia terus saja menoleh ke belakang meski ia harus segera menghindari kerumunan.

"Ayah!" teriak Nora, namun lagi-lagi pengawal itu menahannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Apa yang kau lakukan?!"

Raja Gior hanya pasrah menyaksikan putrinya yang meronta oleh tindakan salah satu pengawal kepercayaannya. Ia menggeleng saat itu juga ketika Nora menatapnya dari balik punggung pengawal yang menghalanginya. Ia tahu bahwa Nora ingin sekali mengikutinya, sebenarnya ia bahkan tidak tega jika harus meninggalkan Nora, tapi ini demi keamanan putrinya semata. Walaupun begitu ia merasa lega setelah menemukan anaknya dalam keadaan baik-baik saja.

"Ayah!"

Ia lagi-lagi menggeleng, lebih keras, berharap putri semata wayangnya memperhatikan. Kepalanya menunduk saat pandangannya akan Nora akhirnya tergantikan oleh tembok istana. Kau aman bersama mereka, batinnya.

Sementara gadis itu pun hanya mematung, tidak mengerti maksud dari gestur ayahnya barusan. Apa ayah berniat meninggalkanku? T-tidak, ayah tidak mungkin membiarkanku sendirian. Nora merasakan ujung matanya mulai berair.

"Hentikan, Nora!"

Belum sempat ia kembali melangkah, dua buah lengan menariknya untuk menjauh. Gadis itu kemudian menangis, lututnya kini menyentuh lantai, ingin sekali berteriak histeris tapi tak satupun suara mampu ia keluarkan. Ia takut.

"Nora, dengarkan aku." Kedua tangan itu meraih pundaknya yang lemas, mencegahnya agar tidak terjatuh dari pijakannya saat ia dipaksa bangkit. Ia menatap wanita di hadapannya dengan bingung sekaligus cemas. "Ikut denganku, kita harus pergi dari sini."

"S-siapa kau?" Tak pernah sekalipun ia pernah bertemu dengan orang asing di hadapannya sekarang.

PRANGGG!!!

Seluruh jendela istana tiba-tiba saja pecah, disusul masuknya beberapa orang berpakaian serba hitam yang menyulut beberapa tembakan ke arah atap istana. Kegaduhan luar biasa terjadi. Semua tamu kini berlarian ke luar ruangan. Putri Nora semakin kaget karena beberapa dari tamu itu juga mengeluarkan pistol dan mengejar para penyusup tadi, sedangkan sebagian pengawal dan penjaga lainnya melindungi para tamu dari ancaman bahaya yang siap menelan korban kapan saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 10, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Getaway 》Styles a.uWhere stories live. Discover now