Bagian IV

25 3 1
                                    

Lelaki tua veteran dari Rehabroh, Kakek usia 30 tahun yang pernah berlaga d medang perang. Kakek ini dalam keadaan lelah payah dia berjalan layaknya kecepatan kura-kura.

 Kakek ini dalam keadaan lelah payah dia berjalan layaknya kecepatan kura-kura

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia memgikuti wajib meliter sejak umur 16 tahun. Iapun terjun dalam berbagai sederet perang.
Sampai akhirnya saat ia pulang ke Rehabroh mendapati keluarga sudah tiada. Membuatnya hidup sendiri dan tidak ingin menikah lagi. Hanya selembar surat yang dituliskan oleh istrinya yang menyakinkannya kalo keluarga sebenarnya dibunuh oleh negerinya. Dan sosok Alas mengingatkannya kepadanya yang menjadi kritis sehabis kepergiannya keluarganya.

Kejadian itu terus menghantuinya, tidak terima yang sudah dilakakukannya dimana ia rela berkorban untuk negerinya dan malah dia buat pilu oleh negerinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kejadian itu terus menghantuinya, tidak terima yang sudah dilakakukannya dimana ia rela berkorban untuk negerinya dan malah dia buat pilu oleh negerinya sendiri. Begitulah anggapan yang ada pada Kakek itu. Sesungguhnya Negeri Rehabrojh yang ia injak, sekaligus membencinya. merasakan hal yang sama seperti dirasakan oleh Alas. Karena itu ia terobsesi oleh Alas, Selagi dia menua Alas akan tetap bercerita dan tumbuh dewasa dengan kokoh dan gagah. Mungkin semua itu akan membuatnya tenang atas semua kejadian dulu yang ia alami.
Ketika dia memperhatikan Alas selesai melakukan pertujukannya, dan Alas jalan sendirian.

 “Tidakkah, burung mau pulang ke sangkar ?” Guyon Kakek Alas hanya diam dan tidak menjawab sambil terus berjalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Tidakkah, burung mau pulang ke sangkar ?” Guyon Kakek
Alas hanya diam dan tidak menjawab sambil terus berjalan. Hening sebentar, langkah kakinya terhenti dan menoleh ke sang Kakek.
“Kek.. Saya bukan burung dalam sangkar !!” Katanya sedikit kasar terhadap orang tua itu.
Kakek itu batuk-batuk “huf..Aku sudah terlalu tua untuk hal ini, Ayo ikut aku, Biar aku tunjukan kamu sesuatu” Jelas Kakek itu sambil jalan mengajaknya.

Karena Alas orang yang penasaran akan sesuatu hal langkah kakinyapun ringan mengikuti Kakek itu. Lorong-lorong jalan dimasuki mereka hingga tertuju disuatu tempat dimana disudut perbatasan kedua negeri itu.

Kakek itupun menceritakan yang terjadi pada jamannya dulu yang begitu pilu dan mengerikan itu selama satu jam lebih Alas hanya mendengarkan yang keluar dari mulut sang kakek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kakek itupun menceritakan yang terjadi pada jamannya dulu yang begitu pilu dan mengerikan itu selama satu jam lebih Alas hanya mendengarkan yang keluar dari mulut sang kakek.
“Air mata dan darah ?” Tanya Alas.
“Supaya kalian semua berdamain dan tidak berkelahi” Jelas Kakek.
“Kedamaian telah berubah Kek, Ras-ras berusaha saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing” Kata Alas.
“Ya aku merasakannya, Namun kamu bisa menunjukannya jalan untuk perdamaian sesungghnya berserah diri kepada sang Semesta, Ini bisa titik awal untuk jika mengikuti ajaran Sang Semesta” Jelas Kakek.
“Uhm..membawa kedok agama-agama untuk mencapai tujuan, Padahal tidak memiliki keyakinan yang religius” Sahut Alas.
“Apa kamu tidak memiliki keyakinan ?” Tanya Kakek.
“Negeri ini sangatlah kacau Kek, Malam akan selalu dingin, siang akan selalu panas. Orang-orang mencari kebenaran, padahal kebenaran sudah mereka tau. Dunia (penyakit) susah untuk disembuhkan” Jawab Alas dan langsung pergi meninggalkan Kakek.
Semenjak malam itu Alas adalah malam terakhir bertemunya dia dengan Kakek itu. Kakek itu menghilang dan sudah tidak datang lagi mendengarkan pementasannya.
Membuat Alas bertanya-tanya dan wajah Kakek itu melayang-layang di dalam pikirannya. Termenung sebentar dan Alas berkata dalam hatinya “Jembatan kedamaian”…
***
Jadi Alas ini kemakan semua sama perkataan Kakek, memikirkan Kakek itu setiap hari, Alas berpikir ini adalah Jembatam untuk impiannya. Alas jatuh cinta bukan dengan Kakeknya. Hehe (garing ya)
Kenapa si Kakek menghilang ya ?? Padahalkan itu bisa menmpertemukan Alas dengan jati dirinya dan bisa menjawab semua pertanyaan dari dalam pikirannya..
Apakah egonya Alas akan mengalahkan Impiannya ?? Akankah ia mencari keberadaan Kakek itu ?
Ohya sampai lupa…Air mata dan darah itu maksudnya adalah bagaimana Negeri Rehabrojh terbentuk.
Terus Negeri Ambisrojh terbentuk dari apa dong ??
Nah habis ini kita bahas nanti kedua Negeri ini saling berkaitan..hehe
***





ladder of humanity (PROSES)Where stories live. Discover now