Bagian II

22 3 1
                                    


Disebuah keramaian di negeri Rehabroh. Rakyat-rayat miskin akan ilmu pengetahuan berkumpul di sebauh tempat pertunjukan, yang tujuannya menghibur para pengunjung setempat. Untuk mencari pundi-pundi emas mencukupi kehidupannya.

“Masyarakat mengganggap pembangunan, Bentuk kemewahan yang melimpah adalah sebagai bentuk kehormatan nasional, Sehingga lupa akan ternyata dipengaruhi secara psikologis”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Masyarakat mengganggap pembangunan, Bentuk kemewahan yang melimpah adalah sebagai bentuk kehormatan nasional, Sehingga lupa akan ternyata dipengaruhi secara psikologis”. Berdiri seorang pemuda Dalam sebuah orasi di Rehabroh.

Semua mata menyorotinya dan tidak dipungkirin Dia merasa seperti manusia yang benar-benar penting.
“Sepertinya orang ini berbahaya, Sebaiknya kita melaporkan ini kepada baginda”

Terlihat dua orang mata-mata Baginda Padjuto, memperhatikan suasana acara tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat dua orang mata-mata Baginda Padjuto, memperhatikan suasana acara tersebut.
Tiba-tiba seorang Kakek menghampiri anak muda yang berdiri tadi.

“Hei anak muda, Sedang apa kamu disitu ?” Tanya kakek mendonga keatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hei anak muda, Sedang apa kamu disitu ?” Tanya kakek mendonga keatas.
“Sedang bercekerama dengan alam, Tidakkah kakek lihat alam memperhatikanku” Jawabnya sambil melihat sekeliling yang hampa tanpa ada orang melihat.
“Haha.. Namamu siapa ?” Tanya Kakek sambil tersenyum heran.
“Nama ? Orang memanggil saya Alas. Namun saya tidak pernah percaya dengan nama itu” Dengan egonya menjawab.
“Sangat sulit percaya pada kebetulan, bahkan lebih sulit percaya pada hal lain.. Sini turunlah aku sangat tua untuk bicara sambil mendonga ke atas”  Katanya sambil menyodorkan tangannya untuk membantunya turun dari atas tong tempat Alas berdiri sambil lanjut Kakek itu berbicara.
“Apa yang bersuara kalo salah tempat suaranya tidak akan terdengar indah, Burung dalam sangkar dan didalam kicaunya sangatlah berbeda indahnya”
“Kakek tidak tahu apa-apa, dan kakek akan menua mereka akan masih bercerita” Jawab Alas seakan tidak mau membahasnya yang ia lakukakan. Dan Alaspun langsung pergi meninggalkan Kakek itu.
“Kedamaian dan cinta hanyalah slogan semata tidaklah nyata untuk meraihnya” Kata Kakek itu sambil melihatnya pergi begitu saja.
Alaspun diam dan menoleh sebentar sebelum pergi dan berkata.
“Rehabroh adalah Ambisroh..Ambisroh adalah Rehabroh itu tidak bisa dipungkiri Rehabroh dibesarkan oleh Ambisroh dan juga sebaliknya” Jelas Alas.
Pertemuan mereka berduapun selesai disitu. Namun setiap harinya Kakek itu memperhatikan Alas yang selalu datang ketempat itu yang katanya bercengkerama dengan alam, yang sambil berdiri diatas tong.

****
Sebuah tempat pertujukan yang dibangun oleh Padjuto, dibuat untuk kaum-kaum lemah yang miskin untuk sarana mencari pundi-pundi uang...
Lantas kenapa Dua orang Baginda Padjuko memperhatikan Alas ?
Ada apakah dengan Alas sehingga begitu berbahaya ?
Kakek itu siapa ? Mengapa Dia tertarik ingin mengetahui dipikiran Alas ?
Habis ini kita akan cerita sedikit tentang Alas..
****

 

 

ladder of humanity (PROSES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang