"Welcome to the Hugo's."

Mulai dari awal
                                    

"-there's a bomb in your house, I'm telling you."

"I-"

"20 seconds."

 

pip.

Sial! Dia memutus hubungannya begitu saja! pikirnya geram.

 

“Harry?”

 Ia lantas menoleh cepat dan mendapati sosok Lily tengah menatapnya khawatir.

.

.

.

.

“H-Harry, kumohon sadarlah.”

“Harry…”

Pandangan laki-laki itu tadinya kabur sebelum ia mengerjapkan mata dan bangun. Harry sedikit meringis karena tangannya mengenai pecahan kaca yang terhampar dari jendela rumah, dan belakang kepalanya terasa sedikit nyeri. Lily memeluknya singkat, kemudian menatapnya sedih bercampur bingung.

“Kau baik-baik saja?” Ia tampak sangat khawatir dengan keadaan orang di hadapannya itu.

Walaupun pendengarannya berdengung, Harry tetap mengangguk menahan sakit. Lily menghela napas lega. “Thank God.” Kedua matanya sedikit berair. Bisa dibilang ia terharu. Kalau bukan karena Harry, ia tidak akan bisa selamat. Pandangannya kembali sendu ketika beralih pada pemandangan akan puing-puing bangunan yang berserakan di balik punggung Harry.

“R-rumah kita…” Lily tergagap namun tidak menangis. “Rumah kita hancur.”

Harry menengok melewati pundaknya. Bangunan yang seharusnya berdiri kokoh, sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Rumah yang telah ia bangun bersama Lily telah hancur, diledakkan oleh bom. Tak dipungkiri kalau Lily shock. Ia bahkan tidak tahu apa penyebabnya.

Ini semua gara-gara Louis, batin Harry. Emosinya kembali muncul.

“Berengsek!” Buru-buru ia berusaha berdiri dan membantu Lily untuk bangkit. Terdapat beberapa luka goresan pada tangannya.

“H-Harry, kau tidak apa-apa? tadi kepalamu tertindih balok kayu, aku takut.” Harry menatap mata istrinya itu sekaligus mengamati luka gores lain di pelipisnya. Ia sedikit bersyukur karena Lily masih terlihat baik-baik saja, tidak seburuk yang ia duga.

“Harusnya aku yang bertanya begitu.” Harry menarik pelan kepala Lily lalu mengecup dahinya. “Tenangkan dirimu, kita harus pergi dari sini sekarang juga.”

Lily menggeleng. Ia butuh penjelasan, mengingat bagaimana Harry bisa tahu dan sempat-sempatnya melindungi diri. “Aku tidak akan pergi sebelum kau katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada seseorang yang sengaja melakukan ini?”

Harry menghela napas. Tentunya ia tidak bisa menyembunyikan apa-apa pada Lily. “LT24 meneleponku.”

Seketika kedua mata Lily membulat dan bisa dipastikan ia sudah tidak asing lagi dengan kode yang disebutkan oleh Harry. “Ba-Bagaimana bisa… a-aku, Harry… Apa Louis…” suaranya tercekat. Lily benar-benar tak habis pikir.

“Tenang.” Harry lantas memegangi kedua pundaknya, sekedar menenangkan. “Kita harus bergegas, karena kita tidak punya banyak waktu. Pasti banyak orang yang telah mendengar ledakannya.”

Awalnya Lily ragu, namun ia mengangguk. “Okay.

Akhirnya mereka berdua berlari kecil dan masuk ke mobil. Harry membuka dashboard kemudian mengambil kunci cadangan lalu memutarnya agar mesin menyala.

Getaway 》Styles a.uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang