14. Kecurigaan Madam Loly

Mulai dari awal
                                    

"Terus gue besok mesti bilang apa ke Pak Hanung sama Madam Loly?" Seketika Lukas juga tidak kalah panik dibanding Yudan tadi.

"Tau, ah, gue mau tidur. Lo pikirin aja sendiri!" Ethan yang terlalu kesal akhirnya memutuskan untuk tidak mau ambil pusing soal ini. Ini sudah kesekian kalinya dia menyesal telah berlaku baik pada orang yang salah. Karena tiap kali dia berbuat baik pada salah satu di antara keempat temannya, pasti selalu saja berujung malapetaka. Mendapat hukuman yang menyusahkan dirinya sendiri. Dan kali ini, dia tidak mau ambil pusing soal besok bagaimana. Terserah. Ethan sudah pasrah sepasrah-pasrahnya orang pasrah. Sekarang dia hanya ingin memakai sisa waktu tidurnya semaksimal mungkin. Sudah cukup dia kehilangan waktu tidurnya sebanyak tiga jam lebih.

"Gue gimana, nih? Nan, Niel, Dan?" Lukas meminta jawaban pada tiga temannya yang tersisa. "Gara-gara lo pada juga, pake segala ninggalin gue sendirian di kamar!"

"Gue? Si Kudanil, tuh, salahin!" Adnan melempar kekesalan Lukas padanya ke Daniel seraya duduk di pinggir ranjangnya.

Yudan yang sudah berbaring di tempat tidurnya, seketika punggungnya terlonjak lagi. "Nah, iya, semuanya gara-gara si Daniel emang!" Dengan cepat ia menyetujui apa yang dikatakan Adnan. "Tanggung jawab lo, Niel. Kasian, nih, si Lukas mau nangis. Mana gak ada balon, lagi," tambah Yudan lagi sambil menertawakan ekspresi Lukas yang bisa ia pastikan, Lukas sendiri tidak menyadari ekspresi itu.

"Sialan! Yakali gue nangis," elak Lukas tidak terima tuduhan Yudan barusan.

"Santai aja," sahut Daniel terdengar menggampangi.

"Lagian emangnya lo dari mana, sih, tadi?" tanya Adnan yang langsung menoleh ke arah Daniel. "Udah tau di kamar kita ada bayi, pake acara ditinggal sendirian."

"Bayi? Bayinya siapa? Siapa yang punya bayi?" Lukas bertanya antusias.

"Gue gak nanya sama lo!" tandas Adnan.

"Udah lo mending tidur, gih, Kas. Pusing gue denger lo ngomong," Yudan menambahkan.

"Gue nanyanya Kudanil. Eh, ngapain lo tadi?" Perhatian Adnan teralihkan kembali pada Daniel yang malah bengong ditanyanya.

"Ha?" Mendadak otak Daniel memberi respon lambat atas pertanyaan Adnan itu. "Oh, itu..." sesaat ia menggaruk kepalanya sambil menatap ke atas. "itu apa, gue abis dari UKA, perut gue sakit banget abisan. Terus pas gue keluar, gue liat Pak Surapto lagi jalan ke arah UKA, gue langsung lari."

"Kalau emang lo abis dari UKA, harusnya lo gak usah lari. Lo lari malah bikin orang jadi curiga sama lo." Yudan menceletuk kesal.

"Gue lari, soalnya gue bawa ponsel. Kalau ketahuan pasti disita!"

"Tapi kok, bisa ada Pak Hanung, sama Madam Loly juga tadi?" Kali ini Adnan merasa heran.

"Nah itu yang gue bingungin. Gue gak tau kenapa tiba-tiba ada Pak Hanung sama Madam Loly," heran Daniel juga.

"Yaudah, besok kita ikutin ajalah apa kata si Setan. Ceritain kejadian yang sebenernya," Adnan menyahut enteng.

Lukas menautkan alisnya, bingung. "Setan?"

"Ethan?" tebak Yudan.

"Iya dia. Udah, ah, jangan ngebacot mulu lo pada. Gue mau tidur. Lumayan masih ada waktu dua jam setengah lagi." Adnan meregangkan otot-ototnya yang lelah di atas ranjang empuknya. Mengulurkan selimut tebalnya selebar mungkin, membalut tubuhnya yang meringkuk menghadap lampu tidur.

Meskipun sebetulnya dia tidak benar-benar tidur. Adnan tidak akan bisa tidur selama dirinya masih dihantui rasa penasaran tentang Nasya dan segala kehidupannya yang begitu misteri. Bahkan kepala Adnan akhir-akhir ini sampai sakit hanya karena memikirkan gadis itu.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang