Bagian 8 - Surat itu

3.1K 195 26
                                    

“Sesungguhnya dunia ini seluruhnya adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah
wanita yang sholihah.”
(HR. Ahmad)

🌻🌻

“Woy! Ngelamun aja nih pak bos ganteng” Ucap Rian yang baru saja memasuki ruang kerja Yusuf.

“Masuk ruangan bukan ngucap salam, malah ngagetin,” sahut Yusuf yang melihat Rian dengan wajah datarnya. Menandakan bahwa dia sedang tidak ingin diganggu.

“Iya iya.. ulang deh” Rian menjawab, lalu memutar badannya kembali ke arah pintu.

“Ga usah, to the point ada apa?” Tegas Yusuf.

“Gua Cuma mau nyampein, besok ada klien yang mau ketemu lo.” Jawab Rian dengan bahasa yang tidak formal.

“Iya.” Jawab Yusuf Singkat.

“Kayaknya sahabat gua yang paling ganteng ini lagi ada masalah. Jangan-jangan lu lagi  berantem ya  sama istri lo?” Tanya Rian dengan nada penasarannya.

Rian adalah sahabat Yusuf sejak mereka masih duduk dibangku SMA. Jika sedang berdua maka Rian maupun Yusuf akan lebih sering menggunakan bahasa non formal. Tetapi jika sedang ada orang lain, maka Rian akan merubah bahasa bicaranya menjadi formal kepada Yusuf  yang  merupakan  atasannya  di kantor.

“Sok tau lu, udah sana keluar. Gua lagi ga mau diganggu.” Sahut Yusuf lalu mengarahkan pandanganya ke arah jendela yang menampakan pemandangan kota Jakarta.

“Bro, kita sahabatan udah lama. Kalo lo ada masalah, gua siap dengerin.” Kini Rian mendudukan dirinya di bangku yang terletak di hadapan meja kerja Yusuf.

Yusuf tidak menjawab.

Melihat Yusuf yang tidak menanggapinya, Rian kembali berujar “Lo masih belum bisa terima Nadira?”

Mendengar Yusuf menghela nafas panjang, membuat Rian menyimpulkan bahwa apa yang di tanyakannya itu benar.

“Bro, kalo lu masih yakin sama pernikahan lo ini, ya lu harus belajar mencintai Nadira. Kalo lo udah gak  yakin, lebih baik lo jujur sama dia.
Nadira itu perempuan spesial bro, lu liat sendiri gimana Ali cinta banget sama dia kan? Lo harusnya merasa beruntung bisa menikah sama dia.” Rian menasehati Yusuf.

Yusuf kembali menghela nafas panjang. Kini dia membalikan tubuhnya dan mendudukan dirinya di kursi kerjanya.

Dia menatap Rian dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dia sedang bimbang.

“Entahlah, gua rasa gua masih belum bisa buka hati buat Nadira. Tapi gua juga nggak tega kalau harus cuekin dia terus” Ucap Yusuf.

“Gimana lu mau buka hati kalau di hati lu masih ada nama perempuan lain. Udahlah bro, lupain Dinda. Dia juga udah mau nikah kan. Lo harus mulai buka hati buat Nadira, gua yakin lo ga butuh waktu lama buat jatuh cinta sama dia.” Rian menjawab dengan nada yang sangat meyakinkan.

“Gua gak yakin.” Yusuf menggeleng pelan.

“Gua tau apa yang bikin lu nggak yakin.” Sahut Rian.

Yusuf menaikan kedua alisnya, menatap Rian dengan tatapan bertanya.

“Lu masih belum bisa terima, pas tau kalau ternyata selama ini Nadira punya perasaan sama lu, sedangkan Sahabat lu sendiri. Ali. Mencintai dia dengan sepenuh hati.”Ucap Rian dengan nada puitisnya.

“Ga ngerti gua.” Yusuf menjawab.

Rian memutar bola matanya malas.

“Intinya lu nggak terima, pas tau Ali itu cinta sama perempuan yang diam-diam cinta sama lu. Lu ngerasa Nadira itu udah ngecewain Ali, secara kan Ali udah lu anggap sebagai kakak lu sendiri.” Jawab Rian malas.

Surat untuk YusufWhere stories live. Discover now