Anak motor?

15 2 1
                                    

Ini hidupku..
Hendak datang?
Silahkan..
Tetapi, tetap aku tuannya.

Saat Fiona beres beres kelas karena ini hari piketnya, Fiona tiba tiba didatangi dua perempuan yang berkerudung panjang. Keduanya saling dorong untuk menghampiri Fiona lebih dulu. Karena dua perempuan itu cekikikan, membuat Fiona menghentikan aktivitas menggosok lantainya seraya menghampiri.

"Eh, cari siapa?" Sembari merapikan kerudungnya dan mengulurkan lipatan lengan bajunya.

Dengan sigap kedua perempuan itu berdiri tegak dan melempar senyum canggung bebarengan.

"Hai ka. Maaf ganggu kaka lagi piket, kami dari Risma extrakulikuler keagamaan ka. Aku Zahra dan ini temenku Laura"

Setelah saling mencolek, barulah salah satu dari mereka perempuan yang bermata besar, hidungnya yang tinggi dan kulitnya putih bersih ini yang ternyata bernama Zahra memulai pembicaraan.

"Ohiya dek, aku Fiona" Ujarnya dengan menjulurkan tangan untuk bersalaman. Sedetik kemudian keduanya berebut untuk menyambut.

"Beginii kaa, yang aku tau, kaka ini pindahan dari sekolah islam yaa? Dari madrasah? Maaf ketua kami ga bisa dateng langsung nemuin kaka. Jadi, kami mau ajak kaka join buat jadi pemateri di kumpul rutin kami kaa. Gimana?"

Dengan mulai agak santai, perempuan satu lagi yang memiliki bibir mungil juga satu dimple di pipi kirinya mengajukan pernyataan serta pertanyaan yang membuat Fiona sedikit terkejut.

"Aduh aku merasa ga pantes ah buat jadi pemateri atau yang ngajar gitu deek. Ilmu yang aku punya juga belum sebanyak yang diharapkan.. aku takut mengecewakan. Biar ga sia sia kalian dateng kesini, aku kasih kontak temen deket aku yang masih sekolah disana, gimana? InsyaaAllah dia akan lebih mampu dari pada aku" Pelan-pelan Fiona menolak dengan penjelasan yang sejujur-jujurnya.

Wajahnya yang terlihat menyesal, membuat Zahra dan Laura mengurangi rasa kecewa karena ditolak.

"Tapi, sekolah pasti gabisa nerima siswa dari sekolah lain buat ikut dalam program kami kaa, kecuali memang kami mengundang ustadz/ustadzah begitu kaa. Gapapa kalau kaka gabisa, kalau kaka berubah fikiran, kaka boleh bicara lagi sama kita kaa"

Wajah Zahra yang sedang memelas itu terlihat sangat lucu. Sampai Fiona berfikir 'aduh ini anak kecil ko udah SMA ajaa' akhirnya Fiona hanya mengangguk kecil dan tersenyum.

"Yasudah ka, kita kembali ke mesjid yaa. Ohiya, kaka mau dibantu piketnya?" Kata Laura yang menyadari hanya Fiona yang ada dikelas itu.

"Ohh gausaah, cantiik.. udah mau selesai ko" cegah Fiona yang semenit kemudian mereka baru mengakhiri pertemuan.

Fiona kembali mengepel lantai sampai selesai. Karena melakukan pekerjaan rumah seperti ini adalah salah satu hobbynyaa, Fiona sangat menghayati disetiap gosokannya. Sampai Fiona tidak menyadari seseorang menungguinya di dekat pintu yang tengah dibelakanginya.

Ketika Fiona harus mundur dan menyelesaikannya tepat di (lawang panto) Fiona melihat bayangan samar dari lantai yang kinclong itu. Perlahan Fiona memutar kepalanya kearah kiri dan sedikit mundur

"Fokus amat"

Daarr tepat saat melihat sosok yang disebelah kirinya itu, terdengar juga suaranya. Beruntung karena Fiona bukan perempuan penakut, dia hanya terkaget tiba tiba terdengar suara bass. Gebeg dikit, Fiona bergegas menyelesaikannya dengan mengeringkan lap pel, dan disimpannya di belakang pintu.

"Belum pulang, Kenan?" Lontar Fiona sambil mengunci pintu kelasnya yang sedetik sebelumnya Kenan mundur dan beralih ke bangku semen depan kelas.

"Kenapa ninggalin tas lo di luar? Maling juga bakalan tenang nyuri kalo ngeliat lo betah banget ngegosok lantai. Niih. Berat" Kenan menyodorkan tas dan omelannya saat Fiona berbalik. Fiona hanya mengambil tasnya dan berjalan.

"Ohiya, kenapa kesini?" Tetap berjalan lurus kedepan, Fiona bertanya kepada Kenan yang mengikutinya di belakang sisi kanannya.

"Kebetulan baru keluar kelas aja, terus gue lewat sini. Gue berenti karena ngeliat tas elo. Yaudah gue jagain bentar"

"Oohh. Makasih yaa."

"Lo dijemput?"

"Iya. Barusan aku sms minta jemput"

"Rumah lo jauh dari sini?"

"Lumayan"

"Yaudah, gue temenin sampe dijemput ya"

Fiona hanya mengangguk dan akhirnya sama sama membisu. Beberapa langkah lagi menuju gerbang, tiba tiba Kenan Mengambil alih posisi Fiona yang disebelah kiri.

Rupanya di dekat gerbang, gerombolan kelas 12 yang dulu fight sama Kenan sedang menongkrong dan menggoda anak perempuan. Membuat Fiona yang tadinya resah, malah semakin resah.

Melihat ada Kenan yang disamping Fiona, Gerombolan anak kelas 12 itu mengalihkan pandangan dan beralih membully salah satu dari mereka. Fiona melihat Kenan dengan menyelidik. Tapi sesaat kemudian, dia membuang pandangannya kedepan.

Fiona menunggu jemputan di halte bus, dengan di kawal pria yang berbahaya juga.
Karena jalanan, dan masih sedikit ramai orang orang menunggu bus, mereka tidak banyak mengobrol. Sekalinya ngobrol pun, harus mengeluarkan otot leher.

Sampai akhirnya, sesaat setelah bus lewat, Rama dengan motor besarnya muncul didepan Fiona yang bergegas maju mendekat, juga Kenan, kikuk harus dengan cara apa dia menyapa.

"Gue temennya Fiona, bang! Gue juga anak motor!"

Entah dengan logika apa Kenan menyodorkan tangan dan berjabatan ala-ala anggota geng. Rama yang menyambut pun, mengembangkan senyumnya.

"Aku pulang duluan ya! Makasih Kenan!"

Fiona tidak mau berlama lama memikirkan apa yang ada dipikiran Kenan, dia langsung naik ke motor. Rama yang mendengar itu, dia memukul dan meremas lengan atas Kenan seraya tersenyum sebagai tanda perpisahan. Rama mengatur koupling dan Fiona melingkarkan lengannya diperut Rama. Selanjutnya motor itu melaju dengan secepat kilat.

Saat punggung Fiona sudah tak terlihat, Kenan balik kanan, pergi ke motornya yang masih terparkir di parkiran. Sambil bersiap untuk pulang, Kenan masih terbayang bayang apa yang tadi telah terjadi di halte. 'Hari ini, berkwalitas banget. Itu karena gue sekeren ini' pikirnya.

*___*___*

Setelah makan malam, biasanya Fiona dan Rama menonton di ruang keluarga yang besar. Ruang keluarga yang jarang sekali berantakan. Keduanya memiliki selera film yang sama, beruntungnya. Jadi saat ini, mereka sangat menikmati quality time mereka setelah hari yang berat kemarin.

TRINGGG

O-Ow.. Fiona lupa men-silent hapenya. Karena sebenarnyaa jarang sekali ada yang menghubunginya. Fiona memandang Rama dan tersenyum meminta maaf, dengan dibalas anggukan yang menenangkan.

Sebuah pesan. :"Fiona, ini gue Kenan" begitu isi pesan dari nomor yang belum Fiona simpan.

Fiona mengernyit sebentar, dan bergegas membalas.

Balasan pesan :"Ada apa?"

Pesan baru :"Minta nomer abang lo!"

Tanpa mengeluarkan kata-kata, Fiona menunjukan isi percakapannya kepada Rama untuk meminta persetujuan. Melihat sebentar, Rama kembali mengangguk. Lalu cepat-cepat Fiona mengirimkan kontak Rama. Fiona men-silent mode-kan hapenya. Lalu menyimpannya kembali di meja. Tanpa berpikir panjang soal Kenan, Fiona kembali menonton, dan mempersingkat kembali jaraknya dengan Rama.

Kejadian itu sangat singkat, sebenarnya dipersingkat oleh Fiona karena tidak ingin melewatkan waktunya bersama Rama.

Seperti yang diketahui, Fiona mudah melupakan. Makanya saat ini, Fiona kembali fokus pada filmnya.

Saat ini seperti itu, entah nanti setelah kembali ke kamarnya.

^_____^______^

Haaaiiii gaayysss!
Tenangg gakan vakum lagi! Wkwk
Because i love them nauu😅
Thankkss udah mau bacaa!!
As always, dont forget to vote and Commentt!!
Looveee youuu! ❤❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I BREAK!!!Where stories live. Discover now