Untuk hari esok, yang sedikit lebih keras.

8 1 3
                                    

Boleh jadi, kalimat manis kemarin tergantikan oleh kalimat pahit hari ini.
Mungkin rasa yang membuncah kemarin kembali tenang hari ini.

Sore harinya, dengan nuansa sendu..
Orang orang terdekat, tetangga serta kerabat keluarga mengantar kepergian ibu Fiona.
Kalimat takbir yang di suarakan, tak ada tangis yang terdengar. Hanya ratapan kepiluan dan keikhlasan.

Kubur telah di gali, saatnya jasad dikembalikan.. Tidak ada sesuatu yang aneh terjadi. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Semua yang mengantar begitu tenang dan menenangkan. Tidak ada kehisterisan seperti sewajarnya terjadi. Kuburan ditaburi bunga dan disirami air. Do'a-do'a indah dilantunkan. Orang orang satu persatu pergi.. Kini saatnya kedua kakak beradik itu juga kembali.

Wajah pucat Fiona tertunduk hanya melihat tanah yang akan diinjaknya. Pundaknya dirangkul oleh tangan yang begitu hangat. Tak ada percakapan saling menenangkan lagi. Sesekali Fiona menyandarkan pipinya ke bahunya sendiri yang dibantali tangan hangat itu. Didalam hati mereka, inilah yang terbaik. Saatnya menjalani hari besok yang sedikit lebih keras bersama..

Di arah jam 9 dari keberadaan Fiona dan Rama, pemuda berseragam putih abu dengan wajah yang dihiasi luka lebam merah hingga ungu bersembunyi dibalik batang beringin yang besar. Wajahnya menyiratkan ekspresi yang sulit diartikan. Hanya menatap, mungkin dia bertanya tanya, atau mungkin sedih kah? Entahlahh.. Manusia ini sedikit aneh walaupun tampan.

*-*-*-*

Keesokan harinya, Fiona sudah kembali kesekolah. Mungkin terlalu cepat. Tapi itulah pilihan dia. Pergi kesekolah dengan setumpuk kegiatan atau hanya berdiam dikamar dengan kemungkinan datangnya kesedihan.

Tidak banyak yang menyadari apa yang telah terjadi pada Fiona kemarin. Warga sekolah yang ribuan jumlahnya pastilah belum banyak yang mengenal Fiona si murid baru. Keuntungan di balik itu, ketika Fiona kembali kesekolah, dia tidak mendapati keributan dari orang orang yang turut berduka, atau hanya sekedar ingin tau.

Hanya saat memasuki kelas, beberapa teman wanita yang menyadari kehadirannya, beranjak berhambur kepelukan Fiona. Tidak terlalu banyak kata yang di berikan, hanya dengan pelukan, mungkin bisa mewakili semuanyaa. Tak lama, pelukan itu diakhiri dengan senyuman diantaranya. Pagi itu berlangsung sedikit lebih baik.

Pada saat jam istirahat, Fiona didampingi Tarisa makan siang di kantin. Seperti yang di prediksikan sebagian orang, Kenan datang dan duduk dihadapan Fiona. Satu menit sampai sepuluh menit, Kenan hanya memandangi Fiona yang makan sambil melihat mangkok.

"Lo udah masuk sekolah?" Akhirnya satu kalimat tanya terlontar dengan wajah yang masih datar dibuatnya.

Fiona memandangnya sekilas dan mengangguk ringan sambil melanjutkan makan.

"Kenapa lo ngeliatinnya gitu amat?" Celetuk Tarisa setelah menelan bakso yang telah dikunyahnya yang santai menghadapi tingkah Kenan yang masih saja hanya memperhatikan wajah Fiona.

"Lo gak se-dih?" Lagi lagi pertanyaan yang dilontarkan dengan air muka yang polos. Tanpa mempedulikan pertanyaan Tarisan seakan seperti itulah seharusnya mengobrol dengan orang yang berduka bagi seorang Kenan.

Fiona mengangkat wajahnya untuk melihat Kenan, menggeleng kecil dan tersenyum ringan seakan berkata 'iya aku sedih. Tapi aku baik baik saja' sampai Kenan merespon dengan senyuman kembali, Fiona menyelesaikan makannya dan menegak air mineralnya.

"Fi, lo liat anak ini dateng ke pemakaman kemarin?" Tanya tarisa to the point yang juga selesai makan seraya mengelap bibir dan dahi yang berkeringat.

Fiona langsung menggelengkan kepala dan melihat kearah Kenan yang mulai resah karena mencium aroma ketahuan.

"Berisik lo saa. Gue balik dulu ya Fi, belom makan" Bergegas Kenan berdiri dari bangkunya dan kembali memasang wajah cool andalannya.

Entah kemana teman-teman yang biasanya ada di sisi kanan dan kiri Kenan ini. Kali ini tidak muncul untuk mengganggu. Menjadikan momen singkat ini agak sedikit berkemanusiaan.

Selesai makan siang, seraya berjalan ke kembali ke kelas Fiona kembali teringat dan bertanya tanya tentang Kenan yang ditanyakan Tarisa tadi.

"Emangnya Kenan tau yaa Ibu meninggal?" Pelan-pelan Fiona bertanya sambil menahan tangan Tarisa untuk berhenti dan melihatnya sebentar. Sedikit menyembunyikan muka pengen taunya dengan kembali berjalan dan melihat kearah depan.

"Kemarin, waktu jam istirahat dia gak liat lo bareng gue di kantin. Makanya dia tanya. Yaudah gue jawab. Katanya sih dia langsung kabur gitu dari sekolah. Gue pikir dia kepemakaman. Ternyata engga yaa" Masih sambil berjalan, dan mengikat rambutnyaa Tarisa menjawab tanpa berprasangka apa apa.

"Aku pikir sih agak gamungkin Kenan sampe kabur buat kepemakaman. Ibu aku kan bukan siapa-siapa dia" Fiona menunjukan wajah meminta persetujuan. Dan kembali menjadi sesantai mungkin.

Tarisa hanya merespon dengan anggukan dan tatapan yang menyiratkan dia tau sesuatu. 'Yang siapa siapanya tuh Elo' celetuknya dalam hati dengan stigma so taunya. Tarisa tidak mungkin untuk memengaruhi Fiona untuk menjadi perempuan yang aneh dengan trik saling menjodohkan seperti pertemanan yang lain. 'Biar saja si pemeran utama yang menentukan melangkah' pikir Tarisa.

Mengetahui respon Tarisa yang seakan menyetujuinya, Fiona tidak ambil pusing. Dia pikir, Kenan yang nakal itu memang kabur saja bukan dengan alasan untuk kepemakaman ibunya. Kalau begitu, harusnya Kenan mendatanginya, atau hanya terlihat.

Fiona mudah mengabaikan dan melupakan sesuatu. Baginya hal yang tidak jelas, seharusnya tidak usah dipikirkan.. Biar semuanya datang dengan jelas pada saatnya. Entah itu baik, ataupun buruk.

Satu hal lagi pandangan baru dalam hidupnya hari ini, Fiona tidak akan lagi berharap untuk sesuatu yang spesial untuk dirinya. Baginya, menjalani hidup normal seperti hari ini pun lebih baik rasanya. Fiona hanya akan menjadi perempuan yang sedikit sekali dipandang orang orang. Dalam artian, dia hanya ingin menjadi warga biasa. Agar lebih sedikit kemungkinan persoalan berat yang akan terjadi.

Hari ini, mungkin adalah permulaan dari kisah hidup yang sebenarnya bagi seorang Fiona. Dia akan mengusahakan hidupnya menjadi lebih terasa ada. Dan apapun yang ada dalam dirinya, mungkin mulai hari ini dia akan pergunakan dengan sebaik baiknya. Karena dia bukanlah siapa siapaa, setidaknya dia menjadi berharga untuk dirinya sendiri.

Sepanjang jalan sampai menginjakan kaki di depan kelasnya Fiona hanya diam,  berpikir dan merasa. Sampai akhirnya dirasa cukup, Fiona menarik nafas dan tersenyum untuk dirinya hari ini.

-^^--^^---^^--^^---

HAAAIII GAAAYYYSSS!!
Uwaaahh menulis ini lagi rasanya Keder. Ada yang menemukan kejanggalan? Keanehan? Dalam apdetan kali ini??
Itu karenaa aku vakumnya 2 tahun gaays bayangin!😂
Ada yang berubah dari aku, pikirankuu.. mungkin sedikit lupa feel dari part sebelumnyaa.. (tolong ingetin aku kalo melenceng!!)
Betewee, gapada nungguin yaa? Kelupain duh ini Fiona sama Kenan.. hmmm
I were Back!! Hope you enjoy it!!

DONT FORGET TO VOTE AND COMMENT, LOOVEEE!! 😄

Seee youu neeext Paaarrtt!! 😘

I BREAK!!!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant