17 - spesial chapter

5.7K 525 446
                                    

   Flora&Flori, 3006.

Suasana pagi yang ditawarkan semesta hari ini bisa dibilang romantis dan mendukung. Gimana enggak, ada suara rintik hujan menghujam genting dan daun-daun yang mengintip dari jendela kamar. Ditambah embun yang membuyarkan pandangan dan semakin membuktikan kalau matahari lagi malas masuk kerja atau nanti aja deh masuk shift siang.

Tapi ternyata yang malas bukan cuma si planet besar terdekat ke bumi. Karena disini ada seseorang yang sudah resmi bersemat suami. Dengan tangan besarnya, dia mempererat dan membawa yang dicinta semakin dekat ke pelukan. Matanya masih menutup rapat, suara nafasnya masih tenang menggelitik pundak istri yang sudah bangun sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi si istri memilih untuk diam, sengaja nggak mau menganggu si besar yang kayaknya capek banget sisa seharian kemarin dan tadi malam.

"Nggak harus malem ini kan, ya, bi?"

Canggung. Satu kata itu yang paling pas menggambarkan keadaan Nabila dan Adit tadi malam di kamar tempat mereka berdua menginap selepas perayaan sederhana pernikahan keduanya. 

Pipi Nabila memerah saat tiba-tiba teringat candaan kakak-kakak, bahkan Anin sekalipun tentang keadaan paling canggung sedunia itu. Nabila juga ingat bagaimana tawa puas mereka saat menyadari kalau Nabila masuk list pure angel don't ruin bersamaan dengan Anya dan Maura yang dibuat beberapa waktu silam.

"Kalo malu, just straddle him, and kiss.."

"Nin, seriously." Nabila memijat kening sekaligus menutup wajahnya karena malu dilihat pengunjung kafe yang duduk didekat meja dia dan Anin. A so-not-safe-for-work topic brought to you by Anindya in the middle of the day, and in the middle of a freaking café.

"Okay maybe that's too much for you two. Padahal so basic."

"How could that be basic?"

"Because that is just an opening to a make out session?" tandasnya, "Oh okay, kalian berdua nggak make out juga."

"Anindya, kita kenapa ngomongin ini ya?"

Si pacar Arsen itu memicingkan matanya sinis, "My darling, because you asked me first. Lo yang tadi galau banget perkara malam pertama thingy."

Nabila mengakui memang sedikit galau dan resah juga sih sebenarnya. Habis kan itu bakal jadi pengalaman pertama, dan Nabila takut juga kalau kepolosannya jadi faktor utama kehancuran momentum berharga pasangan suami istri baru menikah.

"Nab, you two will be married to each other and will have all the time in this world to do 'that'. Just do it whenever you are ready. I know Adit is a gentleman, he'll wait for you, and when the time comes I bet he will treat you damn good too."

Blush. Pipi Nabila merona waktu itu, dan bahkan sepagi ini saat dia sedang dipeluk Adit yang masih saja tersesat di dunia mimpinya.

"And sometimes gentleman likes it when it's noisy, tau nggak. Do not hold back."

Oh God. Someone please stop Anindya.

"How do you know that?"

"I read, I listen to my friends' stories including mbak-mbak instan. But you know, experience is the best teacher after all."

Satu sifat yang Nabila inginkan dari Anin adalah keberanian dan the-i-don't-give-a-f nya yang terbilang keren. Habis Nabila dan Anin terlahir dengan sifat yang sangat berbanding terbalik. Makanya, seringkali Nabila kepengin jadi Anin atau setidaknya punya beberapa sifat Anin supaya bisa bertahan hidup sehebat dan sekeren sahabatnya itu.

nirvanaWhere stories live. Discover now