Kehilangan Arah

4K 219 9
                                    

Awali bacaan dengan basmallah dan akhiri dengan hamdallah. Utamakan Al-Qur'an dalam segala hal.

Aku terombang-ambing layaknya daun yang terhembus angin lantas terbawa arus kehilangan arah.

-Cahaya Fauziah Dewi-

Aku berhenti disalah satu warung untuk makan, namun aku lupa kalau uangku habis untuk memberi anak yang kuberi nasi uduk itu,aku sudah menyantap nasi campur yang lauknya tahu,tempe dan ayam.

"Bu, saya lupa kalau saya gak punya uang,"ucapku memberanikan diri.

"Aduh, gak bisa gitu, Dek.Yaudah gini ajah sebagai bayarannya kamu cuci piring."
Tumpukan piring yang cukup banyak, dengan air seember,mana mungkin aku bisa melakukannya,aku harus menerima kenyataan, begini susahnya kah supaya aku bisa makan sepiring nasi campur, kalau saja mama masih hidup pasti aku bahagia, aku bisa makan 2 kali lipat kalau perlu dan tidak perlu mencuci piring, karena mama selalu bilang aku akan capek kalau cuci piring karena baru pulang sekolah, sekarang? Aku rasanya rapuh, sebatang kara, dan tak berdaya.

"Bu, air yang diembernya habis," ucapku agak pelan.
"Yaudah, ambil di sumur belakang, "ucap ibu-ibu yang sambil menggoreng ayamnya diwajan.

Aku harus pergi ke sumur belakang, dimana aku harus melewati kandang ayam yang baunya sangat tidak sedap, juga belum lagi sandalku harus terkena kotoran ayam tersebut, sesampai aku di sumur, sumur yang sangat dalam dan jauh airnya, aku pun menarik talinya namun hanya setengah yang kudapatkan, kucoba ambil lagi dan hanya setetes yang kudapatkan. Akupun kembali untuk mencuci piringku, beberapa menit kemudian aku sudah menyelesaikan piring-piringku yang kotor tersebut. Aku berpikir, mengapa aku tidak bekerja saja disini, toh ibu ini juga sepertinya kewalahan karena sendiri mengurus warungnya.

"Bu, saya boleh gak kerja disini? Saya bisa kok bu melayani orang-orang yang akan beli," ucapku dengan sopan.

"Tapi kamu kan masih sekolah? Jadi kamu pulangnya kapan?"

"Habis dzuhur, Bu. Saya bisa langsung kesini sampai jam 4 sore,gimana, Bu?"

"Yasudah, tapi ibu cuman bisa kasi kamu Rp5000,- setiap hari, gak papa kan?"

"Gak papa, Bu. Itu udah cukup kok,Bu," ucapku senang

Akupun kembali membawa barang-barangku untuk kerumah Nenek dan Tante Lisa. Cukup lumayan jauh jaraknya dari warung tersebut, tiba-tiba di persimpangan jalan, saat lampu merah aku melihat penjual koran, tingginya 160cm aku bisa mengetahuinya karena tingginya sama denganku, pakaiannya agak lusuh, ku melihat kalungnya dengan alphabet D, aku jadi teringat bahwa Reza akhirnya memberi tahuku orang yang ia cintai bernama Denia dan tinggal di kota ini.

" Apa dia Denia?" ucapku penasaran.

Namun pemikiranku yang menyangkanya Denia hilang, karena Danen itu anak yang sholeh dan pasti wanita yang disukainya memakai jilbab dan terpelajar,bukan pengamen jalan sepertinya.

"Itu mustahil," ucapku yang sangat yakin.

Beberapa menit kemudian aku sudah sampai di rumah Nenek dan Tante Lisa, aku pun mengetuk pintu dan apa yang kulihat? Betapa terkejutnya aku, karena yang keluar bukanlah Nenek itu atau Tante Lisa melainkan orang lain.

"Maaf, adek siapa yah?"ucap bapak-bapak yang berotot kekar dan tidak memakai baju

"Sa..saya mau mencari Tante Lisa," ucapku agak takut.

"Mereka sudah pindah tadi malam,mereka tidak bisa bayar kontrakan jadi mereka sudah pergi, "ucap bapak-bapak ini agak keras."

"Pergi? Kira-kira pergi kemana yah,Pak?"
"Yah cari tau sendiri,bapak juga gak tau."

"Yasudah makasih yah pak,ucapku agak pelan.

"Iya, ganggu ajah," ucap bapak-bapak tersebut sambil menutup pintunya dengan keras.

"Kenapa sih tante? Setiap aku mau kerumah tante pasti ada aja halangannya? Emang aku gak boleh sama tante? Kenapa ya Allah?"

Tiba-tiba aku merasa pusing mungkin karena kecapean aku tiba-tiba terjatuh dan semuanya gelap.
~~~
BERSAMBUNG





Muhasabah cinta (COMPLETED) Where stories live. Discover now