"Bener tante? Oh iya kucingnya juga laper kayaknya, aku kasi makan ikan yah tante?" ucapku senang.

"Iya."

Huftz lagi, misiku gagal,mungkin aku akan melanjutkannya jika sudah reda.

"Naon atuh bawa kucing?"ucap bibi yang kelihatannya cemas.

"Mendung, Bi.Kasian."

"Kalau nyonya tau, pasti marah besar."

“Gak,tadi aku ketemu sama tante maya, dia bilang gak papa."

"Beneran, Neng? Kok bisa yah?"

"Malah dia bilang dia suka kucing, Bi."

"Aduh bikin bingung atuh, Neng."

"Jangan-jangan Tante Maya cuman pura-pura baik lagi."

"Aduh, gak boleh bilang kayak gitu,Neng."

"Tapikan ada buktinya, Bi."

"Tapi gak boleh nuduh lah, Neng."
~~~

    Hujan pun sudah reda, aku pun keluar untuk melanjutkan misiku,namun ditengah perjalanan aku melihat ada anak laki-laki dengan seragam putih biru yang memarahi ibunya. Hatiku benar-benar tersayat mendengar kata anak laki-laki tersebut, sungguh tega dia pada ibunya yang sudah merawatnya sepenuh hati.

"Dasar ibu gak berguna," ucap anak tersebut sambil menunjuk ibunya.
Akupun datang menuju ke anak laki-laki tersebut dan menamparnya karena rasa jengkelku.

"Dek, kata teman aku kalau ibu itu sangat mulia dan sampai disebut tiga kalau oleh Rasulullah,kamu gak pantas ngelakuin itu sama mama kamu."

"Tapi dia gak mau kasi uang untuk kewarnet," ucap anak tersebut sangat kesal.

"Dek,orang tua itu tau apa yang terbaik buat anaknya, kamu beruntung dek masih punya ibu, kamu harus minta maaf sama mama kamu,jangan pernah ngebentak dia ataupun cuman mengerutkan dahi itu udah dosa besar dek, jangan sampai kamu nyesel kayak kakak," ucapku sambil menangis.

"Makasih yah, Nak.Udah nasehatin anak ibu."

"Yaudah deh, aku minta maaf yah,Mah. Aku tau kok mama kayak gini karena mama gak mau aku main game kan?sekali lagi aku minta maaf, Mah."

"Iya,Nak. Sebelum kamu minta maaf,ibu udah maafin kamu."

   Aku tersenyum sambil iri, karena anak ini beruntung masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, sedangkan aku? Mungkin hanya mimpi jika bertemu dengannya. Aku jalan dengan wajah yang agak sedih,tiba-tiba aku bertemu dengan Ibu Marni.

"Ibu Marni, tunggu,Bu,"ucapku sambil berlari.

"Ada apa, Nak?"

"Ibu masih banyak yah nasi uduknya? Yaudah saya bantuin jual deh,mending kita ketukang kayu deh disana pasti mau beli tuh."

"Iya, Nak.Makasih yah," ucap Ibu Marni senang..

   Akupun membantunya berjualan ditukang kayu, dan hasilnya pun laris manis, semua mau membeli nasi uduk tersebut.
"Bu,jadi kalau ibu jualan, cari lokasi yang strategis yang kira-kira sesuai kebutuhan disekitarnya,waktunya,semuanya itu harus dipikirin bu gitu," ucapku yang sangat berpengalaman karena pernah menjual gorengan.

"Sekali lagi, makasih yah, Nak."

"Bu,saya boleh gak bu ikut ke rumah ibu?"

"Tapi,rumah saya jelek," ucap Ibu Marni.

"Gak papa kok bu."

   Akupun sudah sampai di rumah Ibu Marni, rumahnya tidak jauh beda dengan rumah anak kecil yang kuberi 2 bungkus nasi uduk,disitu aku sudah melihat nenek-nenek yang sangat kurus dengan menggendong seorang anak kecil, pikirku itu pasti cucunya. Aku sudah masuk dengan menunduk karena pintunya terbilang cukup pendek, dengan lantai yang tidak diberi keramik membuatnya sangat kotor.

Muhasabah cinta (COMPLETED) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें