Bag 18: Fall In This Time

24.5K 1K 54
                                    

Bag 18: Engkau bisa memberikan ciuman perpisahan pada keluargamu dan beranjak pergi ke belahan dunia lain, namun pada saat yang sama, engkau membawa serta mereka di dalam hatimu, pikiranmu, perutmu, karena engkau tidak hanya hidup di dunia tetapi dunia juga hidup di dalam dirimu (Frederick Buechner)


Pagi-pagi sekali Sahla bangun untuk menyiapkan sarapan, ia pun juga sudah terlihat rapi. Sepertinya benar kata Andreas, bayi laki-laki membawa pengaruh padanya, karena memang ia jadi lebih suka rias dan merawat diri, rajin banget kalau sudah di suruh mandi, dan hampir satu jam di gunakannya berendam di dalam bathtub, apa karena pengaruh bayi?

Kali itu Sahla memutuskan untuk memasak gulai kambing, karena sekitar pukul 10 temannya akan kembali datang kerumah seperti kemarin-kemarin, rasanya senang sekali karena bahkan teman-temannya itu tak menolak. Jadilah dia yang bahagia seharian.

Tanpa sadar Juan sudah turun ke lantai bahwa mendapati istrinya tidak ada disampingnya, dari tempatnya berdiri ia bisa mencium masakan, "Wah makin pintar saja si Sahla," gumamnya salut dan berjalan ke arah dapur.

Dan disanalah Sahla, menggunakan gaun ibu hamil di padu dengan celemek yang membuatnya terlihat seksi, Sahla bahkan menggelung rambutnya. Juan tak bisa menahan senyumannya, "Cantik banget pagi-pagi," kata Juan kemudian menghampiri Sahla di dapur, melihat lebih dekat Sahla yang sedang membersihkan daging kambing.

"Iya, nggak kaya kamu, masih bau," ucap Sahla.

"Bau? masa sih?" Juan malah memeluk Sahla dan mencium pipi perempuannya berkali-kali.

"Ih Juan, makin dibilangin makin menjadi," kata Sahla mencoba melepaskan pipinya sebagai mangsa suaminya itu, Juan terkekeh.

"Habis kamu wangi banget," goda Juan, Sahla merenggut. "Kamu kok sudah masak saja, Ani mana?" tanya Juan mencari keberadaan pelayan mereka.

"Aku suruh dia nganggur dulu, soalnya nggak mau di ganggu."

"Kok kedengarannya spesial ya? aku terharu lo Sahla sampai kamu masak pagi-pagi begini."

"Ih, bukan buat kamu lagi, nantikan ada teman yang dateng jam 10-an."

"Loh, kamu tahu dari mana?" Juan mengernyitkan kening karena memang dia nggak bilang apa-apa kemarin soal teman-temannya yang mau datang.

"Ya tahulah, kebangetan kalau nggak tahu," ucap Sahla enteng, Juan mengerjabkan matanya. Luar biasa sekali istrinya itu! pikirnya.

"Salut bener, tapi agak ngeri sih kamu bisa baca pikiran gitu," Juan memainkan tomat di atas meja dapur, melempar-lemparnya, menarik Sahla untuk meliriknya.

"Apaan sih? Siapa juga yang bisa baca pikiran?" Sahla terkekeh, dibalas Juan dengan senyum lebar ala-nya.

"Nah, buktinya kamu tahu temen-temenku datang hari ini," kata Juan.

"Demi apa?" tanya Sahla serius, ia membuka matanya lebar-lebar tak percaya pada Juan, Juan mengernyitkan kening.

"Kok demi apa?" balik tanya Juan tak mengerti.

"Temenku juga mau datang hari ini, makanya aku masak buat mereka."

Kali itu Sahla dan Juan saling pandang memandang tidak percaya, kenapa bisa berengan begitu? Yang ada jika teman-teman Sahla dan Juan bertemu, mereka tidak bisa berpikir kehebohan apa yang akan terjadi. Juan masih dengan mulut mengangah tak percaya, Sahla dengan mata mengerjab-ngerjab mencari kebenaran.

"Kalau begitu, batalin saja janji dengan teman-temanmu," ucap Juan kemudian, Sahla memekik.

"Mana bisa begitu? Nggak, nggak mau! Kamu saja yang batalin janjimu."

My Lovely Wife (Watty's 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang