8

7.6K 316 17
                                    

"Tidak akan ada masa depan jika tidak ada masa lalu"

***


"Kau yakin ini anakku?"

Matanya membulat, dahinya mengkerut. Apa ia tidak salah dengar, David mempertanyakan hal yang jelas jelas jawabannya sudah pasti dirinya sendiri, David. Keyra menatap David bertanya tanya, tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh suaminya.

"Apa maksudmu?" Tanyanya lirih.

David tersenyum meremehkan, membuang pandagannya dari Keyra. Ia berdiri, membuat Keyra mendongak untuk menatap dirinya lalu ia mundur selangkah untuk menjaga jaraknya dari wanita dihadapannya. Senyuman itu, hati Keyra seakan terisis melihat senyuman itu, senyuman yang begitu merendahkan dirinya, dan sialnya itu adalah suaminya.

"Cih.. kau dengan mudah aku tiduri, bukankah kau juga akan mudah ditiduri laki-laki lain?"

Plakk~

David diam, pipinya memanas, warna kemerahan kini sempurna menghiasi pipi kirinya, tidak, tidak hanya karena tamparan itu namun ditambah dengan kemarahan yang saat ini menguasai dirinya. Untuk pertama kalinya, Keyra berani melayangkan tangan pada dirinya, untuk pertama kalinya Keyra berani melawannya. Tidak terima? Tentu saja, siapa Keyra yang dengan sangat berani menampar David? Menginjak harga diri David? Siapa Keyra yang sangat berani menyentuh area wajah David tanpa seijinnya dan lebih parahnya itu bukan sebuah sentuhan, tapi tamparan. Siapa Keyra? Wanita biasa yang David permainkan? Dan kini wanita itu memberontak? Siapa? Dia bukanlah siapa-siapa bagi David, bukan.

Keyra marah, hatinya sakit, ia tidak tau harus berbuat apa dan berbicara apa. Suaminya meragukan dirinya, meragukan janin yang saat ini ada dikandungannya, Keyra tidak habis pikir kenapa David bisa setega itu menuduhnya berbuat hal yang tidak-tidak dengan laki-laki lain, mempertanyakan anak yang saat ini tengah dikandungnya. Salah apakah dirinya hingga David bisa setega itu padanya? Dosa apa yang ia lakukan dimasa lalu hingga ia bisa mencintai orang semacam David.

Menangis, Keyra menangis, tidak kuat dengan beban yang dipikulnya, kenyataan yang sangat menyakitkan bagi dirinya. Belum hilang satu kesedihan yang menyelimuti dirinya kini kesedihan lain muncul hanya karena pertanyaan satu kalimat yang dilontarkan oleh sang suami.

"Hikss..ss"

Dadanya sesak, kakinya sangat lemas, jika saja David tidak berada diruangan itu bersamanya, sudah pasti Keyra sekarang tengah jatuh terduduk dilantai. Dia mencoba sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tidak jatuh, tidak, ia harus bisa melawan, ia tidak mau tumbang dihadapan David, ia berhak memiliki haknya sebagai seorang istri.

"Aku bukan wanita serendah itu" nada suaranya bergetar, sarat dengan kesedihan dan kemarahan yang mendalam. David tau itu, David tau saat ini Keyra sedang marah bercampur sedih namun ia malah menikmatinya, tidak ada sedikitpun niat untuk menenangkan.

"..bagaimana bisa kau bicara seperti itu terhadapku?"

"Tapi benar kan? Kau dengan mudah memberikan semuanya kepadaku, kenapa tidak dengan pria lain?"

Tidak, Keyra bukan wanita serendah itu, ia hanya melakukan hal itu dengan David, pria yang dicintainya, bukan dengan yang lain, Dan anak yang saat ini tengah dikandungnya adalah anak David, semua wanita pasti tau siapa ayah dari anak yang tengah dikandungnya, dan Keyra yakin pria itu adalah David.

"Hahhh, rumah ini benar-benar memuakkan"

David berbalik, mengambil jas yang tergantung di samping pintu, melangkahkan kakinya keluar kamar, meninggalkan Keyra yang masih berdiri mematung bersama kesedihan yang dirasakannya.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang