BU||10

264 71 9
                                    

"Dedek gemes kesayangan Kakak." Seorang perempuan berambut panjang itu tanpa permisi masuk kedalam kamar Irgy.

"Sstt... Cowok." Ia berdiri tepat dibelakang Irgy yang sedang duduk menatap layar laptopnya.

"Kenapa?"

Matanya tak sengaja melihat apa yang sedang Irgy lakukan dengan laptopnya. Ia berdecak kesal. Masih gadis itu yang selalu Irgy pikirkan? Bibirnya tersenyum samar melihat kelakuan adiknya.

"Kak? Kak Amel?" Panggil Irgy pada Kakaknya.

Amel terkesiap. "Ah itu!"

"Apaan?" Potong Irgy cepat tanpa melihat pada sang kakak.

"Jangan dipotong dulu. Gue belum selesai."

Irgy tertawa pelan. Menutup laptopnya lalu berdiri menghadap Amelia Alfrida. Kakak perempuannya yang sangat baik kalau lagi ada maunya.

"Kenapa?" Tanya Irgy lagi.

"Pergi yuk? Main kemana gitu." Nah. Ini sebenarnya bukan ngajak main ataupun sejenisnya.

Irgy memutar bola matanya dengan malas. "Kemana? Jangan bilang mau minta dianterin beli nasi goreng yang di komplek depan." Tebak Irgy. Karena kata pergi dan main ajakan Amel itu mempunyai arti yang lain. Arti main dan pergi itu minta dianterin atau meminta Irgy untuk membelikannya sesuatu.

Amel tersenyum. "Tahu aja sih, Dek. Anterin, ya?"

"Iya. Udah sana keluar. Gue mau siap-siap." Irgy membalikan badannya.

"Gy?" Panggil Amel. Irgy berhenti dan kembali membalikan badannya.

"Kenapa?"

"Lupain dia."

Irgy sedikit terkejut mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Amel. Selama ini, Amel mengetahui semua tentang hubungannya. Karena gadis yang dicintainya sangat dekat Amel.

"Kak. Jangan bahas tentang dia lagi," pinta Irgy.

Ia sedang berusaha melupakan gadis itu. Ia tak lagi menunggunya. Entah kemana perginya ia, sejauh apapun ia melangkah, ada dibelahan bumi yang manapun ia. Irgy hanya berharap gadis itu datang dan menjelaskan kenapa ia pergi. Tanpa ada harap akan kembali menjalin kisah.

Amel menepuk pelan bahu Irgy. "Jangan cari tahu dan ingat-ingat tentang dia lagi." Amel keluar meninggalkan Irgy yang masih sedang berdiri.

"Buruan gue tunggu dibawah." Teriak Amel dari luar. Suara keras Amel menyadarkan Irgy dari lamunannya. Ia segera bergegas siap-siap dan mengantarkan Amel.

Berbeda dengan Irgy yang keluar rumah untuk mengantar sang Kakak. Nindi lebih memilih mengurung diri didalam kamar. Dengan setumpuk cemilan yang telah disiapkan. Tak lupa sebuah novel untuk menemani malam ini.

"Kok bacanya kesel ya?" Nindi berkomentar pada bagian novel yang sedang dibacanya.

Tangannya membuka lembar selanjutnya, bibirnya berbegerak pelan membaca setiap rentetan kata yang tertulis disana.

Ia sangat menikmati saat-saat seperti ini. Menghabiskan malam sebelum tidur dengan membaca. Matanya tak pernah jenuh untuk membaca setiap tulisan. Memang benar. Jika dengan membaca buku kita bisa keliling dunia tanpa meninggalkan kursi.

Keadaan damainya diusik oleh suara cempereng milik Nindya. Ia masuk kekamar Nindi dengan membawa beberapa makanan ringan.

Malam ini Nindya akan menginap. Nindi melihat tepat pada jam dinding. Sekarang baru jam tujuh. Pantas saja Nindya belum tidur. Jam tidur Nindya sudah sangat Nindi hafal. Karena setiap kali menginap, Nindya akan tidur lebih dulu dibandingkan dirinya.

Between UsWhere stories live. Discover now