BU||08

287 91 19
                                    

Siang hari ini panas matahari sangat menyengat. Seorang perempuan cantik sedang duduk di halte. Ia adalah Rani yang sedang menunggu jemputannya.

Rani sedang duduk seorang diri. Temannya yang dari tadi bareng sedang menunggu jemputan sudah pulang lebih dulu. Dan itu membuat Rani sedikit kesal. Dalam hati Rani mendumel sendiri, karena sang supir tak kunjung datang menjemput.

Tangannya sedang bekerja menyeka bulir-bulir keringat yang ada di dahinya.

"Kemana sih, Pak Udin? Lama amat." Rani menggerutu.

Matanya Terus menjelajah kesembarangan arah, berharap entah dari arah yang mana supirnya segera datang. Tapi yang Rani tangkap bukan supirnya yang berhenti di depannya. Melainkan sebuah mobil yang Rani tahu adalah milik Rama. Rani menggeleng tak percaya, mana mungkin Rama mau bertemu dengannya. Kelamaan nunggu jemputan kayaknya, jadi dia mengkhayal yang tak jelas. Rani menggelengkan kepalanya, mencoba membuang jauh-jauh ilusinya.

"Belum pulang?"

Suara itu. Itu suara Rama. Rani melihat kearah mobil yang ada didepannya. Dan mata Rani melihat Rama sedang tersenyum didalam mobil. Kaca mobil yang menjadi penghalang diturunkan sampai kebawah dan hal itu membuat Rani bisa melihat wajah Rama dengan jelas.

Rani hanya bisa menggeleng pelan, ia tersenyum kikuk pada Rama.

"Mau bareng? Rumah kita searah kan? Gue juga sendiri pulangnya."

Rani mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencubit pelan punggung tangannya, berusaha meyakinkan bahwa dirinya sedang tidak bermimipi.

Rama masih duduk didalam mobil. Dia sama sekali enggan keluar.

"Rani? Mau gak?" Tanya Rama sekali lagi yang berhasil membuat Rani sadar bahwa dirinya sedang tak bermimpi.

Bagai robot, Rani hanya bisa menganggukan kepalanya. Rama tersenyum.

"Tumben gak bareng Nindi sama Nindya?" Rani memecah keheningan yang ada.

"Enggak. Gak tahu mereka udah pulang duluan, kayaknya," Rama menjawab, matanya tetap fokus pada jalanan. Rani mengangguk paham.

Percakapan mereka berhenti sampai disitu. Tak ada lagi pembicaraan yang terjadi setelah itu, sampai Rani turun dari mobil Rama.

Demi apapun, perasaan bahagia itu sedang menangui hati Rani. Jantungnya berpacu lebih cepat, dia semakin jatuh pada Rama, senyumnya kembali merekah saat mengingat, senyuman Rama.

Sepasang mata indah itu berbinar, menatap potret yang ia ambilnya beberapa waktu yang lalu.

•••••

"Kenapa gak naik mobil aja, sih?" Nindya menggerutu pada Rama yang sedang ada di sampingnya.

"Lima belas menit lagi nyampe, kok. Gak usah bawel," jawab Rama santai.

Nindya mengerucutkan bibirnya kesal.

Malam ini, Rama mengajak Nindya untuk pergi ke toko buku yang tak jauh dari rumahnya. Entah buku apalagi yang akan Rama beli, Nindya juga tak tahu.

Lampu-lampu indah yang menghiasi jalanan membuat Nindya merasa senang. Nindya sangat menyukai suasana malam yang penuh dengan lampu. Belum lagi bintang dan bulan yang ada di atas langit sana, membuat malam ini kian indah. Mata Nindya dibuat takjub setiap malamnya.

Dan ini adalah alasan kenapa Rama mengajak Nindya keluar malam ini. Karena Rama tahu, Nindya sangat menyukai suasana malam yang seperti saat ini.

Between UsWhere stories live. Discover now